TEAM: 6: FAVORITE COLOUR

534 92 2
                                    

HAPPY READING 

...

Jessy merenggangkan tubuhnya setelah aunty Wendy, pelatih tarinya menyuruhnya istirahat. Harusnya sih hari ini dia bisa menggunakan waktu bersantai dengan baik, tapi aunty Wendy tiba-tiba menyuruhnya ke ruang latihan, mengatakan dia harus mempelajari tari tradisional dan bergabung bersama kelompok tantenya untuk menghadiri acara besar pemerintah. 

Jessy tak suka diganggu pada hari liburnya, apa lagi dengan jenis tuntutan melakukan sesuatu. Tapi karena menari adalah bentuk ekspresi Jessy dan hobinya, Jessy pun enggan menolak. Alasan apa pun itu bisa ditolaknya mentah-mentah, tapi kalau soal menari—bisa dibicarakan.

"Oh ya, besok kamu harus ganti warna rambut kamu, Jessy. Ini tarian sakral, nggak  boleh pakai warna rambut begitu," ucap aunty Wendy sembari menunjuk rambut Jessy yang berwarna biru. 

"Bisa pake hair extension kok," sela Jessy.

"Oh no, you can't. Papi nggak akan senang dengan itu."

Semua keluarganya tahu, Jessy tak pernah peduli aturan keluarga. Dia selalu melakukan apa yang ingin dia lakukan. Beberapa keterpaksaan juga tak benar-benar membuatnya tunduk pada aturan Sevenor karena Jessy tetap pada prinsipnya. Tapi tantenya benar, Jessy harus merubah penampilan untuk acara besar ini. 

Sebenarnya salah satu alasan kenapa Jessy tak mau mengganti warna rambut adalah Jessy menyukai warnanya karena couple dengan Malen. Merubah warna rambut itu juga merupakan date pertama mereka. Sayangnya dia harus merubah lagi jadi warna gelap. 

Lagi pula sebentar lagi Marlen akan debut aktor, Marlen pasti akan merubah penampilan juga sepertinya.

Ah, mengenai hubungannya dengan Marlen, semua keluarga Sevenor sudah mengetahuinya. Tentu saja ini berkat Adnan sialan yang sudah cepu pada Johan, Gerald dan seluruh silsilah keluarga mereka. Jessy ingat sekali kalau Gerald sempat menginterogasinya pada hari di mana Adnan memberitahu peringkat lomba tari yang dia ikuti. Gerald memanggilnya serta Aurelie untuk diwawancarai. 

"Kalian berdua ini sama saja! Nggak pernah serius raih peringkat pertama. Apa-apaan kamu ini, Jessy? Warna rambut aneh itu, kamu juga pacaran dengan murid yang memalukan di sekolah, peringkat bawah pula!"

Jessy berdehem. "Maaf kek, aku lurusin nih. Namanya Marlen, dan dia bukan peringkat bawah."

Ya, meski sebelumnya Marlen memang punya peringkat bawah setelah Airin Clark, tapi Marlen bisa membuktikan kalau dia tidak sebodoh itu. Dia punya IQ yang lumayan, hanya ketutupan tingkah cengengnya saja.

"Siapa pun itu, kamu nggak boleh pacaran! Anak seusia kamu itu fokus belajar. Kamu harus menjaga diri kamu sampai berkarir, dan punya pasangan dengan kelas yang sama. Apa kata orang-orang nanti kalau tahu kamu pacaran dengan lelaki kelas bawah?"

Buset nih orang tua! Dia pikir ini sinetron yang menitik-beratkan realita kelas sosial? Dia tak tahu saja kalau Marlen tak serendah itu. 

"Pantesan hidup kakek tuh kaku, gaulnya sama kelas atas yang membosankan sih," tutur Jessy.

Kalau di ruangan itu ada Johan, pasti dia akan mengutuk Jessy menjadi sapu terbang karena sudah berani membantah ketua partai Sevenor. Aurelie yang mendengarnya saja sudah cukup kaget, berharap bisa menggunakan kekuatan cincin Doctor Strange untuk teleportasi ke alam lain sebelum Gerald akan murka pada mereka.

"Jessy, jaga omongan kamu! Nggak ada yang mengajari kamu bicara seenaknya begitu!" tegur Gerald dengan sorotan tajam. Dia melihat Aurel. "Kamu lihat, kalau kamu terus mengikuti Jessy, kamu akan kurang ajar seperti dia, Aurelie."

Team II: Reach The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang