HAPPY READING
...
Kumite biasanya tidak banyak dihadiri siswa-siswi SMA Bintang Favorit. Beda dengan pertandingan basket yang membuat mereka bisa heboh sendiri di bleachers, soalnya melihat karate terlalu ekstrem dan beberapanya lagi bilang membosankan. Tapi hari ini mereka lumayan antusias menonton karena dengar-dengar Prity akan melawan Adly. Kepala Sekolah juga antusias menghadirinya. Tidak menyangka kalau pertandingan pertama semester ini diperbolehkan instruktur melawan antar gender.
Mereka bilang Prity itu sama kuatnya dengan Adly. Soalnya Prity adalah satu-satunya perempuan yang bisa mengalahkan adu panco Bang Eka saat kelas sepuluh. Dalam aturan preman sekolah, siapa yang bisa mengalahkannya dalam adu panco akan jadi pengecualian dipalak. Memang preman sekolah gadungan itu rada sinting. Prity juga tak berniat memamerkan kekuatan fisiknya sih, kebetulan saja Airin dipalak waktu itu dan Prity datang menolongnya, mengajak adu panco dan ditonton semua orang. Untung saja dia menang.
Selain itu, Prity juga bisa mengimbangi kecepatan lari Adly di estafet ulang tahun sekolah kemarin. Meskipun tetap saja dia kalah, tapi waktu mereka sampai ke garis finish beda tipis.
"Siapa coba yang ngide mereka tanding?" celoteh Jessy ketika masuk gimnasium bersama Airin.
Tentu saja Airin bukan satu-satunya yang kaget mendengar Prity dan Adly akan battle karena setahunya, sparring di sekolah hanya dilakukan sesama gender. Pasti ada masalah besar yang membuat Prity siap melawan Adly. Ah, kalau memang benar, Airin jadi khawatir. Bukannya meragukan Prity, tapi Airin pernah melihat Adly menghadapi empat orang sekaligus waktu mereka mau diculik. Saat itu Airin berpikir nasib mereka sudah selesai karena Adly kalah, tapi dia masih bisa melawan mereka walaupun lengannya berdarah.
Airin lupa. Dulu rumornya Adly bukan hanya anak karate, tapi masuk klub wushu. Pantas saja dia bisa sekuat itu. Jadi Airin tahu, seberapa bahayanya Adly dalam pertandingan ini.
"Duh, gimana sih caranya biar mereka nggak jadi tanding?" tanya Airin, khawatir.
"Kenapa lo malah mikir gitu?" Jessy balik tanya.
Airin bingung menjelaskannya. Dia pun menatap Jessy serius sambil memegang kedua bahunya, "Yakinin gue, kalau pertandingan gini ada alat pertahanan biar Prity nggak cedera."
Jessy mengerjap beberapa kali, bingung. Lalu menahan tawa. Pfftt ..., "Woi, lu pikir mereka lagi berantem apa? Yaiyalah mereka pasti pake body protector biar nggak kenapa-napa. Lagian ini sparring. Nggak bakal se-ekstrim itu."
Mereka sudah duduk di bangku paling bawah. Jessy memanggil Leon yang juga baru masuk, lelaki itu ikut duduk bersama mereka. Begitu Airin menatap Leon, dia tahu sahabatnya itu juga punya pikiran yang sama; kenapa hari ini pertandingannya jadi Prity lawan Adly?
"Udahlah, lu berdua tenang aja. Ini tuh namanya pertandingan persahabatan. Waktunya juga nggak ada setengah jam. Kalau kalah hadiahnya nggak mungkin putus ...," celoteh Jessy.
Airin dan Leon langsung kompak memasang bombastic side eye membuat senyum manis Jessy memudar. Gadis itu berdehem canggung lalu segera menunjuk arena pertandingan. Lebih baik mereka menonton saja.
Aturan kumite dibagikan. Jika mereka bisa melakukan semua kriteria penilaian dari serangan yang sempurna, maka tiga poin penuh adalah harganya. Dua poin untuk teknik yang cukup sempurna dan satu poin untuk teknik yang bisa dipertimbangkan. Waktu yang diberikan tiga menit, jadi mereka harus bisa menjalankan misi; mengumpulkan poin dan menghindari pelanggaran yang dapat mengurangi poin.
Prity mengencangkan belt, masuk ke area pertandingan setelah perintah instruktur. Adly tampaknya juga sudah siap. Dua instruktur mengecek body protector dan memberitahu Pelatih Nara kalau semua sudah aman. Begitu perintah hormat, mereka berdua membungkuk lalu berhadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Team II: Reach The Stars
Fiksi RemajaSetelah masuk dalam program PIN, Airin baru sadar ia mempertaruhkan banyak waktunya untuk lebih giat belajar. PIN perak adalah motivasinya sekarang. Masalahnya ini bukan hanya tentang PIN perak lagi, tapi tentang menemukan bakatnya di tengah-tengah...