TEAM: 30: SORRY

413 63 30
                                    

HAPPY READING

...

Radya Deenata.

Adly sama sekali tidak mengenal nama itu, tapi dia kenal firasat. Perasaannya aneh setelah nama itu disebut Richo-membuatnya cemas kalau nama itu ada hubungan dengan masa lalu. Tapi melihat Adly yang tak bereaksi dan hanya membeku, Richo mengernyit. Dia menyadari kalau Adly tak pernah mendengar nama itu. Makanya Richo bernapas lega dan berkata kalau Radya hanya berniat memberi support pada Raya atas masalah ini.

Berusaha meyakinkan, tapi memangnya dia pikir Adly anak kecil yang gampang dibohongi?

"Suruh dia berhenti," ucap Adly dengan raut datar.

Tentu saja setelah nama Radya Deenata disebut, Adly tak tinggal diam. Dia langsung mencari tahu lewat internet dan menemukan fakta bahwa Radya Deenata-anggota keluarga besar Richo-CEO perusahaan logistik di Jakarta. Pantas saja dia melabeli kartu ucapan terang-terangan seperti itu dan Richo langsung mengenalnya.

Adly tak terlalu tahu soal keluarga Deenata, meskipun mereka cukup terkenal karena sering masuk dalam majalah Forbes. Hal itu wajar karena kebanyakan dari mereka juga tak mau sering-sering dipublish media dan privasi hidup mereka sangat ketat. Wajah pria yang disebut bahkan tak ada di sosial media manapun. Hanya profilnya saja yang bertebaran di internet membuat Adly sedikit kecewa. Memangnya siapa Radya itu?

Hari itu juga Adly memutuskan mendatangi kantor di mana Radya bersemayam dengan penuh nyali. Adly tahu apa yang dia lakukan ini berlebihan karena sudah mengganggu privasi seseorang tapi bukankah pria itu melakukan hal yang sama?

Dia sampai di bangunan bergaya klasik yang bertuliskan R&D Parcel menggunakan motor. Memandangi ujung bangunan itu sembari memikirkan apa yang akan dia lakukan setelah bertemu dengan orang bernama Radya. Ah, lupakan soal itu. Dia saja tak punya akses bertemu dengan Radya. Kalau dia masuk ke sana, sudah pasti akan ditolak mentah-mentah karena tak punya janji pertemuan. Pada akhirnya yang dia lakukan nanti hanyalah mempermalukan diri sendiri, bukan?

Namun, tak sia-sia dia berdiri memandangi bangunan itu berjam-jam karena sosok yang dia cari, muncul kepermukaan sendiri.

"Saya tahu kamu pasti datang untuk saya, Adly."

Adly membalikkan tubuh, lantas seorang pria dengan kemeja netral lengan panjang dan potongan rambut pendek, tertata rapi berdiri di sana. Adly mengamati pria itu agak lama. Sontak ingatannya mendeteksi wajah sosok yang ada di hadapannya.

Ini kah Radya Deenata?

"Saya sudah mengamati kamu sejauh ini. Saya tahu kamu pasti akan mencari saya. Maaf, saya tahu ini mendadak tapi ... ini yang bisa saya lakukan untuk keluarga kamu. Saya hanya mau menjaga Raya dan kamu ...,"

Ah, pria itu ...

Kesekian kalinya, Adly terpaku. Waktunya seakan berhenti. Pria yang ada di hadapannya adalah pria yang sama yang dia lihat beberapa tahun silam di rumahnya. Pria yang Adly pergoki berdua dengan Raya di rumahnya sendiri-melakukan hal-hal terlarang. Adly ingat sekali masa kelam itu; ketika tubuhnya susah payah bangkit setelah Reno menghukumnya perkara turunnya nilai, dia menemukan Raya dan pria di hadapannya ini. Pria yang dia benci selama ini.

"Saya senang kamu mau mendatangi saya. Sejujurnya saya mau minta maaf atas semuanya, Adly. Saya tahu saya ikut andil membuat keluargamu seperti sekarang ...,"

Setiap pria itu bicara, ingatan buruknya datang seperti bayangan malam. Membawa serta kegelapan yang menyelimuti sebagian besar hatinya dan di waktu yang sama, Adly merasa ingatan itu seperti menggerogoti kepalanya. Membawanya jauh ke hal-hal yang sudah terkubur lama; kehadiran pria yang membuat rumahnya berisik setiap detik, suara benda-benda jatuh, pecah dan retak, suara yang memperebutkannya saat kecil.

Team II: Reach The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang