Wendy (RV) ft. John Legend - Written In The Stars
▶
HAPPY READING
...
"Bayangkan kalau satu-satunya orang yang kamu percaya di dunia ini mengkhianati kamu, mencampakkan kamu di titik terendahmu dan meninggalkanmu saat kamu tidak punya siapa-siapa lagi ...,"
Ah, membayangkannya saja sangat menakutkan, bukan?
"Sekarang tarik napas, resapi perasaan itu lalu keluarkan napas itu bersama air mata. Perlahan, jangan sampai mata kamu berkedip saat menitikkan air mata ...,"
Beberapa detik berlalu membuat suasana ruangan kelas akting agak tegang.
"Bagus! Bagus sekali, Lenji! Akting kamu sudah berkembang dari sebelumnya!"
Ya, tentu saja akting Marlen sudah berkembang. Bagaimana tidak? Sebelum datang ke kelas akting, Marlen sudah diancam Maminya kalau dia tidak mendapat nilai bagus di kelas akting semua PC gamingnya akan dipindahkan di gudang. Coba bayangkan, berapa ribu game Marlen dan PC kesayangannya terjebak di gudang? Mereka pasti akan kesepian.
Baiklah, itu lebay. Tapi serius kok Marlen tak bisa membayangkan game dan PC gaming yang sudah menemani masa-masa kesepiannya akan jadi barang rongsokan. Hati mungil Marlen tak bisa menerimanya.
Omong-omong Marlen sudah menjalani sebulan lebih masuk ke kelas akting dan minggu depan adalah syuting perdananya. Marlen pikir ini akan sulit dari yang dia bayangkan, tapi tidak juga. Maksud Marlen apa yang sulit dari menjadi diri sendiri? Selama rehearsal, Marlen diapresiasi karena peran yang dimainkan agak related dengan dirinya. Cute boy. Lagian, Marlen juga berusaha memaksimalkan dirinya jadi aktor pendatang baru karena Jessy lumayan hebat mempengaruhinya.
"Lo main LOL kan? Kalau lo sukses di film pertama ini, lo boleh daftar MOBA bareng temen-temen online aneh lo itu."
Begitu kata Jessy sebelum masuk kelas akting karena tahu betapa Marlen sangat ingin daftar event-event game online dan menjadi pemenang bersama teman online anehnya; buaya dan pikachu. Semua keinginan terpendam Marlen itu sebenarnya sudah muncul dua tahun yang lalu, tapi Mami dengan keras menolaknya dan berkata Marlen harus berubah jadi lelaki normal seutuhnya agar bisa mendapatkan apa yang dia mau.
Sekarang, menjadi aktor adalah tantangan terbesar dalam hidup Marlen untuk mencapai impiannya. Jadi mau tak mau; walau memang harus mau; Marlen pun bersedia mengorbankan diri dan seluruh urat malunya untuk bisa beradu akting. Omong-omong, hanya Marlen satu-satunya aktor pendatang baru di film yang akan dimainkan. Dia tanda-tangan kontrak dengan salah satu agensi Stars Cinema bersama beberapa pemain yang memang sudah terkenal dari sononya, maksud Marlen, sudah terkenal karena mereka adalah selebgram.
Selepas kelas akting, Marlen melihat Mami bercengkrama dengan Miss Ivon. Tampaknya Miss Ivon tengah membanggakan Marlen karena sudah berkembang dari sebelumnya. Bagaimana tidak? Awalnya Miss Ivon turut prihatin pada Marlen karena lelaki itu mudah ketakutan dengan mata berkaca-kaca di kelas aktingnya, tapi lama-kelamaan dia sudah terbiasa dan akhirnya bisa sedikit mengontrol rasa takutnya selama kelas akting di mulai. Miss Ivon juga tahu kok struggle-nya Marlen dengan dirinya sendiri dan dapat memaklumi hal itu. Mami sudah menceritakan semua yang terjadi tentang Marlen dan hal-hal yang membuatnya trauma.
Beberapa saat kemudian, Mami sudah berpamitan dengan Miss Ivon dan membawa Marlen pergi.
"Alen mau jajan es krim, nggak? Mama bakal penuhin keinginan kamu hari ini. Bilang aja mau es krim, gelato, cokelat atau cotton candy?" tanya Mami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Team II: Reach The Stars
Genç KurguSetelah masuk dalam program PIN, Airin baru sadar ia mempertaruhkan banyak waktunya untuk lebih giat belajar. PIN perak adalah motivasinya sekarang. Masalahnya ini bukan hanya tentang PIN perak lagi, tapi tentang menemukan bakatnya di tengah-tengah...