TEAM: 60: YOURS

312 51 24
                                    

HAPPY READING 

...

Sejujurnya Airin tak kepikiran Adly akan menyiapkan sesuatu untuknya di hari ulang tahun ini karena perjanjian mereka, Airin ingin Adly mengikutinya ke tempat yang dia inginkan. Cowok itu memang tak mudah ditebak sih. Jangankan ditebak, diterawang pun mustahil. Ke mana lagi Adly akan mengajaknya pergi selain ke tempat-tempat membosankan yang dipenuhi segudang buku pelajaran? Perlu diingat, Adly bukan orang yang romantis sama sekali. Dipikirannya hanya belajar dan membaca.

Satu-satunya hal romantis yang pernah Adly lakukan hanya malam itu ...

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dari Panti, mereka sampai di tempat tujuan---yang rupanya belum pernah Airin kunjungi semasa hidup---dan dia cukup terkesima akan dibawa ke tempat ini. 

Tempat wisata yang sebenarnya terlihat biasa saja, tapi malam ini jadi lebih menarik karena dihias dengan lentera kecil dan balon ulang tahun yang menggantung di setiap pohon, memancarkan kontras yang berkilauan di permukaan air danau. Juga meja dan dua kursi yang dipersiapkan tak jauh dari danau, terkesan romantis dan---ini bukan Adly yang Airin kenal.

Seluruh danau ini—hiasan, cahaya lentera, lilin di meja makan—semua itu Adly lakukan hanya untuk merayakan hari ulang tahunnya.

"Whoaa ... ini---lo yang bikin?" tanya Airin. Dia membalikkan tubuh ke arah Adly. Mata bulannya bersinar cerah dibanding puluhan lentera, kelihatan sekali kalau dia senang sekaligus tak menyangka Adly akan kepikiran melakukan ini.

Well, ini sebenarnya bukan murni ide Adly. Ini saran Jean di malam gender reveal Arista. Pria itu menyarankan agar membawa Airin ke tempat-tempat romantis, soalnya Airin kebanyakan hanya tahu tempat bermain dan belum pernah merasakan candle light dinner seperti pasangan umumnya. Jadilah Adly kepikiran membuatnya di danau. 

Ini juga salah satu balasan untuk Airin yang selalu merayakannya kemarin. Gadis itu pantas dirayakan dalam keadaan apa pun. 

"Suka?" tanya Adly.

"Suka! Suka banget!" jawab Airin dengan cepat. "Kalau tahu lo bakal nyiapin dinner, gue pasti bakal pake gaun." 

Lantaran hanya tahu mereka berkunjung ke panti, Airin hanya menggunakan overall dress selutut. Airin agak insecure membandingkan penampilannya sekarang, kelihatan biasa saja di tempat seindah ini. Padahal dia bisa dandan agar terkesan lebih romantis lagi. 

"Kenapa harus pake gaun?" tanya Adly lagi.

"Ya biar cantik. Kan lo sering ngatain gue jelek!" Airin menjawab dengan sedikit sindiran, mengingatkan Adly kalau lelaki itu tak pernah mengatakannya cantik. 

Adly mengulum senyumnya, menahan tawa mendengar itu. Airin benar-benar polos mengira dirinya jelek sungguhan, padahal Adly tidak bermaksud mencelanya. Dibanding menanggapi, Adly malah menarik Airin, duduk di kursi yang berhadapan. Ada kue ulang tahun di sana, juga makanan-makanan kesukaan Airin. Wah! Lelaki itu bahkan riset alami tentangnya, pasti semua dia dapat dari Jean. 

"Tt---tapi, gue baru tahu lo bisa seromantis ini," ucap Airin, malu-malu.

"Emang apa yang lo tahu tentang gue?"

Airin memasang tampang berpikir. Lebih tepatnya sedang mengingat watak Adly yang dia kenal dulu. "Lo orangnya dingin, intimidatif, ngeselin. Lo aja---jarang banget senyum ke orang-orang."

Setelah Airin mendeskripsikan pribadinya yang buruk, Adly malah tertawa membuat Airin tertegun. Ini bukan pertama kalinya dia melihat Adly tertawa, tapi entah kenapa reaksi lelaki itu selalu jadi sesuatu yang ditunggu Airin; senyumnya. 

Team II: Reach The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang