Seorang gadis bersurai hitam tengah berkutat dengan tumpukan buku di depannya. Bibirnya komat-kamit membaca tulisan panjang di buku tebal yang ia pegang. Fokusnya teralihkan saat mendengar getaran ponsel di atas meja yang saat ini ia tempati. Segera ia melihat ke sana ke mari, khawatir jika suara getaran ponselnya mengusik orang-orang di ruangan yang sunyi ini.
Gadis itu mengambil ponselnya kemudian membaca pesan dari kontak yang bertuliskan nama 'Ivana'.
Gue udah di kantin. Isi pesan itu.
Gadis pemilik netra hazel itu segera bangkit dan membereskan barang-barangnya. Setelah mengembalikan semua buku di rak perpustakaan, ia pun segera melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
Di salah satu sudut kantin kampus yang ramai, dua orang gadis tengah duduk berhadapan sambil berbincang ria. Salah seorang yang berkacamata mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya sembari menunjukkan wajah gembira. Dia adalah Ivana, mahasiswa semester 6 yang bercita-cita untuk masuk isekai. Di depannya ada Adelia, sahabat sehati dan sejiwa, yang juga bercita-cita untuk masuk isekai. Keduanya adalah penggemar manhwa dan novel yang bertema time travel, transmigrasi, ataupun reinkernasi.
"Tada!! Ini loh novel yang gue bilang sebelumnya. Emang sih kisah cinta cinderella yang klise. Tapi tulisan authornya keren banget. Baca deh." Ivana menyodorkan novel yang baru saja ia ambil dari tas pada Adelia.
"Loh? Gue juga udah baca novel ini!"
"Seriusan?"
"Iya, gue gak sengaja nemu di perpustakaan. Karena covernya bagus, jadi gue baca deh, dan ceritanya emang lumayan klise sih. Tapi ga tau kenapa gue ga bisa ngalihin fokus waktu bacanya."
"Iya kan? Tapi entah kenapa gue rada kasian sama 2nd male lead-nya. Udah lama kenal, tapi difriendzone-in doang. Padahal juga udah banyak berkorban." Raut wajah Ivana yang mulanya ceria tiba-tiba menjadi murung Ketika mengingat karakter favoritnya.
"Hm, tapi justru gue lebih kasian sama villain-nya."
"Kenapa?"
"Coba deh, lo lihat dari sudut pandang villain-nya. Wajar aja kan kalo dia gangguin female lead-nya? Dia udah tunangan sama Crown Prince duluan loh. Si female lead-nya aja yang kegatelan."
"Pfft! Uhuk! Uhuk!"
Ivana yang sedang meneguk minumannya langsung terbatuk mendengar perkataan sahabatnya barusan, lalu terbahak pelan.
"Ngakak banget. Wajar aja tau, namanya juga villain. Udah nasibnya gitu di tiap cerita. Lagian dia juga keterlaluan ke female lead."
"Gue ga menampik apa yang dilakukan villain-nya itu salah. Tapi coba lo bayangin gini deh. Lo punya tunangan, dan lo cinta banget sama tunangan lo itu. Tapi tunangan lo malah suka sama gue, dan gue juga suka sama dia walaupun tau kalo kalian udah tunangan. Emangnya lo gak bakalan kesal kalo ada di posisi itu? Gue ga membenarkan kejahatannya, tapi gue paham sama perasaannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
EVELIA : Behind 'The Secret'
Historical Fiction"Mari kita bertunangan, Your Grace" "Mari kita batalkan pertunangan ini, Your Highness" Kedua gadis yang berada dalam dua kondisi berbeda, membuat mereka bertindak tidak seperti 'diri' mereka sendiri. Ivana dan Adelia menyadari bahwa keduanya masuk...