CHAPTER 5

542 43 3
                                    

Akhirnya aku menemukannya... Helene.

Dengan rambut blonde sepaha yang bergelombang indah, lalu sikap ramah yang ia tujukan pada pelayan dihadapannya, sudah jelas bahwa dia adalah Helene. Bahkan tampilan belakang saja sudah begitu cantik. Setelah berbicara dengan pelayan itu, Helene tampak berbalik untuk pergi ke suatu tempat dengan nampan berisi secangkir teh di tangannya.

Jika Everyl tidak salah menebak, teh itu pasti untuk Duke Aeron. Karena dalam novel dijelaskan bahwa baik Marquess Apollyon maupun Reagan, mereka bukanlah penikmat teh. Dan teh hanya akan selalu disajikan untuk Cordelia atau tamu yang datang ke kediaman ini. Jika mengingat tamu yang ada di kediaman ini hanya Everyl dan Aeron, sudah jelas kemana tempat tujuan gadis itu.

Melihat Helene yang mulai bergerak, Everyl pun mengikutinya secara diam-diam. Keduanya berhenti di depan salah satu pintu yang ada di lorong yang sempat Everyl lewati tadi. Sebisa mungkin Everyl mencari tempat persembunyian yang sekiranya dapat membuatnya melihat dengan jelas orang yang ia ikuti tanpa ketahuan.

Helene baru akan membuka pintu yang dijaga oleh dua orang ksatria yang berdiri dengan gagahnya di tempat tersebut, namun terhenti kala Duke Aeron keluar secara tiba-tiba dan hampir menabraknya.

"Ah.. Hampir saja. Aeron, urusanmu sudah selesai? Apa kau akan kembali sekarang? Teh ini bahkan belum sempat kuberikan padamu." Helene berujar lembut pada Duke Aeron sambil melangkah mundur.

Meski dari jauh, Everyl dapat melihat dengan jelas bagaimana tatapan pria itu pada Helene. Tatapan lembut yang memuja. Sayang sekali ia hanya bernasib malang di akhir novel. Meski begitu, entah kenapa Everyl merasakan perasaan aneh seperti ada yang meremas kuat jantungnya ketika melihat adegan itu. Terlebih ketika mendengar bagaimana Helene berbicara santai dengan memanggil nama depan dari duke. Ia tidak mengerti perasaan apa itu. Ia memang menyukai karakter Aeron, tapi setahunya itu hanyalah perasaan dari seorang penggemar pada idolanya. Tidak mungkin ia cemburu. Bukankah di lain sisi dia juga mendukung kisah keduanya dan berharap Aeron tidak bernasib menyedihkan meski itu tidak mungkin?

"Terima kasih. Tetapi sebelumnya pelayan sudah membawakan teh, My Lady."

Suara berat namun bernada lembut itu berhasil membuat Everyl bergetar. Jelas sekali bahwa Aeron seperti anjing yang jinak di hadapan Helene. Memikirkan keduanya tampak begitu serasi dan cocok meski tidak berakhir bersama, entah mengapa tetap membuat Everyl gundah.

Ia melihat ke arah netra ungu milik duke, lalu beralih ke netra merah gelap Helene. Warna yang hanya dimiliki oleh keturunan Apollyon. Everyl lantas terdiam melihat bola mata itu. Entah mengapa ia tidak bisa melepaskan tatapannya pada keindahan mata tersebut. Bukankah Cordelia juga memilikinya? Namun mengapa terasa berbeda? Apa karena Cordelia adalah villain sedangkan Helene adalah pemeran utama?

"Sayang sekali. Padahal aku ingin sekali menyajikan teh buatanku untuk sahabatku sendiri." Ekspresi gadis itu berubah sendu, membuat Aeron terkejut lalu bergerak semakin mendekat padanya.

"Maafkan saya. Untuk selanjutnya, akan saya pastikan untuk meminum teh dari Anda, My Lady."

Senyuman terbit di wajah gadis itu, membuat Aeron perlahan melangkah mundur karena salah tingkah. Namun senyuman itu tak berlangsung lama.

"Bukankah aku sudah mengatakan padamu untuk saling memanggil dan berbicara dengan santai, Aeron?"

Tak tahu mengapa, Everyl merasa tatapan yang diberikan Helene pada Aeron saat itu bukanlah suatu tatapan menuntut dari orang yang sedang merajuk biasa. Sekilas ia melihat sorot dingin di netra indah milik Helene. Everyl segera menggelengkan kepala untuk meyakinkan diri bahwa ia pasti sudah salah melihat.

Di lain sisi, Aeron tampak semakin salah tingkah.

"Ya... Tapi saat ini saya berada di kediaman Marquess Apollyon, My Lady. Saya tidak ingin ada kesalahpahaman yang membuat Anda kesulitan nantinya," terang Aeron.

EVELIA : Behind 'The Secret'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang