CHAPTER 18

253 36 4
                                    

"Semuanya sudah berkumpul, ya."

Sebuah suara dari lantai atas menginterupsi, Allerick menoleh cepat kala mendengar suara yang familiar di telinganya. Dari ujung tangga terlihat sosok Cordelia berjalan anggun menuruni anak tangga yang dibantu oleh Alex si butler di sampingnya.

Sosok yang sedang berjalan ke arahnya terlihat begitu indah hingga ia tak mampu mengalihkan pandangannya sedikitpun. Namun ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Entah kenapa ia merasa keberatan melihat Alex yang hanya seorang butler lancang memegang tangan tunangannya dengan begitu santai.

Alex mendadak kaku saat merasakan tatapan menusuk dari Putra Mahkota. Ia cukup peka untuk mengetahui alasan mengapa Putra Mahkota tiba-tiba menatapnya tajam seperti itu, namun ia tak bisa melepaskan tangan nona-nya begitu saja karena gadis itu jelas kesulitan untuk menuruni anak tangga karena sepatu tingginya.

"Selamat Malam, Your Highness. Maaf karena sudah membuat Anda menunggu lama," sapa Cordelia saat sampai di bawah.

"Kakak terlihat sangat cantik, kakak pasti akan jadi wanita paling cantik di pesta nanti!" Celetuk Helene tiba-tiba dengan raut wajah bersemangat.

"Itu tidak boleh terjadi, Helene. Karena yang menjadi tokoh utama di pesta ini adalah Pangeran kedua dan Putri."

Helene langsung terdiam setelah mendengar jawaban dari Cordelia. Di sisi lain Cordelia tampak senang karena berhasil membuat gadis itu tak berkutik lagi.

"Kau sudah siap?" Tanya Allerick yang kemudian mengulurkan tangannya pada Cordelia.

"Ya, Your Highness."

Meskipun enggan, Cordelia memaksakan dirinya untuk menyambut uluran tangan Putra Mahkota itu. Gadis itu meneguk salivanya dengan kasar karena perasaan gugup tiba-tiba memenuhinya saat merasakan genggaman lembut dari Allerick.

Sialan, kenapa jantungku ini tidak bisa diajak kerjasama?!

Jujur saja, sebenarnya sejak pertama kali melihat Allerick yang ada di bawah tangga, Cordelia merasa seperti terpikat pada pria itu. Sosoknya yang gagah memakai baju dengan warna senada dengan milik Cordelia, dengan rambut hitamnya yang ditata rapi membuat aura ketampanannya semakin menguar. Cordelia yakin 100% ia tidak akan bisa bernafas dengan normal jika menatap wajah tampan itu lama-lama. Meskipun sebelumnya ia terus-terusan mengutuk pria itu dalam hati, setelah melihat wajah secara langsung, Cordelia merasakan jantungnya jadi berdebar lebih kencang. Bahkan perasaan kesalnya karena mimpi buruk tadi tiba-tiba lenyap begitu saja. Padahal ia sudah bertekad untuk tidak mencintai Putra Mahkota demi menghindari akhir yang tragis, tapi jika seperti ini terus bisa-bisa ia gagal total.

"Ayo kita pergi."

Cordelia dan Allerick melangkah ke luar, Helene yang melihatnya pun segera mengikuti mereka dan diiringi oleh Marquess dan Reagan di belakangnya.

Ketika Cordelia sudah masuk ke kereta kuda milik istana, Helene tiba-tiba ditegur oleh Reagan saat melihat gelagat gadis itu ingin ikut naik ke kereta kuda itu.

"Apa yang kau lakukan, Helene?" Panggil Reagan.

"Bukankah kita akan pergi bersama?" Tanya Helene dengan wajah polos.

Marquess yang berdiri di samping reagan langsung memijit pangkal hidungnya melihat kelakuan putri bungsunya itu.

"Kereta itu hanya untuk his highness dan Cordelia. Kita akan pergi dengan kereta kuda milik keluarga kita."

Raut wajah gadis bersurai pirang itu langsung berubah sedih. Ekspektasinya untuk berada di kereta yang sama dengan Putra Mahkota, hancur total. Cordelia yang menyaksikan adegan itu dari dalam kereta langsung terkekeh pelan. Namun karena Allerick mendengar suara tawanya, gadis itu langsung memalingkan wajahnya sembari menutup mulutnya dengan kipas lipat miliknya.

EVELIA : Behind 'The Secret'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang