"Oh? Bukankah itu Yang Mulia Putra Mahkota?"
Suara lembut Lady Gallichant memecahkan keheningan. Seketika semua gadis yang ada di sana menoleh ke arah yang ditunjuk oleh lady itu. Terlihat oleh mereka sosok Putra Mahkota yang sedang berdiri di balik sebuah pilar yang diapit semak berbunga.
Chrysilla ikut menoleh ke arah pria yang entah sejak kapan ada di tempat itu. "Allerick?"
Putra Mahkota Allerick keluar dari tempat persembunyiannya. Ia berdehem pelan menepis rasa gugup karena tertangkap basah oleh para gadis itu. Kakinya melangkah menghampiri sang adik, kemudian memberikan salam singkat pada para lady yang hadir di pesta teh itu. Tak berapa lama Arsene— sang ajudan menyusul langkahnya.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" Tanya Chrysilla dengan tatapan penuh curiga.
"Aku hanya tidak sengaja lewat sini dan..."
Allerick menggantungkan kalimatnya kemudian melirik ke arah sang ajudan dan memberikan kode untuk meminta pertolongan. Namun sayangnya sang ajudan sama sekali tidak menangkap sinyal dari pria itu, ia malah menatap balik dengan tatapan bingung. Allerick mengepalkan kedua tangannya kesal. Dasar tidak berguna, batinnya.
"... Ada barang milikku yang jatuh dan menggelinding ke sini. Jadi aku hanya ingin mengambilnya dan pergi, bukan untuk menguping pembicaraan kalian." Allerick berujar dengan suara tegas dan wajah datar tanpa ekspresi. Namun di sisi lain, Arsene sang ajudan tampak berusaha keras untuk menahan tawa hingga kedua bahunya bergetar.
Chrysilla melipat kedua tangannya di depan dada. Ia menatap sang putra mahkota dengan sudut matanya dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Tapi ini adalah taman pribadiku. Kenapa kau harus melewati taman milikku ini dan menjatuhkan barangmu di sekitar sini? Selain itu... aku tidak menuduhmu menguping kami. Kenapa kau tiba-tiba membicarakan tentang itu. Apa saja yang sudah kau dengar?"
Allerick mulai berkeringat dingin. Rasa gugup menyelimuti dirinya, namun ia berusaha keras mengabaikannya dan tetap bersikap tenang seolah tak terjadi apa-apa. Di sisi lain, tubuh Arsene semakin bergetar hebat karena berusaha semakin keras menahan tawanya.
"Aku hanya ingin melihatmu. Apakah salah jika seorang kakak datang untuk melihat adiknya? lalu, sudah kukatakan bahwa aku tidak menguping!"
"Baiklah jika memang seperti itu." Chrysilla yang merasa terlalu lelah untuk menghadapi sikap keras kepala pria itu, memutuskan untuk mengalah.
"Ah, ya... izinkan aku untuk menyapa lady semua. Selamat datang. Terima kasih sudah datang di pesta teh yang sudah dipersiapkan adikku."
"Salam, Yang Mulia Putra Mahkota. Suatu kehormatan dapat memberi salam pada Anda. Semoga kemuliaan selalu menyertai Anda," balas para lady serentak.
"Anda tidak perlu berterima kasih, Your Highness. Karena kami sendiri senang karena mendapat undangan dari Putri," ucap salah satu lady.
"Omong-omong tadi aku tidak sengaja mendengar keributan—"
"Kau bilang tadi tidak menguping," sela Chrysilla.
"Aku tidak menguping. Ini berbeda, aku hanya tidak sengaja mendengarnya." Pembelaan yang diberikan pria itu membuat Chrysilla seketika memutar bola mata dengan malas. Namun ia tak terang-terangan menunjukkan itu di depan para lady.
"Itu bukan apa-apa, Your Highness. Maafkan kakak saya yang sudah menyebabkan keributan itu." Helene tiba-tiba bersuara. Sontak Cordelia langsung memberikan tatapan sinis pada gadis itu. Apaan sih anjir. Batinnya.
"Maaf Your Highness, saya tidak bermaksud begitu." Cordelia berusaha untuk mengambil kendali agar sang adik tidak semakin mempermalukannya.
"Saya sudah mengingatkan kakak sejak tadi, namun kakak malah memarahi saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
EVELIA : Behind 'The Secret'
Fiksi Sejarah"Mari kita bertunangan, Your Grace" "Mari kita batalkan pertunangan ini, Your Highness" Kedua gadis yang berada dalam dua kondisi berbeda, membuat mereka bertindak tidak seperti 'diri' mereka sendiri. Ivana dan Adelia menyadari bahwa keduanya masuk...