"Gue hamil."
Satu kalimat yang diucapkan Everyl sontak membuat cookie yang ada di mulut Cordelia tersembur keluar.
"Anjir. Jangan bercanda lo!!" Bentak Cordelia kesal. Namun melihat raut wajah serius yang ditunjukkan gadis di depannya itu, Cordelia jadi sedikit terguncang.
Cordelia meneguk salivanya dengan kasar, lalu membetulkan posisi duduknya.
"Sumpah? Sama siapa? Jangan bilang duke?! Sejak kapan juga duke nerima lo?"
"Loh kok gitu sih?!" Balas Everyl dengan wajah cemberut.
"Eve? Ini beneran? Tunggu. Anjir!! Lo snu snu sama duke? Parah sih... ga cerita. Lo ngambek karena gue ga cerita tentang rencana mutusin PM, tapi lo sendiri malah nyembunyiin semua ini?!"
Di saat Cordelia tengah terguncang akibat informasi yang tiba-tiba ia dapatkan, di sisi lain Everyl malah tampak begitu tenang dan santai memakan cemilannya.
"Ck ck ck..." gadis itu berdecak sambil menggelengkan kepalanya. "Bego," lanjutnya sambil memasukkan sepotong brownies ke dalam mulutnya.
"Eve!!! Siapa yang hamilin lo? Atau jangan-jangan 2nd prince?! Tadi kalian juga..." Cordelia tak melanjutkan kalimatnya, namun tatapan yang penuh curiga itu sudah mengatakan apa yang sedang ia pikirkan.
"Dih... jangan konyol!!" Everyl melempari Cordelia dengan cemilan berbentuk bola kecil.
"Trus siapa? Gue bilang bapak lo ya!!"
Dengan rasa penasaran yang begitu tinggi, Cordelia berlari memutari meja ke arah Everyl kemudian duduk di samping gadis itu. Ia lalu mengguncang-guncang bahu Everyl dengan brutal sambil terus meminta penjelasan dari gadis itu.
"Apa sih! Nggak, nggak, gue gak hamil. Puas lo? Bego banget sih. Yakali gue hamil. Sama siapa?!! Jomblo gini juga." Balas Everyl kesal yang kemudian memukul lengan Cordelia dengan bantal sofa.
"Yah lo juga sih, kenapa juga tiba-tiba bilang hamil?"
"Sengaja. Simulasi doang. Mau tau gimana reaksi lo kalo tiba2 gue umumin kalau gue hamil beneran. Lagian dari tadi sejak di kereta sampai sekarang, lo ga mau buka suara. Yaudah gue duluan."
"Ya ga gitu juga... lagian jauh banget sampe simulasi hamil. Kalo lo tiba-tiba ngomong si duke mau ngedate bareng lo aja gue pasti bakal kaget. Ga perlu sampe hamil segala."
Cordelia bergerak bangkit dan kembali ke tempat duduknya semula.
"Dih... suka-suka gue lah," balas Everyl sambil memutar bola matanya malas.
"Oke, jadi lo ada hubungan apa sama 2nd prince? Sejak kapan kalian dekat?" Raut wajah Cordelia kini berubah serius.
"Bisa-bisanya lo menyimpulkan kalau gue deket sama 2nd prince. Rumor dari mana pula itu?"
"Heh! Lo pikir gue bego apa? Jelas-jelas sikap pangeran ke lo keliatan banget. Sampe cium tangan segala. Jangan coba-coba ngibulin gue lagi!"
"Lah? Lo dicium tangannya sama PM aja ga gue permasalahin tuh. Begini doang kok dijadiin pembicaraan? Ga penting banget deh."
"Kalo gue sama PM tuh urusan beda!" Balas Cordelia dengan nada kesal.
"Halah! Bilang aja lo mau balikan sama PM," balas Everyl dengan nada mengejek. "... Nyesel kan lo batalin pertunangan," lanjutnya.
"Jangan ngadi-ngadi lo! Gak sudi gue! Cuih. Ngapain juga gue susah-susah batalin pertunangan kalau ujung-ujungnya mau balikan?"
"Terus lo sendiri gimana? Kenapa si PM sampe kecup tangan lo segala?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EVELIA : Behind 'The Secret'
Historical Fiction"Mari kita bertunangan, Your Grace" "Mari kita batalkan pertunangan ini, Your Highness" Kedua gadis yang berada dalam dua kondisi berbeda, membuat mereka bertindak tidak seperti 'diri' mereka sendiri. Ivana dan Adelia menyadari bahwa keduanya masuk...