Aeron menatap seluruh ksatria yang ada di tempat latihan dengan ekspresi tenang. Tak sepatah katapun terucap. Entah dia menyadari atau tidak, para ksatria kini menahan diri untuk tidak gemetar di bawah tatapan sang Duke. Ini bukan yang pertama kalinya, namun mereka tetap saja belum terbiasa. Dan entah mengapa mereka jadi merindukan nona malaikat yang membawakan kue untuk mereka. Hingga kini mereka masih berharap akan kabar baik yang masuk ke kediaman Haverford.
Tidak ada yang tau sebenarnya saat ini justru Aeron sedang memikirkan hal lain yang akhir-akhir ini cukup mengganggunya. Siapa lagi kalau bukan Everyl Dalwood. Gadis bersurai coklat dengan netra hijau tunas serta bentuk wajah bulat yang lembut. Ia sungguh tidak mengerti mengapa gadis itu mau bersusah payah untuk menarik perhatiannya? Segala hal telah dilakukannya.
Sejujurnya ia sedikit menikmati itu semua. Bagaimana gadis itu menatapnya, tersenyum padanya, berusaha menarik perhatiannya, merajuk padanya, bertingkah aneh serta nekat di depannya. Hatinya sedikit tergerak ingin menerima permintaan pertemanan dari gadis itu, namun sekali lagi ia menepis hal itu.
Ia terlihat lemah dan rapuh. Sedangkan aku memiliki banyak musuh. Dia akan berada dalam bahaya jika berada di sekitarku.
Aeron mengepalkan tangannya dengan kuat sehingga orang-orang disekitarnya merasakan atmosfer yang berubah begitu dingin. Selain itu mereka juga terkejut kala melihat ekspresi yang saat ini duke mereka perlihatkan.
"Mengapa tidak mungkin? Anda bahkan berteman dengan lady Apollyon."
Kata-kata itu terus terngiang di kepalanya belakangan ini. Helene, mengapa gadis itu jadi terlupakan ketika ia bersama Everyl? Aeron selama ini cukup yakin bisa menahan perasaan yang ia miliki terhadap putri bungsu Marquess Apollyon itu, karena ia juga tidak ingin Helene berada dalam bahaya. Senyumannya, perlakuannya yang lemah lembut, serta keceriaan yang dimilikinya membuat hati Aeron yang selama ini membeku, merasa tergelitik dan cukup tertarik untuk menerimanya. Ia selalu merasa bahwa ia harus melindungi Helene, terlebih karena gadis itu selalu mengadu padanya bahwa sang kakak, Cordelia Apollyon, selalu menyiksanya.
Aeron ingin melakukan segalanya untuk gadis itu. Namun ia tahu bahwa dirinya harus menjaga jarak. Meski begitu, ia sadar bahwa dirinya tidak bisa menolak sepenuhnya jika Helene meminta untuk melakukan sesuatu ataupun berusaha memanggilnya dengan akrab. Bagaimanapun ia menolak, gadis itu selalu berusaha untuk terus mempertahankan keinginannya sehingga mau tak mau ia juga menerimanya.
Hal ini mengingatkannya dengan Everyl. Kedua gadis itu terasa mirip, namun berbeda. Aeron bahkan tidak tahu dengan pasti apa yang membedakan antara keduanya. Ia menghela nafas dengan gusar, kini entah apa yang harus ia lakukan. Ia tidak ingin menyakiti hati salah satu atau kedua gadis itu. Ia juga tidak ingin membuat mereka menangis.
Menangis...
Tiba-tiba saja telinganya memerah dan ia menutup sebagian mukanya. Mengapa ia tiba-tiba mengingat kejadian di kereta? Mengapa pula ia melakukan hal itu? Rasanya sungguh tidak sopan. Untung saja gadis itu tidak berteriak padanya. Haruskah ia berterima kasih? Saat itu ia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa.
Sebenarnya itu bukanlah kali pertama dirinya melihat wanita menangis. Ia cukup sering melihat wanita menangis ketika ia menolak ajakan kencan mereka meski dengan cara sopan, lalu Helene yang juga menangis setelah mengaku disiksa oleh Cordelia. Tapi saat itu ia tidak tahu alasan sebenarnya mengapa Everyl menangis. Gadis itu bahkan tidak ingin memperlihatkan wajahnya. Hal itu sedikit mengganggu perasaan Aeron. Tubuhnya terasa bergerak dengan sendirinya tanpa ia minta ketika merengkuh tubuh mungil tersebut. Bisa ia rasakan bagaimana Everyl juga terkejut seperti dirinya, namun gadis itu tetap diam, menerima lalu membalas pelukannya semakin dalam, dan entah bagaimana itu terasa sedikit nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVELIA : Behind 'The Secret'
Historical Fiction"Mari kita bertunangan, Your Grace" "Mari kita batalkan pertunangan ini, Your Highness" Kedua gadis yang berada dalam dua kondisi berbeda, membuat mereka bertindak tidak seperti 'diri' mereka sendiri. Ivana dan Adelia menyadari bahwa keduanya masuk...