"Ada apa dengan raut wajahmu, Luke?"
Luke Clamonte, pemeran utama pesta hari ini seketika menoleh kala mendengar namanya dipanggil oleh seseorang. Terlihat olehnya seorang pemuda berambut pirang dengan mata keemasan yang entah datang dari mana sudah berada di sampingnya.
"Memangnya ada apa dengan raut wajah saya, Your Highness?"
Evander mengerutkan dahinya kala mendengar panggilan yang disebutkan sepupu dari pihak ibunya itu.
"Hei, bukankah sudah sering kukatakan untuk tidak perlu menggunakan panggilan kehormatan seperti itu? Panggil saja aku kakak, seperti yang kau lakukan saat masih kecil."
Luke meneguk kasar salivanya. Ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah para tamu yang ada di ballroom.
"Bukankah ini pesta ulang tahunmu? Tapi kau tampak tidak senang sama sekali."
"Bagaimana saya bisa merasa senang jika pesta ini sama sekali dibuat bukan untuk saya? Saya tahu jelas bahwa ini pesta ini hanyalah sarana untuk para orang dewasa memperluas relasi."
Evander menatap miris ke arah anak yang baru saja menginjak usia 12 tahun itu. Luke yang baru menginjak usia remaja itu sudah menyadari pahitnya kehidupan bangsawan. Ini bukan pertama kalinya ia mengalami ini. Sudah bertahun-tahun hari ulang tahunnya dimanfaatkan oleh sang ayah untuk mencari relasi.
"Yah, cepat atau lambat kau harus segera beradaptasi dengan kehidupan bangsawan ini. Karena bagaimanapun suatu saat nanti kau akan menjadi Duke menggantikan paman."
Evander menepuk pelan pundak yang kecil itu, kemudian mengusapnya dengan lembut.
"Terima kasih sudah menghibur saya, Kak. Saya senang setidaknya hari ini ada satu orang yang bisa memahami perasaan saya."
"Kau sudah bekerja keras. Sebelum kembali ke akademi, datanglah ke istana sekali."
"Ya, saya akan berkunjung dalam waktu dekat."
Evander mengangguk kemudian menepuk-nepuk pundak Luke lagi.
"Omong-omong, Kak..." Luke menggantungkan kalimatnya, lalu mendongakkan kepalanya menatap pangeran kedua itu.
"... Mungkinkah alasan Kakak menghampiri saya karena ingin menghindari para lady itu?" Luke mengatakan kalimat itu sambil menunjuk ke arah para lady bangsawan yang sejak tadi melihat ke arah mereka.
"Ah... hahaha... aku ketahuan."
"Haah... benar-benar. Pergilah ke sana, bukankah sudah saatnya memilih gadis untuk menjadi tunangan Kakak?"
"Tunangan? Kenapa kau tiba-tiba membicarakan itu? Apa kau punya calon tunangan?"
Evander menatap Luke dengan tatapan penuh curiga.
"Bukan begitu. Saya dengar di usia kakak sudah seharusnya punya tunangan dan menikah. Tapi saya perhatikan sepertinya Kakak tidak dekat dengan gadis manapun. Atau... mungkinkah sudah ada gadis yang kakak kencani diam-diam?"
Bukannya menjawab, Evander malah tersenyum sehingga memancing Luke membuat spekulasi sendiri.
"Sungguh?! Lady bangsawan mana?! Apakah dia ada di antara para lady bangsawan itu?" Ucapnya sambil menunjuk ke arah para lady tamu undangan yang berkumpul membentuk kelompok kecil.
"Bukan. Dia bukan salah satu dari kelompok itu. Dia agak langka dan cukup liar sehingga sulit sekali untuk di tangkap."
Luke tampak kebingungan dengan kalimat yang diucapkan pemuda yang ada di depannya itu. Langka? Liar? Apa benar yang dideskripsikan pemuda itu adalah seorang manusia?
KAMU SEDANG MEMBACA
EVELIA : Behind 'The Secret'
Narrativa Storica"Mari kita bertunangan, Your Grace" "Mari kita batalkan pertunangan ini, Your Highness" Kedua gadis yang berada dalam dua kondisi berbeda, membuat mereka bertindak tidak seperti 'diri' mereka sendiri. Ivana dan Adelia menyadari bahwa keduanya masuk...