"Hei, tunggu sebentar!"
Jantung Cordelia melonjak, ia merasa darahnya berhenti mengalir sejenak. Apakah dia telah ketahuan? Dia berbalik dengan hati-hati, menundukkan wajah, siap untuk berlari jika diperlukan. Penjaga itu mendekat, tetapi bukan dengan curiga. Dengan santai, ia mengulurkan sehelai kain yang terjatuh dari bakul.
"Kau menjatuhkannya," kata penjaga itu.
Cordelia menahan napas lega, mengangguk singkat, dan mengambil kain itu. "Terima kasih," ucapnya pelan, lalu bergegas pergi.
Penjaga itu melihat Cordelia berjalan menjauh, namun hatinya terasa sedikit aneh. Ia memandang ke arah pintu kamar dan berpikir sejenak sebelum memutuskan untuk memeriksa. Dia membuka pintu perlahan, dan menemukan seorang wanita berbaring di ranjang, membelakangi mereka. Rambut ungunya terlihat jelas di bawah sinar matahari pagi yang menembus tirai.
"Ah, baiklah," gumam penjaga itu pada dirinya sendiri, merasa sedikit lega. Ia menutup pintu kembali, tidak menyadari bahwa yang mereka lihat hanyalah maid yang mengenakan wig ungu, sementara Cordelia sudah berhasil keluar untuk memulai pencariannya sendiri.
Cordelia berjalan cepat menuju halaman belakang, pikirannya sudah dipenuhi oleh tekad. Dia tahu dia harus menemukan Everyl sebelum semuanya terlambat. Reagan mungkin berniat baik, tetapi kali ini, dia harus mengikuti kata hatinya sendiri.
"Anda harus membunuhnya. Dia sudah sampai ke sini, jika dia berhasil keluar maka akan berbahaya untuk kita semua, Master!"
Plak!
"Tutup mulutmu! Siapa kau berani memerintahku?!"
Aku membuka mata perlahan dalam keadaan tubuh yang lemas. Pandanganku buram, membuatku sulit melihat jelas apa yang sedang terjadi. Namun, aku bisa mendengar suara tamparan di antara percakapan dua orang. Salah satunya adalah seorang wanita, dan yang lain adalah pria dengan jabatan yang cukup tinggi.
"Kau pikir aku sebodoh itu?! Kau hanya makhluk rendahan yang berani melawanku."
"Maafkan saya, master. Tapi..."
"Kubilang diam kau, jalang!!!"
Suara dingin itu begitu menakutkan hingga membuatku sadar. Ah, aku ingat sekarang, aku ditangkap oleh kelompok penyihir hitam. Aku mencoba menggerakkan tubuhku, tetapi tanganku diikat di belakang punggung. Menyadari kondisiku, aku berusaha bangkit untuk melihat keadaan sekitar. Tak jauh dariku, dua orang berdiri berhadapan dengan jubah yang menutupi seluruh tubuh mereka.
Aku mencoba melepaskan ikatan di pergelangan tanganku dengan sihir, namun anehnya aku tidak bisa merasakan manaku. Sihirku tidak bisa keluar, seolah ada sesuatu yang menahannya. Mungkinkah mereka memblokir sihirku? Aku mencoba mengambil posisi yang lebih nyaman, tetapi tetap saja sulit dan menyakitkan karena sebelumnya aku memaksa tubuhku melawan kelompok penyihir itu hingga mencapai batasku. Tanpa sadar, aku meringis pelan, yakin kedua orang itu akan segera menyadari kesadaranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVELIA : Behind 'The Secret'
Historical Fiction"Mari kita bertunangan, Your Grace" "Mari kita batalkan pertunangan ini, Your Highness" Kedua gadis yang berada dalam dua kondisi berbeda, membuat mereka bertindak tidak seperti 'diri' mereka sendiri. Ivana dan Adelia menyadari bahwa keduanya masuk...