"Saya tidak menyangka bisa bertemu Anda disini, Your Grace. Bukankah ini yang dinamakan takdir? Kita pasti berjodoh."
Setelah keluar dari toko senjata tersebut, Everyl dan Aeron berjalan beriringan sembari berbincang kecil. Sebenarnya lebih ke Everyl yang bertanya dan Aeron hanya menjawab. Keduanya berjalan bersama atas permintaan Everyl.
Awalnya Aeron berinisiatif hendak memesankan kereta untuk mengantarnya pulang, karena bagaimanapun ia juga datang ke tempat itu dengan samaran sehingga tidak mungkin ia membawa kereta. Namun hal itu ditolak everyl dengan alasan ingin menikmati suasana pasar, karena kehidupan bangsawan baginya cukup melelahkan. Meski tidak sepenuhnya berbohong, akhirnya Aeron-pun menyetujuinya dan memutuskan untuk mengantar gadis itu pulang dengan berjalan kaki bersama, karena tidak mungkin ia meninggalkan gadis itu sendiri saja tanpa pengawal.
Hal itu tentu saja dimanfaatkan Everyl dengan baik. Ia tak segan-segan untuk semakin melancarkan pendekatannya.
"Saya lebih tidak menyangka melihat Anda tanpa pengawalan disini, My Lady" Jawabnya dengan nada tak habis pikir.
Bukannya tersinggung, Everyl justru tertawa kecil. rasanya begitu senang ketika hanya berdua dengan pujaan hati.
"Saya baru saja dari menara sihir untuk bertemu kakek saya. Ah, apa Anda tahu bahwa saya keturunan penyihir Agung?"
Tiba-tiba saja Everyl tersadar dan menghentikan langkahnya untuk melihat Aeron dengan ekspresi penuh tanda tanya. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan seakan telah tidak sengaja membagikan hal besar yang tidak boleh diketahui siapapun. Sebaliknya Aeron tampak biasa dan justru heran melihat ekspresi yang gadis itu tunjukkan.
Ia menjawab, "Bukankah justru aneh jika saya tidak mengetahuinya?"
"Ah.. ternyata begitu. Ngomong-ngomong Anda dari mana?"
Mereka kembali berjalan kecil dengan Duke yang menyamakan lebar langkahnya dengan Everyl tanpa gadis itu sadari.
"Saya baru saja menemui Putra Mahkota untuk mengurus sesuatu."
Everyl mengangguk-angguk kecil. Ya, ia tidak sekepo itu untuk bertanya lebih dalam mengenai urusan kedua pemeran utama pria tersebut. Ia hanya berbasa-basi saja.
"Ngomong-ngomong, apakah Anda sudah memikirkan ucapan saya kemarin?"
"Kemarin?"
"Tidak hanya sekali. Saya mengajak Anda untuk bertunangan dengan saya"
Terdengar helaan nafas lelah dari sang duke, tentu saja Everyl menyadari hal itu. Namun tidak membuat dirinya gentar.
"My Lady, saya mohon untuk tidak bermain-main dengan hal seperti itu. Ikatan dan hubungan bukan hal yang bisa diputuskan dengan mudah," terangnya dengan nada putus asa.
"Jika berteman?"
"Ya?"
"Berteman. Jika Anda tidak ingin bertunangan dengan saya, bagaimana jika kita berteman saja. Bukankah akan lebih nyaman seperti itu?"
"Itu tidak mungkin, My Lady"
Kali ini Everyl merasa benar-benar kesal. Ia bisa memaklumi jika pria itu menolak permintaan pertunangan dengannya, tapi berteman? Kenapa pria itu terlalu kejam?
"Mengapa tidak mungkin? Anda bahkan berteman dengan lady Apollyon"
Meski tidak menyebutkan namanya, Aeron mengerti siapa yang dimaksud dengan Everyl.
"Anda salah paham, Lady. saya dengan lady Apollyon hanya menjalin hubungan yang saling menghargai"
Entah sejak kapan keduanya kini berhenti ditengah keramaian. beberapa pasang mata pun juga ada yang tampak melirik mereka, namun setelah itu diabaikan karena keduanya tampak hanya seperti sepasang kekasih yang bertikai biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVELIA : Behind 'The Secret'
Ficción histórica"Mari kita bertunangan, Your Grace" "Mari kita batalkan pertunangan ini, Your Highness" Kedua gadis yang berada dalam dua kondisi berbeda, membuat mereka bertindak tidak seperti 'diri' mereka sendiri. Ivana dan Adelia menyadari bahwa keduanya masuk...