CHAPTER 35

173 22 8
                                    

Di pagi yang cerah, Cordelia terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang tidak enak. Ia teringat skandal yang terjadi antara dirinya dan Everyl kemarin. Jika dipikir-pikir kejadian itu sungguh memalukan. Bagaimana bisa dia mempermalukan dirinya sendiri di depan publik seperti itu?

Suara ketukan di pintu kamar membuat gadis bersurai ungu gelap itu tersentak. Terdengar suara Marylin dari luar yang meminta izin untuk masuk, Cordelia pun menjawab panggilan itu dan mengizinkan Marylin untuk masuk.

"Apa Anda tidur nyenyak, Nona?"

Cordelia hanya menjawab dengan anggukan kecil. Ia menekuk kedua lututnya kemudian memeluknya. Matanya melirik mengikuti pergerakan Marylin yang sedang membuka gorden.

"Baiklah, mari kita periksa luka di wajah Anda... hm, sepertinya sudah mengering. Semoga saja luka ini hilang sebelum pesta teh yang diadakan Yang Mulia Putri tiba."

"Ya, aku juga berharap begitu. Aku tidak mau mempermalukan diriku lagi di depan orang-orang."

"Baiklah, sekarang ayo siap-siap. Karena sarapan akan segera disajikan."

"Ugh... aku malas bertemu ayah, aku pasti akan diomeli."

"Jangan khawatir, tuan pasti akan memaklumi Nona."

Di ruang makan yang besar ini, keluarga Apollyon sudah berkumpul untuk sarapan. Cordelia sejak tadi hanya duduk diam di kursinya tanpa berani bersuara. Sedangkan sang ayah sejak tadi hanya fokus pada pekerjaan di tangannya, hingga akhirnya Reagan menegurnya.

"Ayah, makanannya sudah disajikan."

"Oh, benar. Baiklah, ayo kita mulai sarapannya." Marquess memberikan berkas yang ia baca sebelumnya pada pelayan yang berdiri di sampingnya.

Pria itu mulai mengambil sendok dan garpunya. Sebelum ia memulai makan, ia melihat ke arah putra dan putrinya secara bergantian. Namun perhatiannya terfokus pada plaster luka yang ada di dahi dan batang hidung Cordelia. Ia berpikir, sejak kapan itu ada di sana? Kenapa ia tidak memperhatikannya tadi?

"Cordelia, ada apa dengan wajahmu?"

Tubuh Cordelia menjadi kaku seketika. Ia menaruh sendoknya kembali kemudian memutar badannya sedikit agar menghadap ke arah sang ayah. Ia menggenggam kedua tangannya lalu menekannya ke atas pahanya.

"Ini... hanya luka kecil, Ayah."

"Apa yang terjadi?"

"Itu..."

Cordelia tampak ragu menjawab pertanyaan itu. Ia menggerakkan bola matanya ke arah marquess dan Reagan secara bergantian. Reagan yang tadi sudah mulai menyantap makanannya pun kini menghentikan aktivitasnya untuk memusatkan seluruh perhatiannya pada Cordelia.

"Itu..."

"Tuan," suara butler menginterupsi.

Alex si butler datang dengan membawa sebuah surat kabar di tangannya. Ia berbisik pada Marquess kemudian memberikan surat kabar itu pada beliau.

Cordelia menahan nafasnya kala melihat sang ayah mulai membaca surat kabar itu. Ia menerka-nerka akan semarah apa pria itu setelah mengetahui apa perbuatannya kemarin. Sudah pasti Marquess akan marah besar, karena yang ia lakukan kemarin jelas akan mencemari nama keluarga.

"Apa-apaan ini?!"

Marquess tiba-tiba meremas surat kabar itu, membuat Cordelia tersentak kaget. Tubuhnya tiba-tiba merinding melihat tatapan amarah Marquess. Bukan hanya Cordelia, Reagan dan Helene pun ikut merinding dibuatnya. Mereka bingung dan penasaran hal apa yang membuat sang ayah terlihat marah.

"Bisa kau jelaskan apa maksud ini semua, Cordelia?" Suara rendah yang masuk ke telinganya membuat Cordelia kesulitan untuk berbicara.

Marquess tiba-tiba menghempaskan surat kabar yang ada di tangannya itu ke atas meja. Membuat Cordelia menjadi semakin terdesak.

EVELIA : Behind 'The Secret'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang