CHAPTER 22

259 33 2
                                    

Sesaat setelah Putra Mahkota dan Marquess pergi, Helene yang ada di tengah-tengah semuanya tiba-tiba menangis. Ia terduduk ke lantai sehingga membuat semua pandangan tertuju padanya.

"Anda baik-baik saja, Lady?"

"Hiks... ini semua pasti karena saya. Seharusnya saya tidak menerima ajakan dansa dari his highness."

Para bangsawan tampak terkejut mendengar perkataan Helene barusan. Sebagian dari mereka pun menunjukkan simpatinya pada gadis itu.

"Tidak, Lady. Jangan menyalahkan diri Anda. Bukan salah Anda jika his highness lebih tertarik pada Anda dibanding lady Cordelia. Kami tidak terkejut jika mengingat rumor buruk yang dimiliki lady Cordelia selama ini," ucap salah satu Lady berusaha untuk menghibur Helene.

"Lagipula siapa yang akan menyukai lady dengan perilaku buruk seperti itu," tambahnya.

"Meskipun begitu tetap saja, kakak adalah tunangan his highness. Dia pasti tidak bisa menerimanya. Karena itu saya merasa kasihan padanya. Sepertinya sayalah penyebab rusaknya hubungan mereka."

Helene kembali menangis sehingga membuat para lady semakin simpati dan merasa iba padanya. Mereka pun segera mengerubungi Helene berusaha menghibur gadis itu.

"Kami tidak menyangka ternyata Lady memiliki hati yang lembut. Kami tidak bisa membayangkan betapa sulitnya Anda hidup bersama lady Cordelia."

Everyl yang sejak tadi hanya diam memperhatikan, mulai kehabisan kesabaran karena mendengar sahabatnya terus-terusan dicela oleh para bangsawan itu.

"Lady Helene sungguh memiliki hati yang baik!" Ujar Everyl dengan suara lantang sehingga membuat semua pandangan tertuju ke arahnya.

"Anda bahkan sampai memikirkan bagaimana perasaan lady Cordelia. Benar yang Anda katakan, saya pun juga merasa kasihan dengan lady Cordelia. Bagaimanapun rumor yg bertebaran di kalangan aristokrat, tetap saja status lady Cordelia dan his highness itu adalah mutlak. Jika saya yang menjadi lady Cordelia, saya tidak yakin akan bisa menahan diri ketika melihat tunangan yang saya cintai justru berdansa dengan adik saya sendiri..."

Everyl sengaja menekankan kata rumor dan tunangan, serta menggantungkan kalimatnya untuk melihat reaksi orang-orang. Gadis bersurai coklat itu mengambil saputangan miliknya kemudian berpura-pura menyeka air mata dengan saputangan itu.

"...Bahkan jika benar tidak ada rasa diantara keduanya, bukanlah hal yang baik mengabaikan pasangan sendiri. Sungguh baik hati lady Cordelia yang hanya pergi dan merelakan orang yg amat dicintainya bersama adiknya sendiri. Saya jadi meragukan rumor buruk mengenai lady Cordelia."

Helene dan para lady lainnya terdiam. Mereka saling berpandangan dengan tatapan yang beragam. Everyl melangkahkan kakinya mendekati kumpulan para lady itu, tak lupa dengan saputangan menyeka air mata yang sebenarnya tidak ada.

"Justru saya tak habis pikir dengan para lady yang malah menyalahkan lady Cordelia di sini, padahal jelas beliau adalah korbannya. Jika Anda berada di posisi beliau, apakah Anda yakin akan melakukan hal yang sama?"

Para lady tak langsung menjawab. Namun sebenarnya diam-diam mereka memikirkan perkataan gadis itu cukup dalam. Mereka berpikir ucapan Every ada benarnya. Karena itu, kini para lady pun terbagi menjadi dua kubu. Kubu pertama yang masih memihak pada Helene dan membenci Cordelia, lalu kubu kedua yang yang mulai merasa simpati pada Cordelia.

Everyl tersenyum simpul melihat wajah Helene langsung pucat pasi. Senjata makan tuan, mungkin menjadi ungkapan yang cocok untuk Helene saat ini. Karena kata-katanya sendiri malah jadi serangan balik untuk dirinya.

EVELIA : Behind 'The Secret'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang