Setelah kembali dari istana, Cordelia mengurung dirinya di kamar. Gadis itu berhasil membuat seisi mansion khawatir karena ia tak kunjung keluar dari kamarnya hingga esok hari. Ini bahkan sudah hampir jam makan malam, namun gadis itu tak kunjung menampakkan diri. Ia juga tak membiarkan siapapun masuk ke kamarnya. Reagan bahkan hampir saja ingin mendobrak pintu kamar gadis itu jika Cordelia tak segera keluar dari kamarnya saat itu juga.
"Nona! A-Anda baik-baik saja?" Tanya Marylin khawatir.
Lingkarang hitam yang ada di kantung mata gadis itu membuat penampilannya terlihat sangat buruk. Netra gadis itu tertuju ke arah Reagan yang saat ini kedua tangannya sedang dipegangi oleh butler dan seorang pelayan pria.
"Kenapa kau membuat keributan di depan kamarku?" Tanya gadis itu ketus.
Reagan tampak semakin geram. Ia segera melepaskan diri dari dua orang yang sedang memegangi lengannya, kemudian berjalan ke arah gadis itu.
"Kau...!"
Pria itu mencengkram pelan kedua bahu Cordelia sambil menatap dengan wajah frustasi.
"Kenapa kau suka sekali membuat semua orang khawatir?!"
Cordelia terdiam. Ia memikirkan kalimat yang baru saja diucapkan oleh Reagan dengan cukup dalam. Khawatir? Bagaimana mungkin semua orang khawatir di saat ia telah membuat kekacauan seperti semalam. Ia yakin 100% saat ini Marquess pasti sudah bersiap-siap untuk memarahinya.
"Aku baik-baik saja. Kau datang ke sini untuk menyuruhku ikut makan malam bersama, bukan? Aku akan bersiap-siap dan segera turun ke bawah."
Gadis itu beralih menatap Marylin yang ada di belakang Reagan.
"Marylin. Ayo masuk."
Setelah kedua gadis itu masuk, Cordelia pun langsung menutup pintu meninggalkan Reagan yang masih berdiri di depannya tanpa sepatah katapun. Pria pemilik mata berwarna merah pekat itu tampak semakin frustasi melihat sikap sang adik. Ia beberapa kali mengusap gusar wajahnya kemudian memijit pelipisnya yang terasa nyeri.
"Haah... anak itu selalu membuatku sakit kepala."
Suara derap langkah menggema di ruang makan milik keluarga Apollyon kala Cordelia memasuki ruangan itu. Netra merahnya tertuju ke arah sang ayah dan kakak yang sudah duduk di meja makan. Jangan lupakan di sana juga ada sosok gadis bersurai pirang yang sudah duduk di kursinya.
"Maaf aku terlambat."
"Tidak apa-apa. Kemarilah, Nak." Marquess berujar sembari memberikan kode kepada pelayan untuk menyambut Cordelia duduk di kursinya.
Makan malam yang tenang di mulai. Tak ada yang bersuara, hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar. Cordelia yang sedang makan dengan nyaman tiba-tiba merasakan seperti tengah ditatap. Ternyata benar, Marquess dan Reagan secara bergantian melirik gadis itu. Sebenarnya mereka diam-diam ingin memeriksa suasana hati gadis itu, namun itu malah membuat Cordelia salah sangka mengira kedua pria itu sedang bersiap untuk memarahinya.
"Apa?" Tanya Cordelia tanpa basa basi membuat semua netra tertuju padanya.
"Apa?" Tanya Reagan balik.
"Kau terus-terusan menatapku. Apa ada yang ingin kau bicarakan?"
"..."
Cordelia mengernyitkan dahinya.
"Kau—"
"Cordelia, selesaikan makanmu dulu," tegur Marquess.
"Baik, Ayah."
Makanan utama sudah habis, para pelayan pun segera menghidangkan makanan penutup. Semuanya mulai menikmati makanan penutup dengan tenang, kecuali Cordelia yang masih gelisah menunggu hal yang akan dikatakan Marquess padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVELIA : Behind 'The Secret'
Исторические романы"Mari kita bertunangan, Your Grace" "Mari kita batalkan pertunangan ini, Your Highness" Kedua gadis yang berada dalam dua kondisi berbeda, membuat mereka bertindak tidak seperti 'diri' mereka sendiri. Ivana dan Adelia menyadari bahwa keduanya masuk...