"TOLONG!!!"
Cordelia masih berusaha sekuat tenaga untuk berteriak meminta pertolongan meskipun dirinya sudah di ambang batas. Kakinya terus berlari mengabaikan rasa perih karena luka yang semakin bertambah di sekujur tubuhnya.
"Siapapun... tolong..."
Gadis itu semakin tak bertenaga. Entah mengapa pintu hutan ini terasa begitu jauh. Tak peduli seberapa jauh ia berlari, ia masih belum keluar dari hutan ini. Apakah ia sudah berlari ke arah yang benar? Bagaimana jika ia malah berlari semakin masuk ke dalam hutan? Di saat dirinya hampir menyerah, ia melihat setitik cahaya lampu dari ujung jalannya.
"TOLONG!!"
Cordelia berteriak sekeras-kerasnya, menghabiskan seluruh tenaga yang tersisa. Berkali-kali ia terjatuh karena tersandung akar pohon, namun gadis itu kembali bangkit dan berlari. Cahaya itu semakin mendekat, lama-kelamaan ia bisa melihat siluet beberapa orang di depan sana.
Brukk
Untuk kesekian kalinya Cordelia terjatuh karena akar pohon. Namun ia masih tak mau menyerah dan terus berusaha memanggil sekelompok orang itu. Hingga tinggal beberapa langkah lagi, gadis itu akhirnya jatuh kembali namun sudah tak mampu untuk bangkit lagi. Dengan air mata yang mengucur deras, Cordelia mengangkat wajahnya menatap beberapa orang yang tengah berlari ke arahnya.
"Tolong..." ucap gadis itu dengan suara lirih.
Dengan mengumpulkan semua tenaga yang tersisa, gadis itu mengulurkan tangannya pada orang yang sudah berjongkok di depannya itu.
"Cordelia?!!"
Di bawah cahaya bulan dan dibantu oleh cahaya lentera, Cordelia dapat melihat dengan jelas wajah tampan yang sangat ia kenali itu. Kedua alis tebal milik sosok itu saling bertautan menatap cemas ke arahnya. Tangannya yang bergetar meraih pipi sang gadis dengan hati-hati.
"Apa yang terjadi padamu?" Ucap pria itu seraya memeluk gadis itu dan membawanya ke dalam dekapannya.
"Your Highness... tolong..."
Seorang pria datang menghampiri dan ikut berjongkok di depan Cordelia. Surai perak milik pria itu tampak berkilau saat terkena cahaya bulan. Sosoknya yang biasanya selalu bermuka datar kini tampak sedikit menunjukkan rasa khawatir.
"My lady, apa yang terjadi? Apa yang Anda lakukan di sini?"
Cordelia sudah hampir mencapai batasnya. Ia ingin segera memberitahukan apa yang terjadi pada kedua pria itu. Namun kedua matanya terasa semakin berat. Nafasnya yang terengah-engah membuatnya sulit berbicara. Meskipun begitu ia tak ingin menyerah begitu saja. Ia meraih kerah baju Allerick kemudian menariknya lemah bermaksud agar pria itu mendekatkan telinga padanya. Menyadari hal itu Allerick pun segera mendekatkan wajahnya. Bahkan Aeron ikut mendekat karena ingin mendengar apa yang ingin dikatakan gadis itu.
"Selamatkan... Everyl... penculik... gua... anak-anak..."
Sesaat setelah mengucapkan itu Cordelia langsung jatuh pingsan. Ia tak kunjung bangun meskipun Allerick sudah berusaha membangunkannya berkali-kali.
"Cordelia!! Cordelia!!" Allerick berusaha membangunkan Cordelia yang jatuh pingsan dengan mengguncang tubuh gadis itu. Lalu dengan segera ia mengangkat tubuh itu dalam gendongannya bermaksud membawanya pergi.
Ia hendak memanggil Aeron untuk memerintahkan pria itu mencari Everyl, namun tanpa disuruh, ternyata pria itu sudah lebih dulu berlari meninggalkannya dengan segera. Bahkan Allerick tidak menyadari kapan pria itu pergi.
Tanpa banyak bicara, Aeron langsung berlari kala mendengar Cordelia mengucapkan nama seorang gadis yang selama ini selalu ada dipikirannya. Ia tidak peduli pada prajurit yang sudah mengikutinya dari belakang dan memanggilnya untuk minta berhenti. Meski ia tidak tahu dimana letak keberadaan Everyl, ia tidak peduli dan hanya memutuskan untuk berlari dan mencari.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVELIA : Behind 'The Secret'
Historical Fiction"Mari kita bertunangan, Your Grace" "Mari kita batalkan pertunangan ini, Your Highness" Kedua gadis yang berada dalam dua kondisi berbeda, membuat mereka bertindak tidak seperti 'diri' mereka sendiri. Ivana dan Adelia menyadari bahwa keduanya masuk...