Everyl terdiam, tubuhnya kaku saat ingatan buruk mengenai kejadian di masa lalu kembali menyeruak. Tubuhnya terduduk lemah, kepalanya terasa berdenyut dan pusing. Detak jantungnya berdegup kencang, seolah ingin meledak dari dalam dadanya.
"Ha... Haha... Hahaha!"
Tawa terlepas dari bibirnya, namun bukan tawa kebahagiaan. Itu adalah tawa penuh kepedihan yang terdengar miris. Air mata mengalir deras meskipun mulutnya tertawa. Orang-orang di sekitarnya melirik dengan waspada, tak berani mendekat. Everyl tertawa semakin keras, ekspresinya dipenuhi keputusasaan. Tubuhnya dipaksa berdiri dan dibawa ke sudut ruangan, dekat jeruji besi tempat anak-anak ditahan.
"Kau mengingat sesuatu?"
Everyl menoleh, menatap tajam sosok berjubah yang mendekat perlahan. Entah dari mana pria itu datang, Everyl tidak melihatnya sebelumnya. Sosok ini adalah master, pria yang ada dalam ingatannya. Everyl menunjukkan sorot dingin, tetapi tidak seperti sebelumnya, sosok itu tidak menunjukkan wajahnya.
Meski ingatan itu kembali dengan jelas, Everyl menyadari bahwa sosok master yang sekarang berbeda dengan yang di masa lalu. Suara dan perawakannya tidak sama. Namun, Everyl tidak akan pernah memaafkannya. Karena dialah penyebab kenangan buruknya di masa lalu.
"Apa sebenarnya maumu? Kenapa tidak langsung kau bunuh saja aku?!"
Sosok itu tidak langsung menjawab, menjaga jarak agar identitasnya tetap tersembunyi.
"Sama seperti dulu, kau masih lancang membalas tatapanku."
"CEPAT JAWAB PERTANYAANKU!!" Everyl berteriak, amarahnya meluap. Nafasnya memburu hebat, emosi yang terkumpul di hatinya hampir meledak.
Sosok itu menghela napas dengan nada bosan. "Awalnya aku menginginkan Blythe. Namun jangan lupa, kini kau sendiri yang sukarela datang ke sini, tempat yang menjadi trauma terbesarmu. Lalu aku tersadar... Meski belum bangkit, mana milikmu saat ini... cukup membuatku sedikit berselera."
Blythe.
Nama itu kembali terdengar. Everyl bahkan tidak tahu apa itu atau bagaimana bentuknya. Mengapa orang ini begitu terobsesi dengannya? Everyl sungguh tak mengerti, tapi yang pasti, apapun benda itu, tidak boleh sampai jatuh ke tangan sosok ini.
"Kau pikir dengan menjadikanku sandera, kakekku akan memberikannya? Mati saja kau, keparat!!"
Sosok itu justru tertawa keras mendengar kata-kata Everyl. Meski wajahnya tersembunyi, Everyl bisa membayangkan ekspresi dingin dan menyeramkan yang pria itu berikan padanya saat ini. Aura pria itu masih sama seperti dulu, memancarkan kegelapan.
"Oh tidak, tidak... Tenang saja. Kau pikir permainan akan berulang seperti dulu? Itu hal yang membosankan. Jadi, kita akan mengubah peraturannya..."
Suasana tiba-tiba mencekam, nada suara sosok berjubah itu semakin dingin.
"Kau sendiri yang akan memberikan Blythe padaku, gadis kecil."
KAMU SEDANG MEMBACA
EVELIA : Behind 'The Secret'
Ficción histórica"Mari kita bertunangan, Your Grace" "Mari kita batalkan pertunangan ini, Your Highness" Kedua gadis yang berada dalam dua kondisi berbeda, membuat mereka bertindak tidak seperti 'diri' mereka sendiri. Ivana dan Adelia menyadari bahwa keduanya masuk...