Deruan nafas dan detak jantung yang meningkat menjadi alunan nada di tengah ruangan hening itu. Air mata telah bercucuran masih dengan tangan yang masih memegang kepala dengan erat. Dadanya terasa sesak, Everyl meringis dengan pandangan yang kabur akibat air mata. Tangan kanannya perlahan turun menyentuh dada kirinya tepat dimana ingatan belati tertancap dan darah segar keluar dari sana. Akhirnya ia mengingat rasa sakitnya, ia mengingat segalanya. Setiap detik setiap memori penting.
Dengan tertatih, tubuhnya memaksa untuk berdiri. Ia berjalan dengan gontai hendak keluar dari perpustakaan menuju kamarnya. Pandangannya terlihat kosong. Wajahnya terlihat kacau dengan beberapa helai rambut yang menempel ke pipinya karena air mata yang membuatnya lengket.
Diabaikannya buku-buku yang masih berserakan, ia bahkan tidak berniat untuk menoleh ke belakang.
"Setiap waktu memiliki kutukan. Bermain dengan waktu artinya kau bermain dengan kutukan. Akan selalu ada konsekuensi tiap tindakan yang kau ambil. Terlebih hal itu disatukan dalam hitam dan putih"
Suara Arcus terngiang di kepalanya. Semua ingatan muncul dengan cepat di tiap langkahnya, seakan tak ingin gadis itu tertinggal satu ingatan pun. Semakin banyak ingatan, semakin sakit kepalanya. Namun gadis itu tidak mengeluh, ia hanya mampu menahan ringisan di ujung bibirnya dengan mata berkaca.
"Everyl"
"Eve..."
"SIAPA ITU?!! TUNJUKAN DIRIMU ATAU AKU-"
Sesosok gadis dengan tubuh transparan dibalut gaun putih bersih yang tubuhnya memancarkan cahaya, membuat Everyl agak kesulitan melihat rupa sosok tersebut pada awalnya. Tak lama cahaya itu pun meredup bersamaan dengan sinar bulan yang memasuki celah jendela kamar gadis itu.
Everyl melotot tak percaya melihat bagaimana bentuk sosok itu yang sangat mirip dengannya. Ia bertanya-tanya, mungkinkah itu adalah Everyl yang asli? sang pemilik tubuh yang ia rasuki saat ini."Kau... Everyl?"
Sosok itu tersenyum. Tubuhnya masih bergeming dari jarak yang cukup jauh dengan tempat Everyl berdiri.
"Kau pemilik tubuh yang ku tempati saat ini? Apa kau mau mengambilnya kembali?"
Sosok itu menggeleng pelan, "Jika kau mengembalikannya, maka semua akan kembali ke titik awal."
Everyl mengernyit tak mengerti apa maksud dari sosok tersebut, apa perkataannya merujuk pada novel? Bukankah itu hanyalah fiksi?
"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti. Aku sudah lelah dengan dunia ini. Tidak bisakah aku kembali? Kau bisa mengambil kembali tubuhmu dan menjalani peranmu sebagai tokoh figuran."
"Kau sudah kembali, Everyl." ucap sosok itu.
"Tidak. Apa maksudmu dengan aku sudah kembali. Jangan konyol!! Aku bukan Everyl!!" Everyl segera berjalan mendekati sosok tersebut dengan vas bunga di tangannya.
Tapi bukannya mundur ataupun takut, sosok itu malah menatap sendu.
"Kau harus bisa memilih jalan yang benar. Semua kekuatan itu hanya bisa dilakukan sekali. Jangan melakukan kesalahan yang sama. Yakinlah pada dirimu. Siapa kamu. Dan apa alasanmu kemari."
Perlahan tubuh sosok itu mulai memudar bersamaan dengan cahaya tubuhnya yang mulai menerang.
"Tunggu... Aku tidak mengerti. Aku bukan Everyl. Kau Everyl. Ambil kembali tubuhmu!!!"
Sosok itu pun akhirnya menghilang bersamaan dengan memberikan kalimat terakhir.
"Aku berharap kali ini kita berhasil menyelamatkan semuanya... Mama, Papa, dan Kakak. Semua orang. Selamat tinggal, Everyl."
KAMU SEDANG MEMBACA
EVELIA : Behind 'The Secret'
Ficción histórica"Mari kita bertunangan, Your Grace" "Mari kita batalkan pertunangan ini, Your Highness" Kedua gadis yang berada dalam dua kondisi berbeda, membuat mereka bertindak tidak seperti 'diri' mereka sendiri. Ivana dan Adelia menyadari bahwa keduanya masuk...