"Bah Lova capek, udah pegel nih" kataku kepada abah yang selalu melatihku dalam olahraga silat.
"Hah hah abah juga udah capek, encok abah kambuh" balas abah padaku.
Aku dan abah beristirahat di gubug ladang di pinggiran kota metropolitan ini. Ladang ini terletak di belakang rumah abah yang merupakah tokoh masyarakat. Aku sedari usia 6 tahun sudah belajar silat sama abah, maklum jika ilmu silat abah sudah aku serap semua. Aku tak tahu peringkat sabuk dalam persilatan karena abah sendiri cuma melatihku saja tak membuka padepokan silat.
" Ingat kau wahai bujang, jangan kau pergunakan silat itu untuk mukulin orang kecuali kepepet" kata abah padaku.
"Iya bah Lova ngerti kok, tapi bah ini latihan terakhir" Ucapku duduk bersma abah.
"Abah juga udah kangen sama cucu-cucu, mau santai-santai bujang udah makin peot abah nak" balas abah padaku.
"Enak itu bah" Timpalku kepada abah.
"Yo'i Va, elu juga udah lulus SMP, habis ini mau kemana Va?" Tanya abah soal sekolah.
"Pengen sekolah sambil kerja sih bah tapi nggak tau juga nanti" Jawabku lalu melepas sabukku.
"Sip dah, ohh iya nanti malem ritual kelulusan silat, jangan lupa Va" Pesan abah padaku.
"Iya bah santai, Lova harus bawa apa?" Tanyaku pada abah yang sudah beranjak berdiri.
"Hem? Bawa apa? Ya bawa badanlah" jawab abah ngasal.
Abah masuk ke rumah ala joglo miliknya yang terbuat dari kayu jati yang elok sekali meski kuno. Kata abah rumah joglo ini nggak main-main harganya yaitu 2 miliar. Dan rumah ini bisa di bongkar pasang mirip ke puzzel.
Sehabis separing dengan abah atau latihan aku sempatkan membersihkan halaman belakang rumah joglo kuno ini dengan sapu. Juga aku bereskan perlengkapan latihan silatku dan menuangkannya ke tas usang milikku.
Hari sudah sore saatnya aku pulang ke kos-kosanku. Aku hidup sendirian setelah bertemu abah di panti asuhan saat aku usia 6 tahun. Awalnya aku tinggal sama abah tapi saat kelas 2 SMP aku memutuskan ngekos di dekat jalan kampung RW tak jauh dari rumah joglo milik abah.
Siapakah orang tuaku? Aku sendiri juga bertanya tentang mereka, jadi aku harus bertanya pada siapa?. Beruntung aku bertemu abah, meski bukan abahku kandung namun ia mengurusku sedari aku usia 6 tahun. Dan kini aku harus belajar mandiri tak mungkin ikut abah terus, karena abah juga punya keluarga sendiri.
Setelah hari ini abah akan pulang ke keluarganya yang merupakan holang kaya di kota ini. Abah beli rumah joglo karena penyakit yang dulunya abah derita, abah butuh ketenangan namun sekarang penyakit abah sudah sembuh. Aku senang sekaligus sedih tentu saja.
Berlajan sambil merenung cerita hidupku tak terasa aku sampai di kos-kosan sarangku tidur. Kos-kosan ini cuma seukuram 4 meter persegi cukup bagiku untuk aku jadikan yang di sebut rumah. Ku taruh perlengkapan silatku dan mandi karena badanku penuh keringat.
Kamar mandi terletak di luar kamar, untunglah aku tak harus ngantri. Kos-kosan yang aku tinggali ini bukan cuma cewek saja tapi ada cowoknya juga jadi campur gitu. Sering aku dengar tiap malam ada desahan-desahan laknat di kupingku membuatku tak bisa tidur. Oke lupakan desahan-desahan itu aku harus mandi.
Sehabis mandi aku keluar dengan lilitan handuk kembali ke kamarku. Tentu ada mata kerangajang yang melotot menatapku, tapi mereka cuma bisa melotot karena kalau macam-macam siap-siap aja masuk ICU. Aku tak terlalu mengenal orang yang kos di sini kecuali tenganggaku.
"Tsk... Va lu ngeggoda iman gue tak nggak" sapa bang Keynan padaku.
"Pacar abang kemana?" Tanyaku sebelum masuk kamar.
"Baru mau ke mari Va" Jawab bang Keynan.
"Matanya di jaga dong bang udah punya lubang juga" balasku lalu masuk ke kamar.
"Hehehe" Bang keynan tertawa malahan.
Kasihan juga tentanggaku ini yang namanya bang Keynan pemuda ganteng yang kini sedang kuliah. Sebnarnya ia anak holkay juga tapi entah kenapa bisa nyasar di kos-kosan mengenaskan ini. Meski kami saling ejek tapi bang Keynan selalu nyebat denganku saat nyantai.
Memamkai baju kaos dan celana pendek tak lupa pakaian dalam tentunya aku menyisir rambutku yang lumayan panjang. Ku tengok seorang gadis di cermin terlihat kurus dan tinggi kayak tiang gantungan bendera merah putih di ujung selokan RW Merdeka nama kampungku. Ku ikat rambutku lalu keluar kamar.
"Bang tampang ganteng lu kemana? Di gondol?" Tanyaku duduk di sebelah bang Keynan.
"Diem lu lagi galau gue, nyebat aja nih" Balas bang Keynan menyodorkan rokok merek LA.
"Galau apa lagi bang? Makasih betewe rokoknya kebetulan nih mulut lagi asem" Balasku mengambil sebatang rokok bang Keynan.
"Biasa masalah bokap nyuruh cepetan kelarin skripsi, nggak tau apa otak gue mau udah kek bubur sel-sel kelabunya" Sewot bang Keynan.
"Salah sendiri ngambil mata kuliah maruk amat lu bang" kataku lalu menyalakan rokokku.
"Ahhh taulah Va, ke Ring aja yuk?" Ajak bang Keynan.
"Nggak bisa bang nanti ada acara sama abah, lagian pacar abang mau ke mari kan?" Balasku sambil menikmati rokok.
"Ohhh iya lupa gue, ohhh iya mau nerusin ke mana lu va?" Tanya bang Keynan.
"Belum tau bang, lagi bingung juga" balasku agak lemas.
"Sabar ya Va, abang nggak bisa bantu" Balas bang Keynan.
"Nggak papa bang, tuh pacar abang udah dateng, jan keras-keras bang anak orang itu" Ucapku lalu menghisap rokokku.
"Hehehe pengen? Cari cewek dong, punya otong tuh di gunain buat cocok tanam asik tau" Kata bang Keynan.
"Anjing lu bang" umpatku pada bang Keynan.
Tak lama pacarnya bang Keynan yang cantik dan montok sampai dan langsung di ajak masuk ke kamarnya. Aku duduk sendiri menikmati rokok yang di berikan oleh bang Keynan sebungkus tersisa lumayan banyak. Dan mulailah suara desahan-desahan laknat terdengar.
"Huh,,, mentang-mentang ini kos bebas, nggak aturan mendesahnya anjing" Kataku dalam hati. Kalau begini otongkukan jadi bangun nanti, mau di cocok tanam ke mana?. Kenapa juga aku gadis di luarnya tapi punya otong juga? Padahal waktu usia 5 tahun aku tuh cowok tulen, tapi makin gede tubuhku berubah perlahan jadi cewek feminim lagi.
Aku pernah di ajak abah berkunjung ke dokter pribadinya untuk konsultasi tentang diriku. Kata dokter tersebut aku pernah di suntik hormon waktu pas usia sekitar 4 tahunan. Aku pun ingat saat di panti pernah di suntik pas usia itu, rupanya aku salah suntik. Dan aku sekarang juga berganti identitas menjadi seorang gadis di KTP pelajarku.
Kalau di negara yang punya jenis kelamin sebanyak 18 gender kalau tak salah ya, aku ini memiliki sebutan sebagai ladyboy yaitu cowok yang merubah tubuhnya menjadi cewek. Dan aku ingat negara tersebut negara Tahiland yang terkenal dengan gajahnya dan kaum transgendernya.
Seperti inilah aku sekarang menjadi gadis tulen kecuali otongku, dari sifat, tingkah laku dan postur badanku. Meski payudaraku tidak besar tapi lumayan menggunung jika aku pake baju agak ketat. Awalnya aneh sih jadi cewek tapi seiring usiaku bertambah menjadi nyaman juga.
Dan tentang genderku yang unik ini cuma ibu pantiku, abah, dokter pribadi abah dan bang Keynan. Aku percaya pada bang Keynan karena aku juga punya rahasia yang fatal jika aku kasih tau ke keluarganya jadi kami saling menjaga rahasia. Kini aku dan bang Keynan menjadi layaknya adik dan kakak.
Hari sudah petang dan perutku lapar meminta jatah makan. Ku tinggalkan suara desahan laknat dari kamar bang Keynan keluar mencari rumah makan sederhana di depan kos-kosanku. Di sana ada warteg langgananku makan setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
LovaLove ✓
Romance* Warning * 21+ * GxG * Lesbian * Futanari * Uncensored * BDSM