*beberapa bulan kemudian*
Hari ini adalah hari di mana para wali murid di perbolehkan menengok siswi setelah ujian semester. Lalu para siswi akan di liburkan selama 2 minggu. Dan di sinilah aku menyendiri di kamar asramaku dekat jendela dengan sebotol anggur merah.
Teman dan sahabat menjadi tak berarti saat aku terpuruk seperti ini. Andai saja aku tahu orang tuaku siapa, beliau tinggal di mana, masih hidup ataukah sudah meninggal dan jika benar sudah meninggal di mana pusaranya.
Hanya aku sendirian seorang gadis yang berbeda pada umunya, tak punya orang tua dan juga tempat tinggal. Dengan siapakah aku membalas jasa ibuku jika aku tahu ia siapa?. Hatiku tambah remuk karena aku adalah anak buangan.
Air mataku mengalir melihat teman-temanku melepas rindu dengan keluarganya. Hidupku rasanya tak berarti, tak ada yang mengingatku sama sekali. Sedari kecil aku bertanya siapakah orang tuaku.
Jika aku bertemu dengan ibuku pasti aku aku cium kakinya sebagai rasa terima kasihku untuknya meski aku tahu itu tak akan pernah cukup membalasnya. Ku alihkan tatapan mataku dari jendela. Tubuhku lemas bersandar pada tembok kamar.
Aku terjatuh dan duduk di lantai, ku sembuyikan wajahku memakai lenganku. Rasa di hati semakin perih karena selama ini aku adalah anak buangan atau bahkan anak haram yang tak punya harapan lagi.
Tubuhku mengigil seiring hatiku yang kosong tak ada ingatan wajah seorang ibu ataupun ayah sama sekali. Rasa ingin berteriak dan melempar beban pundakku yang berat, sungguh aku tak kuasa menahanya lagi.
*Pyar.....*
Ku lempar botol anggur merah karena tak bisa melupakan bebanku untuk sejenak. Meski tubuhku seperti orang mabuk tapi entah kenapa otakku atau pikiranku tetap sadar dan jernih.
Tak ada suara tangisan yang keluar dari mulutku karena seringnya aku menangis. Hanya air mata yang terus keluar membashi lenganku. Bahkan dadaku serasa sesak sekali, siapapun orangnya jika tahu ia anak buangan pasti akan merasakan apa yang aku rasa.
Tubuhku semakin panas dan gemetar hebat. Aku lupa semuanya apa yang ada di otakku rasanya kosong, mencari-cari sebuah wajah siapa tahu ia ibuku, siapa tahu ia ayahku. Aku tak meingatnya sama sekali.
Pov Lova End
Pov Nadia
Aku menemukan Lova berbaring pingsan di lantai kamar tidur di asramanya. Aku panik dan membangunkan Lova tapi ia tak bergeming sama sekali. Nafasnya memburu seperti di kejar-kejar. Aku amgkat ke ranjang tidurnya. Saat aku memeluknya tiba-tiba ia berkata dalam pingsanya.
"Hiks... Bu kenapa kau membuangku? Hiks..."
"Apakah aku tak pantas menjadi buah hatimu? Hiks..."
"Ibu... Apakah kau cantik?"
"Apakah aku hiks... Boleh memelukmu bu? Hiks...."
Selama ini Lova selalu bertanya siapa orang tuanya. Dan itu membuat hatiku sakit sekali melihat Lova yang rapuh namun hari ini pucaknya ia bahkan pingsan karena tekanan mental. Aku juga menangis memeluknya karena tak tahu harus berbuat apa.
Kami sempat berdiskusi sekali untuk mencari siapa orang tua Lova tapi kami kesulitan karena sekolah yang membatasi kami keluar. Aku dan Lova menjadi tak bisa berbuat apa-apa. Mataku perih melihat Lova yang terpuruk seperti ini.
"Hiks ibumu pasti cantik Lova sayang"
"Tidurlah kakak ada di sini"
Aku usap-usap rambutnya, Lova semakin tenang. Nafasnya tak lagi memburu, sekarang menjadi teratur. Ku ambil selimut menyilimuti kami yang berbaring agar Lova terlelap dan berharap nggak mimpi buruk.
Apakah aku harus meminta bantuan mom? Coba saja aku hubungi beliau. Mom pasti bisa bantu aku cari siapa orang tua Lova karena mom dan dad punya banyak anak buah yang tersebar di beberapa negara dan paling banyak di indonesia. Aku ambil ponselku dan menelfon video mom memakai earphone.
"Halo mom sttt...." Aku.
"Ohhh halo baby, what up?" Mom.
"Mom bisa bantu Nadia nggak?" Aku.
"Bantu apa sayang? Apa kamu punya masalah? Uhh itu siapa yang kamu peluk sayang?" Mom.
"Orang spesial buat Nadia mom, dan ada hubunganya sama dia" Aku.
"Mom seneng liat kamu bisa move on dari trauma kamu sayang, nggak masalah kalau ia gadis yang manis, mom jadi penasaran siapa gadis yang kamu peluk itu" Mom.
"Dia namanya Lova, ia nggak tahu orang tuanya karena pas umur 4 tahun Lova tahunya sudah di panti" Aku.
"Iya terus?" Mom.
"Mom bisa bantu Nadia cari orang tua Lova kan? Please mom" Aku.
"Nanti mom tanya sama dadymu sayang, tapi ohhh tunggu sebentar bisa kamu foto tato di lengan gadismu itu?" Mom.
"Bisa mom ada apa dengan tatonya?" Aku.
"Pokoknya kamu foto yang jelas dan kirim ke mom kayaknya mom curiga dan jangan banyak tanya kirim saja nanti biar mom sama dad yang urus, dah sayang mom lagi jalan pulang muachhh" Mom.
*Tut... Tut... Tut...*
Aku lega mom mau bantu aku, dan tadi mom kayak seneng banget kalau aku sudah punya Lova?. Emang sih dari kecil aku belum pernah sayang sama seseorang selain orang tuaku dan Bella satu-satunya sahabatku. Namun kini ada Lova gadis manis nan sederhana yang rapuh hatinya.
Aku bangun dari berbaring karena kaos Lova basah dan baunya kayaknya anggur deh. Aku mengambil baju hem dari lemari. Lalu aku angat badan Lova dan aku dudukan di pahaku. Ku lepas kaosnya dan aku pakaikan baju agar badanya tak basah anggur.
"Embhh kak?" Lova.
"Iya sayang, maaf ya kamu jadi bangun, tidur lagi gih kakak peluk sayang muachh" Aku.
Lova pun memeluku erat di pangkuanku. Aku berbaring memeluk Lova yang berbaring nyaman di atas badanku. Ia memejamkan mata lalu ada cairan menetes dari matanya dan Lova menangis lagi.
"Sst.. kakak di sini sayang, tidurlah kamu lelah emuachhh" Aku.
Wajahnya sembunyi di ceruk leherku dan tak jadi menangis karena Lova sudah lelah mentalnya dan mempengaruhi fisiknya juga. Tentu saja hatiku jangan di tanya sedihnya melihat seseorang yang aku sayangi rapuh seperti ini. Ponselku kembali berdering namun pesan dari mom yang masuk.
"Sayang mom sama dad udah ambil tiket pesawat buat jemput kamu dan gadismu itu. Dad tahu ternyata tatto yang ada di lengan gadismu, saat mom nunjukin fotonya ia langsung kaget dan ngajakin mom pulang malam ini juga" Mom.
"Makasih mom, Nadia tunggu, hati-hati Mom" Aku.
"Iya sayang, dadymu dari tadi gelisah sayang habis mom nujukin foto tatto itu. Dan mom nggak di kasih tahu karena ini rahasia tingkat tinggi" Mom.
"Jadi makin penasaran aku mom" Aku.
"Mom juga sayang, sampe ketemu ya? Muach love you my sweety" Mom.
"Iya mom" Aku.
Jadwal dad dan mom jemput aku itu besok 2 hari lagi. Tapi dad malah akan tiba besok pagi, aku seneng tentunya melihat dad yang tahu akan tatto di lengan kanan Lova ini. Ku cium keningnya dan aku ikut tidur bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LovaLove ✓
Romance* Warning * 21+ * GxG * Lesbian * Futanari * Uncensored * BDSM