Makan malam berakhir, tapi saat aku dan kak Nadia berdiri tiba-tiba saja para pengunjung lain yang bisa di hitung jari mengambil sebuah kotak di bawah meja tempat mereka makan. Buka kotak tapi tas alat musik.
Mereka semua langsung berdiri di dekat meja resepsionis atau kasir dan secara sejajar. Para pengunjung yang ternyata pemain musik mulai melengkapi nada piano yang sedari tadi melantunkan nada sendirian.
Alunan lagu semakin terasa ramantis saat Kak Nadia menggenggam tanganku, jangan tanya jantungku sedang ngapain?. Jantungku sedang maraton sekarang menatap Kak Nadia di depanku memegang kedua tanganku.
Kak Nadia semakin mendekatiku yang berdiri gugup dan takjub, sampai wajah kami dekat sekali bahkan aku bisa merasakan nafasnya. Kak Nadia yang lebih tinggi dariku membuatku agak mendongak melihat sorot mata hijaunya yang indah.
Selanjutnya kak Nadia melepas genggaman tanganku dan mengambil sesuatu dari pelayan yang membawa sekuntum bunga mawar. Kak Nadia mengambil bunga tersebut dengan tangan kiri lalu ia letakkan di atas tangan kanan.
"Beberapa hari yang lalu aku melihatmu berjalan dengan wajah bingung. Hatiku tiba-tiba tergugah dengan senyummu yang telah membuang semua cinta yang telah singgah di hatiku" Kak Nadia.
"Ku tawarkan sebuah tangkai bunga mawar ini untukmu sebagai bentuk akan hati yang ingin benih di dalam sanubari tumbuh subuh dan mekar indah natinya. Terimalah, buatlah bunga di hatiku agar hidup dan tumbuh" Kak Nadia.
Dengan gemetar tanganku mengambil setangkai bunga yang ada di atas telapak kanan kak Nadia. Kata-kata dan suaranya terasa sejuk di hatiku yang selama ini kosong. Ku hirup wangi setangkai bunga dengan memejamkan mata.
Saat aku buka mata Kak Nadia memeggang pinggulku. Kening kami bersatu dengan mata berbinar dan senyum mekar. Entah apa ini cara nembak aku? Kok nggak seperti bayangan di otakku. Biasanyakan maukah kamu jadi kekasih atau pacarku?.
Tapi kata-kata kak Nadia menawarkan cinta, karena aku mengambil bunganya maka aku menerimanya dong?. Mataku tak bisa menahan rasa bahagia, saking bahagianya aku menjadi menangis. Padahal jarang-jarang aku nangis, luka bacok aja aku diem?.
Rasanya tak dapat aku lukiskan, ini indah sekali. Ketika Kak Nadia cium keningku, bibirnya lembut dan hangat. Bibir kak Nadia itu agak tebal dan seksi banget oke?, nggak kayak punyaku yang tipis. Ciumman di keningku, aku balas dengan pelukan.
Aku lingkari leher kak Nadia dengan tanganku dan bunganya aku taruh di meja takut duri nyangkut di rambutnya. Tubuh kak Nadia wangi banget dan bikin jantung berdebar-debar. Ku rasakan juga Kak Nadia malah lebih hebat getaran jantungnya.
Suara musik mengantarkan aku dan kak Nadia pulang karena malam semakin dingin. Tak ada percakapan sepanjang perjalanan pulang dari resto tersebut ke asrama sekolah. Di dalam mobil tanganku masih di genggam kak Nadia sesekali.
Sampai di garasi kak Nadia memakirkam mobilnya dan keluar membukakan pintu untukku. Kami berjalan menuju life, karena kak Nadia yang ingin membawaku ke kamar asramanya. Karena dingin kak Nadia buru-buru menggadengku berjalan.
Ketika aku dan Kak Nadia sudah masuk ke kamar asrama, pinggulku langsung di tarik kak Nadia dan dengan senyumnya, bibir kak Nadi mengecup bibirku dan mengemut pelan serta lembut. Karena kaget aku pun memegang bahunya.
Kecupan kak Nadia berlanjut semakin panas, bibir bawahku di emutnya pelan dan penuh kelembutan. Ku tutup mataku merasakan ciuman kak Nadia yang semakin agresif sampai-sampai menghaskan nafas di paru-paruku.
Ciuman kami terlepas karena harus menghirup nafas, meski ciuman kak Nadia panas namun seoalah-olah tak ada nafsu di dalam ciuman tadi. Aku bisa merasakan karena tangan kak Nadia gemetaran meski samar-samar aku rasakan.
Selanjutnya kak Nadia membawaku dengan menggandeng pinggulku kami berjalan ke kamarnya. Wajahku pasti sudah memerah sekarang namun aku bawa enjoy saja karena kak Nadia yang selalu tersenyum cantik. Sampai di dalam kamar kak Nadia tak lupa mengunci pintu.
Aku pun duduk di ranjang melihat-lihat kamar kak Nadia, ia pun datang dan berdiri di depanku. Perlahan tangannya meraih gaunnya sendiri dan ia turunkan. Dan jantungku kian menggema detakannya melihat kak Nadia yang berpakaian dalam saja.
Tangan kak Nadia memintaku untuk berdiri juga. Aku berdiri di hadapan kak Nadia yang langsung meraih tali gaunku di belakang leher sambil mencium bibirku. Ciuman bibir kak Nadia kini rasanya semakin manis saja.
Gaunku berhasil di lepasnya ikatan di leherku. Gaunku turun dengan sendirinya dan saat kak Nadia melepas ciuman bibir kami ia menempelkan badannya erat. Sampai penisku menonjol dan kak Nadia terkejut.
"Ohhh Lova kamu?" Kak Nadia.
"Iya kak, seperti yang kakak lihat aku seorang perempuan yang berbeda, maaf kalau membuat kakak kecewa" Aku.
Kata-kataku lirih namun kak Nadia bisa mendengarnya. Ia masih terkejut tetapi ku lihat tangan kak Nadia menyentuh penisku dan berjongkok penasaran. Tangan kak Nadia membuat penisku semakin keras sampai kepala penisku menonjol keluar dari celana dalamku.
"Ahhhhh kak" Aku.
Desahanku keluar karena kak Nadia tiba-tiba menurunkan celana dalamku dan membebaskan penisku yang kesakitan karena meneggang hebat. Mulit kak Nadia membuka karena takjub melihat panjangnya dan besarnya penisku.
"Ini asli?" Kak Nadia.
"Iya kak asli" Aku.
"Boleh?" Kak Nadia.
Aku mengangguk menjawab. Dan kak Nadia memberanikan diri memegang penisku dengan tangan kananya. Terasa lembut tangan kak Nadia memegang batang penisku yang mengeras dan tegang sekali. Wajah kak Nadia semakin mendekat ke arah batang penisku, tak ku sangka lidahnya keluar menjilat kepala penisku.
"Ahhhhh kak embhhhhh kak" Aku.
Wajah cantik kak Nadia terlihat nakal saat menjilati kepala penisku sampai basah kuyub di buatnya. Lalu kak Nadia membuka mulutnya dan memasukan kepala penisku ke dalam mulutnya lalu, kepala penisku di emut-emut membuat desahanku keluar lagi.
"Ahhhhh kak embhhhh aduhhhh ahhhhhh" Aku.
Kepala penisku di emut-emut sebentar dan kak Nadia pun kembali berdiri namun batang penisku tetap di pegangnya. Di hadapanku wajah kak Nadia tersenyum cantik dan seksi badannya telanjang hanya memakai pakian dalam saja.
"Kakak juga mau jujur sama Lova, kakak udah nggak virgin dan tolong jangan tanya kenapa kakak udah nggak virgin lagi, kakak nggak mau bahas masa lalu yang menyakitkan emuachhh" Kak Nadia.
"Iya kak tak masalah, kita sama-sama tahu sekarang" Aku.
Aku dan kak Nadia kembali lagi berciuman dan kali ini semakin panas. Ciuman kak Nadia memang lembut dan manis namun menuntut sekali. Tangannya meraba-raba pantatku dan semakin ke atas menuju kancing braku.
Aku juga tak mau kalah, setelah kak Nadia berhasil menelanjangiku aku balas melepas branya sambil mencium leher jenjangnya. Lalu celana dalam yang bertali di pinggul kak Nadia aku lepas. Kini kami sama-sama telanjang bulat saling menatap dengan wajah kami bangkit nafsu birahi kami.
"Malam ini akan menjadi malam yang indah" Kak Nadia.
"Malam ini akan menjadi malam yang aku ingat selama sisa hidupku kak, kakak yang pertama untukku" Aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LovaLove ✓
Romance* Warning * 21+ * GxG * Lesbian * Futanari * Uncensored * BDSM