Hari-hari sekolah di SHg berjalan dengan asik karena fasilitas yang lengkap serta cewek-ceweknya yang nggak ada yang jelek kecuali aku kayaknya. Bahkan kalau mau minum alkohol juga bisa tapi ada izin dulu sama staf asrama, menakjubkan sekali.
Semakin hari aku dan Kak Nadia juga semakin dekat, tiap kali aku jalan dengannya aku selalu gugup dan grogi. Kak Nadia itu orangnya lembut kalau sama aku, tapi kalau sama temen yang lain ia tegas dan dingin, irit ngomong.
Kak Nadia juga pintar kalau ada materi pelajaran yang sulit ku pahami, dan nggak sempet tanya guru ia membantuku dengan suka rela dan senyum. Yah meski belajar di kamar kak Nadia kadang terganggu desahan laknat kak Bella sama pacarnya, uhh itu bikin aku malu.
Malam ini malam minggu waktunya liburan dari belajar dan olahraga di sekolah, semua siswi kalau malam minggu di berikan jatah keluar dari asrama sekolah. Dan malam ini aku di ajak kak Nadia untuk makan malam di luar, atau kencan.
Aku bingung harus memakai baju apa, mau pake gaun aku nggak punya, mau beli males. Tapi ada temenku yang baik hati mau bantu aku memilih baju yaitu Gina. Koleksi bajunya banyak dan bermerek terkenal serta mahal-mahal harganya.
Emang dasarnya aku ini tinggi dan langsing mau pake baju apa saja tetep pas tapi kata Gina lebih baik pake gaun yang namanya helter dres. Aku tertarik dengan gaun ini yang simple warnanya hitam dan di bagian atas ada tali untuk di kalungkan ke leher.
"Coba gih pake ini Va, pasti cocok deh karena lu tinggi, langsing kalau pake helter dress ini, lu bisa nunjukkin otot lengan sama kaki lu yang panjang, udah sono ganti" Gina.
"Oke gina makasih sob, gue pinjem ini gaun" Aku.
Aku masuk ke kamar mandi lalu melepas kaos dan handuk yang aku pakai. Bra dan hot pants tipis aku pakai lalu gaun helternya juga, keluar kamar mandi Gina langsung tersenyum dan mengacungkan jempolnya. Nah selanjutnya make up tapi tipis saja karena aku nggak suka kalau tebel-tebel.
"Nah udah cantik dan badas Va, ehhh lu punya tato?" Gina.
"Iya nih di bahu kananku" Aku.
"Bagus banget dan detailnya udah dari kapan?" Gina.
"Udah dari kecil kok" Aku.
"Sayapnya jelas banget, gue pengen sih tapi nggak boleh sama ortuku" Gina.
"Yah nggak usahlah dari pada repot?" Aku.
*Tok... Tok.... Tok......*
"Cie udah di jemput hihihi, jadi kangen pacar orang deh" Gina.
"Dadah Gina" Aku.
Aku memakai sepatu flatku dan keluar kamar asrama. Di depan sudah ada kak Nadia yang uhhh cantiknya minta di bawa ke kamar. Kak Nadia memakia mini dress yang mirip kemben? Warna hitam sama seperti warna dressku.
"Hai?" Kak Nadia.
"Hai juga kak, maaf lama" Aku.
"Nggak papa, yuk kita berangkat" Kak Nadia.
"Iya kak" Aku.
Tangan kak Nadia mengundangku untuk bergandengan. Karena lantai kamar asramaku berada di lantai bawah maka kami tak perlu naik lif. Kak Nadia malam ini sungguh cantik dengan dressnya yang seksi, model dres mini sepererti ini lagi tenar kata Gina.
Kami berjalan sampai di bawah asrama tepatnya di lantai bawah tanah, di sini tempatnya mobil-mobil mewah di parkir alias garasi. Kak Nadia menyuruhku menunggu pintu keluar, tak lama ada mobil warna merah gelap jenis sedan sport. Kak Nadia pun keluar membukakan pintu.
Dengan senyum tipis Kak Nadia menataku, aku masuk ke mobil dan duduk sambil memakai sabuk pengaman. Pintu di tutup kak Nadia lalu ia berjalan ke arah pintu kemudi. Akhirnya kita berjalan keluar garasi bawah tanah asrama SHg menuju jalan raya entah ke mana.
Interior mobil kak Nadia di penuhi warna hitam. Saat duduk begitu nyaman rasanya, baru kali ini aku naik mobil mewah dan mahal jenis sport sedan kayaknya ini merek terkenal, kalau tidak salah pajaknya saja mencapai ratusan juta per tahun.
Tak ada percakapan karena aku dan kak Nadia sama irit ngomong orangnya. Hanya senyum terlihat saat kami berpapasan memandang sambil berkendara ke restoran tak jauh dari kawasan sekolah. Jalanan malam ini cukup ramai karena malam minggu.
"Udah sampai, ayo kita turun" Kak Nadia.
"Ini resto apa sih kak? Gede banget" Aku.
"Resto dengan menu masakan indonesia tentu saja, tapi dari eropa dan amerika juga ada, yuk?" Kak Nadia.
"Ayo kak, penasaran mau coba makan di resto mewah begini" Aku.
Kami masuk ke dalam resto yang cukup luas, ada berbagai jenis meja, dari meja makan biasa sampai sofa untuk bersantai menikmati minuman. Tapi kak Nadia tak mengambil meja di sini melainkan lantai atas atau roftop.
"Kak ini?" Aku.
"Kamu terkejut kan? Kakak juga saat pertama dulu ke sini" Kak Nadia.
Gimana nggak terkejut di roftof ini nggak ada lampu listrik tapi pencahayannya pake lampu minyak atau yang di sebut teplok dalam bahasa jawa. Setahuku lampu teplok pake minyak tanah tapi di sini nggak ada bau seperti minyak tanah melainkan aroma kopi.
"Ayo kita duduk dulu, silahkan?" Kak Nadia.
"Makasih kak" Aku.
"Hem... Jadi konsep di sini menggabungkan modern dan tradisional. Modern adalah furniturenya dan tradisional lampu-lampunya, gimana?" Kak Nadia.
"Bagus kak, berebeda aja dari bayanganku" Aku.
Coba kau bayangkan restoran model kekinian tapi lampunya dari jaman dulu? Aneh kan?. Tapi di sini nggak aneh sama sekali malahan suasanya jadi romantis menurutku. Selanjutnya kak Nadia memesan menu makanan. Kak Nadia memesan makanan khas amerika.
"Kamu mau pesan apa Va?" Kak Nadia.
"Nasi padang ada kak?" Aku.
"Ada dong, lauknya apa?" Kak Nadia.
"Udang goreng" Aku.
Kak Nadia pun berbicara dengan pelayan yang memakai jas hitam dengan bahasa inggris. Pelayan lain datang sambil membawa minuman anggur tentu saja anggur mahal, mereknya apa ya? Aku lupa. Nah jenis alkohol yang aku mau minum ya cuma anggur, tapi sekedar segelas saja nggak lebih.
"Blance Rose Wine di buat perancis tahun 1950" Aku.
"Wow kau tahu anggur ini?" Kak Nadia.
"Baru inget sih kak dari rasanya yang khas, pahit di awal namun ketika masuk ke tenggorokan terasa pedas dan sedikit manis" Aku.
"Kakak nggak nyangka kau suka anggur, Lova" Kak Nadia.
"Cuma sedikit sih kak, kak sediri?" Aku.
"Apapun anggurnya asal dari perancis, nih makananya sudah datang ayo di makan dulu" Kak Nadia.
"Hehe iya kak, perutku udah laper banget" Aku.
Kami berdua pun makan malam dengan suasana romantis karena ada permainan piano. Sebenarnya aku agak kecewa karena nasinya cuma sedikit, mau minta nambah aku malu. Nasinya cuma sekepal kalau tambah 2 kepal lagi pasti kenyang. Selesai makan pelayan mengambil piring kotor lalu mengambil makanan pencuci mulut.
Anggur kami di isi kembali tapi cuma setengah gelas saja. Harga anggur ini sebotol kira-kira 400 jutaan, kalau kami habis 4 gelas jadi berapa bayarnya? Jangan fikirkan karena yang bayar kak Nadia tentu saja. Menikmati anggur sambil melihat wajah cantiknya kak Nadia terasa hebat rasanya, dan jantungku lagi-lagi berulah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LovaLove ✓
Romance* Warning * 21+ * GxG * Lesbian * Futanari * Uncensored * BDSM