Jam 8 malam aku tiba di rumah joglo abah Bima yaitu guru silatku. Dengan memakai pakaian yang tadi tapi aku tambah jaket karena malam ini cukup dingin. Ketika aku sampai di depan pintu joglo rumah abah aku mencium bau kemenyan bakar.
Aku masuk dan abah sudah menunggu duduk di kursi tamu dengan aneka macam suguhan di mejanya. Aku masuk dan bersalaman serta mencium tangan abah sebagai hormatku pada guru. Abah Bima memberiku seragam untuk malam ini aku pakai.
Tentu saja aku tahu seragam ini, yaitu seragam yang mirip dengan pendekar jawa kuno. Dengan baju hem warna hitam polos, celana pendek kolor hitam polos, dan selendang batik untuk di pakai ikat pinggang, serta sepatu atau sandal? Model jaman kuno terdiri dari telapak kaki dan ada tali-temali rumit. Aku keluar dari bilik kamar setelah memakai seragam mirip pendekar jawa kuno.
"Duduklah Va" Kata abah menyuruhku.
"Iya bah" balasku sambil duduk di kursi depan abah berbatas meja.
"Kita tunggu pak kadus sama pak RT yang sebentar lagi tiba, abah chat udah otewe" kata abah lalu meminum kopi.
Tak lama orang yang di undang abah sudah tiba, ada dua bapak yang malam ini hadir untuk ritual. Abah yang berdandan ala jawa kuno, pak kadus yang ala betawi dan pak Rt yang ala orang sumatera sudah lengkap semua. Abah pun memulai ritual malam ini.
"Lova duduklah di tikar itu" kata abah dan aku pun duduk.
"Pak kadus dan pak Rt terima kasih sudah hadir di ritual luluasnya muridku. Kalian tahu bahwa silat bukam milik siapapun tapi milik negara indonesia, negara kita. Sebagai warisan leluhur saya sendiri bangga ada yang sudi meneruskan warisan beladiri ini" kata abah memulai.
"Saya dari betawi juga ada silat yang khas daerah ini dan seperti kata abah Bima, silat punya kita semua dan malam ini saya senang ada remaja yang berhasil lulus dalam belajarnya" kata pak kadus.
"Nggak sia-sia malam ini saya datang di undang abah Bima, ternyata bakalan ada pendekar baru" kata pak RT.
Aku hanya duduk bersila sambil mendengarkan ketika tetua kampung RW merdeka ini berbicara. Mereka duduk sejajar di depanku dan sudah rapi dengan pakaian adat masing-masing. Lalu abah berdiri sambil membawa mangkuk berisi air bunga. Pak kadus menaruh sesajen di depanku, dan pak Rt menyerahkang anglo wadah kemenyan terbakar.
"Anakku pegang anglo kemenyam itu" perintah abah padaku.
"Malam ini tepat malam jum'at kliwon, ada seorang remaja yang telah banyak belajar ilmu silat jawa kuno dan ia berhasil. Aku sebagai guru sudah merasakan ia menyerap habis ilmuku. Sesajen dan aroma kemenyan ini sebagai rasa syukur kita kepada gusti yang esa buka untuk dedemit keranjingan" kata abah berdiri di belakangku.
Aku memejam mendengar abah berkata lalu ia berkomat-kamit membaca mantra jawa kuno yang aku tak tahu. Selanjutnya abah menyiram air bunga yang berada di mangkuk ke ubuh-ubunku sampai mengalir ke anglo kemenyan yang mengepul tiba-tiba padam tersiram air bunga.
"Selamat datang pendekar muda, kau layak di sebut sebagai pendekar, kau mempunyai ilmu silat, pergunakanlah untuk menolong sesama jangan kau gunakan untuk kejahatan" Abah Bima memberi pesan.
Anglo kemenyan yang aku bawa di ambil abah dan di taruh ke tengah wadah atau tampah sesajen yang berisi aneka buah-buahan dan sayuran. Setelah itu aku di suruh berdiri dengan lututku. Lalu abah mengikat kepalaku dengan ikat yang sudah di siapkan. Setelah selesai kami membereskan semuanya dan duduk lagi di kursi tamu.
"Terima kasih pak kadus dan pak Rt sudah hadir" Abah berkata.
"Sama-sama bah, saya memang banyak acara tapi malam ini saya meluangkan waktu, saya senang karena jadi nostalgia waktu dulu di padepokan" Pak kadus.
"Anak muda sekarang banyak yang suka K-pop dan adat luar negeri, apa budaya kita ini jelek?" Pak Rt.
"Hahaha memang betul dan itu membuat saya sendiri miris" abah Bima mengomentari.
Setelah obrolan mengalir dengan asiknya tak terasa sudah jam 10 malam, pak kadus dan pak Rt pun pamit pulang. Kini tinggalah aku dan abah duduk sambil minum kopi hitam kesukaanku. Kata abah pakaianku boleh di lepas tapi besok pagi.
"Bah basah kuyub gini Lova nggak bisa ganti?" Aku bertanya agak kesal.
"Itu sudah tradisi va, lu tahan ya?" Jawab abah sekenanya.
"Yuaduah bah, Lova pulang dulu ya udah malem" pamitku pada abah.
"Iya dan abah besok pagi udah nggak di sini lagi Va, jaga diri baik-baik ya? Abah tenang lu udah nguasai jurus-jurus silat abah kalau ada yang gangu sikat aja Va" pesan abah lagi.
"Iya bah nyante aja, ya sudah bah Lova pulang, maka sih buat semuanya ya bah?" Kataku agak sedih.
"Sedih amat kau bujang, macam di tinggal pacar aja kau" Kata abah dengan logat bataknya.
Aku bingung abah Bima itu sebenarnya orang mana ya? Bahasanya campur-campur kadang ngomong logat jawa, kadang batak dan kadang betawi juga. Dari pada bingung dan kedinginan aku pun pulang ke kos-kosanku, meninggalkan abah yang sedang ngopi di ruang tamu.
Ketika aku berjalan tak sengaja aku melihat mobil mewah berhenti di jalan umum karena mogok. Aku dekati tapi dari arah lain ada sepeda motor berboncengan tiba-tiba berhenti menghampiri mobil itu. Aku kira ia mau menolong tapi setelah yang punya mobil keluar malah di todong senjata.
Dari jauh aku berlari hendak menolong tante yang punya mobil. Sampai di belakang mereka aku langsung melayangkan tendangan kepada si penodong yang menengok ketika aku teriak. Tendanganku mengenai pelipisnya dan terjatuh.
*Bruk.......*
"Bang pergi nggk lu" kataku pada abang yang satunya.
"Awas lu liat aja lain kali" Balas preman satunya lagi.
Preman yang masih sehat membawa yang tadi aku tendang dan pergi ngacir naik motornya. Ku lihat tante yang punya mobil mewah ini masih syok duduk di kap mobilnya. Aku dekati dan aku menanyakan keadaanya.
"Tante nggak papa?" Tanyaku.
"Hah hah makasih dek tante masih syok" jawabnya sambil mengelus dada.
"Mobil tante mogok?" Kembali aku bertanya.
"Nggak mogok dek, tante mau ambil duit tuh di Atm tapi tante baru sadar sekarang dari rumah tadi sudah di ikuti" jawab tante.
"Yaudah deh tante ambil duit dulu saya tinggu di sini" balasku.
Tante itu pun mengangguk dan berjalan ke Atm mengambil uang. Aku menunggu duduk di kap mobil mewah ini yang baru lihat saja lewat iklan di ponselku. Emang keren nih mobilnya di kasih pinjem sedetik saja aku rela.
"Makasih ya dek sekali lagi, ohh iya ini ada kartu nama tante, boleh minta nomer ponsel kamu?" Tanyanya setelah selesai mengambil uang.
"Ohhh iya tante boleh" jawabku lalu menulis nomerku di ponsel terbarunya.
Berbasa-basi sebentar tante yang terburu-buru nampaknya, langsung pergi meninggalkanku, nggak ada inisiatif nganter aku pulang gitu? Ahhh padahal aku sudah kedinginan gara-gara baju basah habis ritual tadi. Dengan kesal aku berbalik pulang karena malam semakin larut.
KAMU SEDANG MEMBACA
LovaLove ✓
Romance* Warning * 21+ * GxG * Lesbian * Futanari * Uncensored * BDSM