Pelajaran hari ini susahnya minta ampun, aku bisa sih memahami materinya tapi itu butuh waktu nggak kayak temen sekelasku yang jenius-jenius. Apalagi kimia matematika sama fisika huh panas jidatku lama-lama gosong.
Namun saat bel pulang berkumdang rasanya lega karena aku bisa memahami materi pelajaran akhirnya. Kalau sekolah lain udah lomba lari keluar kelas, di kelasku nggak ada model begitu. Sebelum mereka keluar, ada yang baca-baca lagi materunya supaya nggak gampang lupa.
Jadi kelasku masih ramai mbahas pelajaran padahal udah waktunya pulang ke asrama karena sudah jam 2 siang. Memang yah sekolah elit beda sama sekolah lainnya. Bukan sekolah ini saja sih, tapi tiap sekolah juga beda-beda budaya dan sistem pelajaranya.
Kalau di sini materi di pahami di asrama lalu saat sekolah gurunya tinggal bahas soal bersama, itu lebih efektif dan menghemat waktu. Kesanya jadi nggak kebanyakan teori tapi juga aplikasibya ke soal jadi lebih mudah di pahami juga.
Misalnya saja tadi aku masih nggak faham peluang salah satu mareri matematika, aku cuma hafal bacaan materinya saja. Tapi saal Misa Karen mbahas soal tentang peluang aku jadi mudah memahami langsung bisa juga jawab soal di depan kelas.
"Shof keluar yuk? Jidat gue panas" Aku.
"Ayuk Va, aku juga gerah pengen mandi" Shofya.
"Na ikut nggak?" Aku.
"Ayok cus ke kantin dulu baru nanti pulang" Gina.
"Rumah lu kan jauh" Aku.
"Pulang ke asrama maksudnya" Gina.
"Hihihi" Shofya.
"Shof karungin aja yuk?" Gina.
"Jangan Na, nanti pawangnya ngamuk" Shofya.
Sampai di kantin aku langsung memesan es teh manis yang bisa membuat jidatku mereda dari rasa panasnya mikir pelajaran seharian ini. Selain pesan es teh aku juga pesan mie ayam spesial pake bakso untuk makan siang. Begitu Shofya dan Gina juga ikut makan siang.
"Ohh iya aku duluan ya? Gerah banget" Shofya.
"Iya Shof awas basah" Gina.
"Mandi ya basahlah Gina" Shofya.
"Lu ngomong basah mukanya biasa aja dong" Aku.
"Emang muka gue kenapa?" Gina.
"Sangek" Aku.
Shofya pun sudah pergi, memang ia nggak begitu dekat denganku maupun Gina. Shofya merupakan gadis penyendiri sih jadi maklum gitu. Setelah makan siang dan Gina kembali ke asramaku no 10 di lantai bawah. Kami berdua berjalan sambil menyapa anak-anak kelas 1 lainya.
"Ngomong-ngomong si Olin udah tau markasnya Dragon Bike belum ya?" Aku.
"Udah aku kasih tahu sih, nanti malam kita cari markasnya" Gina.
"Lu di asrama aja sob" Aku.
"Iyalah kan elu bertiga yang bisa berantem, kalau aku mah berantemnya di kasur aja sama kak Bella, lu kalau mau gabung boleh kok sob" Gina.
"Gila pinggang gue encok nanti" Aku.
"Hahaha ganti baju dulu ahhh, mau ikut?" Gina.
"Nggak mau nanti kebablasan gue serang elu, kak Bella mencak-mencak nanti" Aku.
"Beneran nggak mau, nih baju gue udah kebuka lho" Gina.
"Syuh... Syuh..." Aku.
"Hihihi" Gina.
Sambil tertawa Gina menutup kamarnya, aku pun juga masuk ke kamar melepas bajuku dan berganti kaos serta rok mini karena hawanya panas sekarang ini. Ku cek ponselku dan ada notif pesan dari Olin si gadis china mulutnya ember.
"Va nanti malem jam setengah tujuh jangan lupa bawa senjata, kita ke clubnya naik angkot" Olin.
"Nggka matcing amat naik angkot" Aku.
"Nggak papa biar nggak mencolok gitu, mau pake sajam apa?" Olin.
"Sajam?" Aku.
"Senjata tajamlah, lu orang indonesia nggak ngerti sajam haduh" Olin.
"Gue pake karambit nanti" Aku.
"Sip deh kalau gitu, kalau nggak malea sini ke roftop ada rokok Dunhill kesukaan lu" Olin.
"Oke, tunggu di situ awal kalau gue sampek situ elunya ilang ya?" Aku.
Rok mini, kaos dan ponsel serta sandal lantai aku berjalan keluar kamar sambil ngetik pesan buat Kak Nadia kalau nanti ia mencariku. Dan di jawab sama kak Nadia dengan foto kak Nadia pose tengkurap kelihatan puting payudarnya, juga sambil membaca buku pelajaran.
Kak Nadia makin hari makin mesum aja, banyak foto selfie kak Nadia yang aku simpan di folder pribadi di ponsel baruku yang aku beli sebulan yang lalu. Buka aku sih yang beli tapi kak Nadia, ramnya 6 gb dan kameranya jerih banget, sama jaringanya stabil.
Hampir semua kebutuhanku kak Nadia yang beli, enak sih tapi aku juga harus memuaskan rasa mesumnya itu setiap malam, ingat setiap malam. Dan kak Nadia itu type cewek hypersex jika sama pasangannya sendiri, aku baru tahu.
Aku pernah menguji kadar kemesuman kak Nadia dengan menonton film dewasa yang ceweknya satu tapi cowoknya banyak dan tanggapan kak Nadia itu biasa saja. Tapi saat aku goda dengan mengelus penisku, ekspresinya langsung berubah dan itu jelas sekali seperti matanya menyipit dan mengigit bibirnya.
Tak terasa aku naif life sambil melamun aku sudah di roftop. Dan aku melihat suasana roftop memang yang tenang. Ada kakak kelas 2 yang menyapaku saat aku melewati mereka dengan menganggukan kepalaku sambil senyum tipis. Olin ternyata sedang merokok di bawah payung besar dan rebahan di kursi malas mirip kursi pantai.
"Wow elu seksi juga ya Lin, uhhh putih amat tu kulit" Aku.
"Udah dari dulu juga begini, padahal gue sering main di luar ruangan" Olin.
"Tapi sayang dada lu kecil" Aku.
"Anjing lu Va" Olin.
"Hahaha btw Yuki ke mana?" Aku.
"Lagi tidur kayaknya, suka lu sama Yuki?" Olin.
"Nggak cuma imutnya itu lho" Aku.
"Bikin iman nggak kuat, sayang dia lagi libur pacaran gue tembak nggak keterima" Olin.
"Nih kecil-kecil butcy juga ya?" Aku.
"Masak penampilan begini femme?" Olin.
"Perjuangin dong" Aku.
"Udah sih dan nggak akan nyerah juga, tapi cuma dapet tubuhnya nggak hatinya" Olin.
"Lumayanlah bisa di ajak wik-wik" Aku.
"Wik-wik apa, tiap kali main gue di suruh telentang aja" Olin.
"Jadi dia yang ngewik-wik elu?" Aku.
"Yo'i" Olin.
"Lu yang butcy masak elu yang di perkosa sih? Aneh tau" Aku.
"Itu semua karena cinta" Olin.
"Anjay jijik gue dengernya, mana rokoknya?" Aku.
"Nih buat elu aja sebungkus masih utuh, bisa mencak-mencak si Yuki kalau gue nyebat" Olin.
"Makasih Lin" Aku.
"Sama-sama, nanti malam gimana?" Olin.
"Kita masuk dulu dan lihat sikon di dalem club" Aku.
"Elu yang masuk?" Olin.
"Kok gue?" Aku.
"Lu kan tinggi, kalau gue nggak bisa masuklah" Olin.
"Oke nanti malem gue bakal masuk lalu ada nggak orang yang berhasil di dapatkan sama si Gina itu" Aku.
"Lalu lu kembali lagi dan tunggu target pulangkan?" Olin.
"Kita eksekusi, paling ia sama grupnya siap-siap aja bonyok nanti" Aku.
"Nggak masalah bonyok asal nggak mati aja" Olin.
Aku dan Olin pun turun karena hari semakin sore dan kak Nadia juga sudah mengechatku untuk mampir ke kamar asramanya. Cocok sekali karena aku mau mandi air hangat sama kak Nadia yang cantik dan sekai dan mesum tapi wajahnya datar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LovaLove ✓
Romance* Warning * 21+ * GxG * Lesbian * Futanari * Uncensored * BDSM