"Perempuan nggak tahu diuntung. Perempuan sialan! Apa kamu tahu kalau Dira sudah begitu baik sama kamu? Dia rela jadi istri kedua."
Mayra meronta. "Lepaskan aku! Jijik aku sama kamu. Ka-kamu ingin menikahi Dira? Silakan, aku nggak larang. Jangan harap terus menjadikan aku istri!"
Adam meraba pipi Mayra dan ganti mencengkeram rahang. Ia tidak peduli meski Mayra berjelit, berusaha untuk melarikan diri.
"Jijik katamu? Ingat, aku masih suamimu!"
"Nggak lagi! Di hari pertama kamu bilang selingkuh, kamu bukan lagi suamiku!" Mayra menjawab keras kepala. Ia menolak untuk tunduk. "Ka-kamu nggak ada hak lagi atas hidupku!"
"Oh, begitu? Bagaimana kalau kita buktikan, apa aku masih nggak ada ha katas kamu? Perempuan laknat! Istri kurang ajar! Memang kamu perlu diberi pelajaran biar tahu bagaimana harus tunduk sama suami!"
Mayra terhuyung dan tersingkir ke lantai saat Adam memukulnya.
"Plak!"
Ia mengernyit, menahan perih tapi menolak untuk menangis.
"Aargh! Lepaskan aku. Bajingan kamu! Lepaskan!"
Adam menjambak rambut dan menyeretnya ke kamar. Mayra terus memberontak. Adam meraih tangan, mendorongnya ke tempat tidur dan merenggut pakaiannya hingga terbuka.
"Apa-apaan ini? Bajingan! Lepaskan akuu!"
"Kamu harus diberi pelajaran, May. Biar tahu bagaimana harus menghargai suami! Jadi perempuan itu harus nuruut!"
Dunia Mayra seperti menghalangi kehancuran dan menggelap, saat Adam mengingat tangan dan berusaha menelanjanginya. Kali ini, ia tidak dapat menahan rasa takut, terus menyumpah dan memberontak. Ia melihat laki-laki yang kini sedang merobek pakaian dan menanggalkan celana dalamnya, bukan lagi suaminya. Adam yang dulu begitu lembut, baik, dan tidak pernah kasar sama sekali. Adam yang sekarang dilihatnya, tak lebih dari moster yang berusaha untuk mencabiknya.
"Kamu harus diberi pelajaran, Mayra. Biar tahu, apa arti jadi perempuan."
Mayra menjerit, tidak dapat menahan rasa sakit saat Adam menindihnya. Ia berusaha menggulingkan laki-laki itu dari atas tubuhnya tapi tenaganya kalah oleh Adam. Ia terbeliak dan menangis saat Adam melakukan penetrasi secara paksa. Yang terasa sakit bukan hanya vagina, melainkan hati.
"Ayo, May. Jangan menangis. Kenapa menangis? Bukankah kamu menyukai saat aku memasukimu seperti ini?"
Adam terus memaksa, memasukkan tubuhnya. Mayra yang awalnya memberontak, kini diam dengan air mata berlinang. Ia merasa sangat kotor, seperti sampah yang diinjak dan terbuang. Hidup berlaku tidak adil padanya. Kenapa ia harus menanggung penderitaan di atas rasa bahagia orang lain. Kenapa Adam harus begini kejam padanya. Mereka suami istri, mereka pernah saling menyayangi, dan kini Adam memperkosanya atas nama cinta.
"Kenapa, May? Kurang enak? Kurang dalam?" Adam berbisik dengan napas memburu. Lidahnya menjilat pipi Mayra yang lebam dan penuh air mata. "Jangan menangis, May. Ingat, aku suamimu dan sudah selayaknya istri melayani suaminya. Bukankah kita sudah lama nggak bersetubuh? Kamu selalu menolak saat aku mengajakmu, karena lelah dengan urusan rumah tangga dan Cantika rewel. Akibatnya, aku lari ke Dira. Oh, May. Dira memang panas dan menyenangkan, tapi tubuhmu masih candu buatku. Ayo, bergerak. Kemana perginya erangan sexy setiap kali kita bersetubuh?"
Bagaikan kepompong kosong tanpa jiwa, tubuh Mayra membujur kaku. Membiarkan Adam melakukan yang dimau. Ia tetap dia, menatap dinding kosong dengan air mata yang jatuh tidak tertahan. Rasanya seperti berabad-abad lamanya, sampai akhirnya Adam mencapai kepuasan dan tergolek di atas tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retak
RomanceKisah Mayra yang jatuh bangun membangun hidup setelah bercerai dari suaminya yang berselingkuh. Ia kehilangan hak waris anak, menuai cacian, dan juga rasa permusuhan dari mantan mertua dan juga teman-temannya, karena dianggap tidak mampu menjaga rum...