Bab 21b

9.3K 1K 27
                                    

Mayra mengedarkan pandangan ke sekeliling yang ramai. Orang-orang bercakap sambil minum. Musik mengalun lembut oleh seorang pianis di dekat meja bartender. Para pelayan berompi merah, mondar-mandir dengan nampan mereka. Dari tempatnya duduk, Mayra bisa menatap pemandangan luar yang terlihat dari dinding kaca. Lampu-lampu, gedung, dan kegelapan, ia teringat halaman belakang restoran. Ia dan Dion sering berada di sana untuk mengobrol. Melirik suaminya, ia tersenyum saat Dion meraih jemarinya dan meremas lembut.

"Kalian nggak ada niat bulan madu?" tanya Grifin.

Dion mengangkat bahu. "Entahlah, kami mau mengambil Cantika dulu. Baru membahas masalah bulan madu."

Tina memajukan duduknya. "Cantika? Anak Mayra?"

Dion mengangguk. "Yang sekarang jadi anakku juga meskipun aku belum pernah bertemu. Terakhir, saat Mayra ingin menjenguknya, diusir dengan tidak manusiasi oleh istri Adam."

"Kurang ajar!" Tina membanting gelas ke atas meja dan isinya nyaris tumpah. "Kenapa perempuan itu arogan sekali. Sekaya apa dia?"

"Punya pabrik beras besar," jawab Mayra. "Anak bungsu dan satu-satunya perempuan di keluarga."

"Pabrik beras yang mana? Perusahaanku banyak bekerja sama dengan pabrik beras di kota ini." Kali ini Grifin yang bicara.

"PT. Haur Sejati. Mantan suamiku adalah manajer di sana dan yah, pacaran sama anak boss."

Grifin tertawa lirih. "Ah, ternyata mantan suamimu itu menantu Pak Hervan? Berarti suami Dira?"

Semua terbelalak saat mendengar perkataan Grifin. Tidak menyangka kalau Grifin mengenal keluarga Dira.

"Kamu kenal mereka?" tanya Dion.

Lagi-lagi Grifin mengangguk, meraih gelas dan menandaskan isinya dalam sekali teguk. "Sangat kenal sekali. Aku menjadi distributor utama dari perusahaan mereka. Bulan lalu mereka banyak sekali masalah dan hampir aku putuskan hubungan kerja sama, sampai akhirnya Pak Hervan memohon-mohon. Perusahaan yang dikelola oleh semua anggota keluarga memang cukup kacau."

Dunia sungguh sempit sekali, pikir Mayra sambil menatap Grifin. Tidak menyangka kalau tali rantai hubungan kerja sama perusahaan bisa sedemikian aneh. Ternyata, Grifin adalah orang yang berpengaruh bagi perusahaan Adam. Ia pikir, perusahaan milik keluarga Dira sangat besar dan berpengaruh, ternyata mendengar perkataan Grifin, tidak begitu kenyataannya.

"Anak pertama, Dirga. Doyan main perempuan. Setiap kali kami bertemu, selalu menawariku perempuan," ucap Grifin enteng. Seolah membicarakan tentang sexual service adalah hal biasa. "Anak kedua, doyan judi. Aku nggak pernah lihat Adam, mantan suamimu, May. Mungkin jabatannya tidak tinggi, makanya belum pernah dibawa ke pertemuan."

Dion menatap istrinya. "Bagus bukan? Akhirnya kita tahu kondisi sesungguhnya dari keluarga mereka. Jangan kuatir, kita pasti bisa bertemu Cantika, karena mereka ternyata tidak sekuat yang kita duga."

"Iya, semoga saja kita bisa," jawab Mayra dengan senang. Harapan mengembang di dadanya. Kalau kali ini tidak akan ada masalah menghadang.

Tina berdehem, mengedarkan pandangan."Ngomong-ngomong, aku ada teman yang mau datang. Dia baru pulang dari luar negeri dan sebentar lagi bergabung dengan kita."

"Kami kenal nggak?" tanya Grifin.

Tina menggeleng. "Nggak, tapi sebentar lagi kalian kenal. Ah ya, itu dia."

Seorang perempuan sangat cantik dengan rambut tergerai indah dan tubuh yang tinggi, langsing, dan putih, melangkah ke arah mereka. Untuk sesaat Mayra terpana, merasa kenal dengan perempuan itu tapi entah di mana.

"Hai!" Perempuan itu menyapa.

Tina bangkit dari sofa untuk memeluk dan mengecup sang teman yang baru datang. "Gaes, kenalin, nih. Teman aku namanya, Natasha. Ehm, dia seorang model sekaligus pebisnis."

Mayra tersenyum, akhirnya ingat pernah bertemu di mana dengan Natasha. Tentu saja melihat di majalah atau berita online. Natasha model yang memang tidak terlalu terkenal di dalam negeri tapi kiprahnya cukup bagus.

"Natasha, kenalin ini Mayra dan suaminya, Dion. Lalu ini, Grifin."

Natasha menyalami mereka satu per satu, khusus untuk Grifin, mereka bersalaman agak lama. Ada binar ketertarikan di mata keduanya. Natasha memutuskan duduk di samping Grifin. Mayra melihat, mereka berdua bagaikan lukisan hidup. Tampan dan cantik disejajarkan dan hasilnya sangat indah.

"Senang kenal kalian semua, Tina banyak cerita ke aku," ucap Natasha. "Dion yang punya restoran dan Mayra, istrinya adalah koki andal."

Dion menggeleng sopan. "Restoran kecil."

"Tetap saja itu luar bisa. Kapan-kapan aku mampir, pingin ngrasain masakan Mayra."

"Silakan, aku masakin yang enak." Mayra mengedip senang.

"Kalau kamu mau, Minggu depan kita kumpul di restoran Dion. Sebelum aku ke luar negeri," usul Grifin.

Tina bertepuk tangan. "Ide bagus. Aku suka. Kita kumpul lagi di sana Minggu depan. Mayraa, aku ketagihan ramenmu yang pedas dan kentaaal!" Tina merengek sambil memeluk Mayra.

Mayra mengusap rambut Tina. "Baiklah, nanti aku buatkan daging asap yang enak."

"Asyik!"

Grifin, Tina, dan Natasha melanjutkan minum ke club. Dion dan Mayra pamit pulang. Tina ingin mereka ikut tapi Dion menolak.

"Lagi nggak enak badan."

Dion membawa Mayra pulang, menggenggam jemari istrinya sepanjang perjalanan. Hatinya dipenuhi bahagia, bisa bersama dengan Mayra yang lembut dan menggumkan.

"Semoga kamu nggak nyesal nikah sama aku," gumam Dion sambil memberanikan diri mengecup pipi istrinya.

Mayra menggeleng. "Aku justru mau terima kasih sama kamu, udah ngasih aku keluarga dan teman yang baik. Terima kasih suamiku."

"Sama-sama istriku. Asalkan kamu bahagia, aku rela melakukan apa pun untukmu."

Sebuah perkataan yang bukan sekedar omong kosong melainkan janji yang ingin Dion tepati selamanya.

**
Kisah lengkap tersedia di Karyakarsa dan google play book

RetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang