⚠️ Mature Content
Hujan di musim panas itu pertanda buruk. Bella ingat apa yang neneknya katakan di penghujung musim panas tahun lalu setelah rumah duka kakeknya selesai.
Jongseong yang melihat Bella segera berlari berteduh di bawah kanopi toko roti pun mengikuti sambil bersungut-sungut. "Ayolah, ini kan cuman hujan air bukan hujan meteor."
"Nanti sakit Jay."
Jongseong mendengus dan bersidekap tak sabaran. "Ayolah, kita harus segera ke sekolah mengambil obat Seulhae di lokernya."
"Tunggu dulu hujannya agak reda Jay."
"Shireo. Nanti Seulhae sakitnya semakin parah."
"Minhye sudah menghubungi ayahnya untuk segera menjemput Seulhae."
Jongseong menyipit tak suka, "Kau menyebalkan. Tahu begini aku meminta Minhye saja untuk menunjukkan loker Seulhae bukan anak payah sepertimu."
Bella yang di katai payahpun jadi mulai marah menunjuk wajah Jongseong, "Kalau begitu kenapa menarikku pergi? Kenapa tidak yang lain saja. Kau mengataiku menyebalkan tanpa berkaca bahwa kau jauh lebih menyebalkan."
Jongseong tak terima, "Kenapa harus tunjuk-tunjuk segala." Katanya menarik jari Bella dan menggigitnya.
"Aaaa!!"
"Dasar payah." Jongseong pun berlari menerobos hujan dan Bella yang semakin meradang ingin membalas rasa sakit di jarinya pun berlari mengejar.
Keduanya terus berlari saling mengejar tanpa melihat Jay melihat itu semua di bawah payung kuning cerahnya.
Bella yang berhasil meraih lengan Jongseong pun langsung mengigit jarinya, "Aaa sakit!!"
"Rasakan. Dasar Jay menyebalkan!" Katanya yang segera berlari kembali ke rumah Minhye sambil tersenyum puas.
"Bella kenapa bisa senyum selebar itu karna kakak?"
SWEET AND SOUR
"Jongseonggg..."
Aku terpejam menikmati kecupan bibir panasnya yang turun ke leherku dan menarik surainya tatkala merasakan hisapannya menciptakan tanda.
Ia terenggah menatapku penuh kabut dan membaringkanku di atas sofa, "Kau sudah sembuhkan, ada tenaga untukku?"
Aku mengangguk dan mengusap sisi wajahnya tanpa henti berdecak kagum oleh ketampanannya. Ia tersenyum mengecup bibirku sesaat.
"Tunggu, kau harus makan dulu agar ada tenaga." Katanya beranjak dan aku merasa kehilangan memeluknya dari belakang erat.
"Masaknya sambil begini, boleh?" Kataku dan ia terkekeh mengusap lenganku yang melingkar di pinggangnya.
"Yah terserah deh, asal yeobo senang." Katanya mengecup bibirku sesaat dan berjalan dengan aku terus memeluknya.
Menciumi aroma musk miliknya yang tak pernah membuatku bosan. "Mau masak apa?"
"Yang cepat saja ya."
"Apa?"
"Nasi goreng ekstra telur dan daging."
"Boleh."
Jongseong mulai memasak dengan agak kerepotan karna aku terus memeluknya, "Bell, duduk saja ya."
"Shireooo.." Aku semakin memeluknya erat dan Jongseong berdecak agak sebal, "Tapi aku jadi susah lho mengaduknya."
"Itu kan tujuanku." Kataku berjinjit untuk berbisik, "Agar kau lebih lama menyentuhku."
Jongseong meraihku ke depannya dan mengecupku keras yang kubalas sebisaku sampai ia menarik pinggangku untuk duduk di meja counter. "Tunggu. Atau aku memakanmu sekarang." Katanya terenggah tapi aku juga sudah kelewat menginginkannya.
"Sekarang saja..."
"Bella.." Ia menggeram tertahan dengan kembali menciumku dan melepas cepat untuk mematikan kompor dengan tergesa.
Aku membuka pahaku lebar dan menatap Jongseong sensual yang kembali merengkuh dalam kecupan panasnya. "Bella..." Ia terengah dalam sesaat mulai memasukkan miliknya yang sudah keras ke dalam milikku.
"Ahh Jayyy..."
"Jongseong..." Geramnya meremat pinggangku dan mulai menggenjotku.
Aku mengangguk kepayahan, "Padahal aku suka nama kecilmu Jongseong.."
"Aku yang tidak suka." Desisnya semakin mengenjotku kasar dan aku memeluknya erat dengan pikiran tak karuan. "Ah pelan Jongseong, ada aegiii.." Kataku mengingatkan dan ia mengangguk tampak terkesiap segera memelankan genjotannya.
Mengecup keningku yang berkeringat, "Maaf..."
"Tak apa yeobo." Kataku dan ia tersenyum mempertemukan kening dengan tatapan kian redup tanpa kutahu alasannya. Lalu menenggelamkan wajahnya pada ceruk leherku.
Sampai kami mencapai pelepasan bersama. Terenggah dengan Ia yang langsung menggendongku ke kamar dan membaringkan tubuhku.
Menatapku lamat sambil melepas setiap pakaian yang kupakai lalu mengusap dan mencium perutku.
"Aku janji akan menjadi suami dan ayah terbaik."
"Kalau begitu tinggalkan Seulhae, Jongseong." Kataku membuatnya tersenyum redup.
"Iya akan aku lakukan."
"Kapan?"
"Setelah waktunya tepat Bella."
"Selalu saja begitu." Aku beranjak terduduk dengan keinginanku akan Jongseong menguap ntah kemana. "Bella, kumohon mengertilah."
"Sampai kapan aku harus terus mengertimu?"
"Aku tidak bisa terus menerus begini Jay."
"JAY DAN JAY TERUS!" Bentaknya cukup keras membuatku terkesiap. "Sudah kubilang kan untuk tidak menyebut nama itu lagi." Ia beranjak memperbaiki celananya terlihat kesal dan aku terduduk menatapnya tak habis pikir.
"Kau ini aneh ya, dulu kau menyuruhku memanggilmu dengan nama kecilmu sekarang kau terlihat begitu membenci nama itu."
Ia hanya menyugar surai berkeringatnya yang sialnya kelewatan tampan dan panas membuatku memalingkan wajah. "Sudahlah, kau mau melanjutkan yang tadi atau makan dulu?"
"Aku tidak berselera keduanya." Kataku memakai pakaianku lagi dan menarik selimbut untuk menyelubungi tubuhku. "Aku mau tidur dan jangan ganggu."
Suara helaan nafas terdengar cukup keras dari Jongseong. "Bella, kau tahu seberapa besar aku mencintaimu?"
"Sudah hentikan. Aku lelah Jongseong." Kataku tertidur membelakanginya dan merasakan pelukan dari belakangku yang kemudian bibirnya mengecup tengkuk milikku lamat.
"Aku mau tidur."
"Aku sudah mengorbankan banyak hal untuk tetap mempertahankanmu Bella."
"Aku mencintaimu, sungguh. Aku tidak pernah memiliki perasaan mendalam seperti ini pada gadis manapun termasuk Seulhae."
"Omong kosong." Kataku kesal dan muak berusaha melepas pelukannya dari belakangku namun tenaganya yang seperti babon membuatku tak bisa berkutik.
"Kalau kau begitu mencintaiku kenapa sesulit itu melepaskan Seulhae?" []

KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET & SOUR
FanfictionBella tidak pernah berencana menikah dalam kehidupannya setelah perceraian kedua orangtuanya. Baginya hubungan romantisme adalah lelucon paling lucu dalam kehidupan. Sampai takdir membelitnya bersama Park Jongseong yang tidak akan pernah melepasnya...