Bismillah,
"Mas Yohan."
Yohan sontak berhenti berjalan. Menoleh dan mendapati Kania berjalan ke arahnya. Setelah peristiwa pemukulan malam itu, antipatinya pada Kania sedikit berkurang. Malah dia jadi kasihan karena gadis itu bercerita mengenai hubungannya yang penuh drama dengan Tommy. Ditambah lagi kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan. Nilai Kania di mata Yohan sedikit membaik.
"Apa?"
"Aku bawain bubur ayam, nih. Sebenernya buat sarapan, sih. Tapi ... karena Mas Yohan datangnya siang ya jadinya buat makan siang aja." Kania menyodorkan sebuah wadah yang aromanya membuat perut Yohan keroncongan. Senyumnya tercetak manis. "Sengaja aku buatin buat Mas. Aku cuma pengen bilang makasih karena udah dianter pulang dan ditolongin."
Yohan mengulurkan tangannya ragu. Seperti tengah berperang dengan perasaannya. Akhirnya dia menerima juga wadah berwarna hijau itu. "Oke, makasih." Tanpa menoleh lagi dia segera menaiki tangga ke lantai dua. Di pikirannya terbayang sosok seorang perempuan yang ingin segera ditemuinya.
Akhir-akhir ini dia sering bad mood karena bisik-bisik tentang kegagalan cintanya dengan Lucia masih santer. Sudah dua bulan tapi rupanya dia masih menjadi target gosip. Apalagi Lucia dan Ade beberapa kali muncul ketika asosiasi pengusaha kuliner mengadakan pertemuan. Ade rupanya meluncurkan dua gerai baru. Selain itu varian topping donat yang dijualnya bertambah. Usahanya sedang maju pesat. Dibandingkan dengan depot mie-nya dulu, bisnis donatnya sekarang jauh lebih bersinar.
Sementara kafe milik Yohan sedang merosot. Tentu saja kabar itu dengan cepat sampai ke telinga teman-temannya sesama pengusaha. Kabar yang membuat Yohan semakin menjadi sasaran bisik-bisik.
Yohan muak dengan semua itu. Muak dengan mata-mata kasihan yang diam-diam ditujukan padanya.
"Ven, lu sibuk?" tanya Yohan begitu memasuki ruang kerja. Wadah berisi bubur diletakkannya sembarangan di meja Rozi. Sementara satu tangannya sudah menarik kursi, mendekat ke arah Venita.
"Eh, Pak. Sa- saya ... cuma .. lagi ... ngecek laporan keuangan dari Vita." Tubuh Venita serasa kaku karena posisi Yohan sangat dekat dengannya. Terlalu dekat, sampai-sampai wangi parfum Yohan yang maskulin itu tercium jelas. Aroma campuran cedar wood, patchouli dan vertiver khas merk parfum mahal.
Dua alis Yohan bertaut. Sedikit bertanya-tanya kenapa Venita jadi gugup begitu. "Kenapa, lu? Belum sarapan? Sakit?" Yohan menempelkan punggung tangannya di kening Venita.
Jantung Venita rasanya berhenti memompa selama sepersekian detik. Merutuk dalam hati kenapa Yohan berani-beraninya menyentuh keningnya. "Eh, Pak ... saya ... nggak sakit, kok," jawabnya sambil mendorong kursi beroda yang didudukinya dengan kaki. Dia sedikit lega karena berhasil mengambil jarak dengan Mas Boss.
"Lu tuh kenapa bisa mendadak gugup gitu, sih? Gue kan nggak ngagetin. Kalo lu belum makan, tuh ada bubur dari Kania." Lelaki berkemeja kotak-kotak kuning itu mengarahkan dagunya pada wadah di meja Rozi.
Venita cepat-cepat menggeleng. Sengaja tidak mengatakan apa-apa. Khawatir dia akan terbata lagi.
Yohan menghembuskan napas, lalu mengacak rambutnya. Dua tangannya sekarang mengusap kasar wajahnya. Janggut di dagunya terlihat mencuat. Tanda kalau lelaki itu belum sempat bercukur. "Ikut gue ke balkon," ajaknya. Yohan berdiri. "Ayo. Se-ka-rang."
Masih heran tapi Venita tidak punya pilihan. Mengangguk lalu mengekor Yohan ke balkon. Di tempat itu dia semakin panas dingin, karena Yohan berdiri sangat dekat dengannya.
"Bulan depan bakal ada pertemuan asosiasi pengusaha kuliner, Ven."
"Iya, Pak."
"Lu tau, gue makin males aja hadir di acara asosiasi." Yohan memutar leher, mengarahkan matanya pada Venita. "Usaha Ade lagi bagus-bagusnya. Padahal dulu gue sama Jo yang bantuin dia." Yohan menelan ludah yang terasa pahit. "Sementara kafe ini ... ya lu tahu sendiri gimana kondisinya. Gue ... kalo terpaksa ... mau minta suntikan dana dari Papa. Belum lagi gue masih jadi bahan gosip. Kesel banget gue!" Lelaki itu menunduk setelah menghembuskan napas berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Match
RomanceWattpad Romance ID March Reading List Nggak sesuai kriteria! Kalimat yang sering diucapkan Yohan jika berurusan dengan masalah jodoh. Gara-gara kriteria yang dibuatnya Yohan malah terpuruk karena patah hati. Perempuan yang menurutnya memenuhi kriter...