Bismillah,
Setelah beberapa hari Malang diselimuti cuaca hangat, hari ini mendung kembali muncul. Potongan-potongan gemuk berwarna kelabu menggelayut murung memayungi sebagian besar area. Sabtu dengan aroma pekat akhir pekan sedikit terhalang.
Terlepas dari warna abu-abu itu, Semilir Angin terlihat cerah. Lantai satu semarak karena banyak meja yang terisi. Pelayan hilir mudik membawakan kopi, kudapan dan main course yang ditawarkan. Di balik counter, Bagas sibuk meracik kopi dengan berbagai modifikasinya. Wangi bumbu menguar lembut dari kitchen. Dan sesekali desing lembut guest pager meningkahi obrolan pengunjung.
Sebaliknya ruang kantor di lantai dua hening. Satu atau dua kali suara tetikus yang ditekan terdengar. Jendela yang menyajikan hamparan jagung dibuka. Membawa aroma hujan dan belaian lembut angin menjelang sore.
Venita mengangkat cangkir kopinya. Menyesap perlahan, lalu mengarahkan matanya ke monitor. Senang melihat tanggapan yang didapat unggahan reelsnya. Tadi siang dia membuat unggahan untuk mengingatkan pengunjung kalau nanti malam Bloom akan perform. Dia sudah mengintip akun Instagram milik Bloom menampilkan reels yang sama. Dua-duanya mendapat tanggapan yang cukup baik.
Raut Venita cerah. Berbanding terbalik dengan cuaca yang terlihat mengancam. Berharap malam ini kafe akan dipenuhi pengunjung terlepas dari hujan yang sepertinya siap turun.
Benak Venita dipenuhi rencana. Malam ini dia akan menonton performance Bloom dengan Yohan. Mas Bos sudah bilang kalau akan datang setelah maghrib. Ada urusan Take Mie yang harus diselesaikan bersama Joaquin. Sehingga Yohan terpaksa membiarkan Venita bekerja sendirian menyiapkan malam minggu.
Sebenarnya hal itu bukan masalah untuk Venita. Hanya saja setelah beberapa hari menjalin kedekatan, dia merasa kehadiran Yohan jauh lebih diperlukan. Khususnya ketika dia sedang sibuk mengurus kafe seperti sekarang.
Notifikasi pesan mengalihkan perhatian. Venita langsung membuka aplikasi dan melengkungkan bibir. Sebaris pesan dan foto terbuka di ponselnya.
Yohan: Gue bawa makan malam buat elu.
Gambar kotak bekal berwarna navy yang beberapa hari ini tidak absen dibawa Yohan muncul di layar. Venita merasa geli sendiri karena dadanya berdebar merdu hanya karena kotak bekal. Kenangan-kenangan kecil melintas.
Menu yang dibawa Yohan tidak bisa ditebak. Setelah gimbap, besoknya lelaki itu membawakannya dim sum ayam udang. Setelahnya, lelaki itu mengisi kotak dengan nasi urap tongkol suwir. Perlakuan sederhana yang membuat Venita merasa istimewa.
Yohan sudah lama tidak memasak. Minggu ini mendadak dia menekuni lagi hobi lamanya. Hanya untuk menyenangkan hati sang manajer. Bagaimana Venita tidak merasa tersanjung?
Venita: Hari ini menunya apa, Mas?
Yohan: Nanti juga lu tahu.
Venita mengirimkan emoticon tautan jari membentuk hati. Selama bertukar pesan bibirnya tidak berhenti mengulum senyum. Setelah sekian lama, beberapa hari ini dia merasakan lagi hati yang berbunga-bunga. Terakhir kali merasa begini ketika dia dulu jatuh cinta pada Iqbal.
Menopangkan dua tangan dengan pesan dari Yohan masih terbuka, mata Venita mengarah ke ladang jagung. Mendadak dia punya rencana untuk nanti malam. Rencana manis untuk membalas bekal yang dibawa Yohan untuknya.
Dengan tangan sedikit gemetar, perempuan berhijab oranye muda itu membuka laman You Tube. Mengetikkan kata kunci dengan mata berbinar-binar. Beberapa menit kemudian dia menemukan apa yang dicarinya. Senyum puasnya tersungging.
Membayangkan suasana kafe nanti malam, Venita merasa aliran hormon kebahagiaan memenuhi dirinya. Tidak sabar menunggu waktu berlalu. Sementara degupan gelisah juga mengisi jantungnya. Berharap Mas Boss akan menyukai apa yang dilakukannya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Match
RomanceWattpad Romance ID March Reading List Nggak sesuai kriteria! Kalimat yang sering diucapkan Yohan jika berurusan dengan masalah jodoh. Gara-gara kriteria yang dibuatnya Yohan malah terpuruk karena patah hati. Perempuan yang menurutnya memenuhi kriter...