Bismillah,
"Prisa mau coba egg chicken roll-nya?" Yohan mengangkat egg chicken roll. Membuat ekspresi seramah mungkin sembari mengingat-ingat bagaimana biasanya dia berinteraksi dengan Harumi. Menunggu reaksi Prisa dengan khawatir seraya mempertahankan raut biasa-biasa saja.
Gadis cilik itu menatapnya sebentar, lalu menggeleng. Menoleh pada Venita yang duduk di sampingnya, Prisa termangu. Terlihat ragu selama beberapa saat, lalu menekuri makanan Jepang di depannya. "Mama," panggilnya.
"Iya, Sayang." Mata Venita melirik Yohan sebelum kemudian tertuju pada putrinya.
"Prisa ... pengen makan es krim," ujarnya ragu. Prisa masih belum menatap Venita.
"Oke. Tapi kita habiskan dulu makanannya, ya," ucap Venita lembut. "Habis makan kita beli es krim sama Om Yohan, oke?"
"Tapi Prisa kangen Om Andi."
Tangan Yohan yang memegang sumpit mendadak lemas. Egg roll yang tadi ditawarkan pada Prisa terjatuh kembali ke dalam mangkuk. Dia tahu tidak akan mudah menghapus nama sahabatnya dari hati gadis kecil ini. Di dalam hati pun mengakui kalau Andi lelaki yang tulus. Tapi kalimat khas anak-anak dari mulut Prisa menohoknya telak.
Yohan berjengit merasakan sentuhan lembut Venita di tangannya. Ada ketenangan yang mengalir dari sentuhan kecil itu. Dengan gerakan yang tidak kalah lembut Yohan meremas perlahan tangan kekasihnya.
"Prisa mau tahu nggak caranya bikin es krim?" Satu ide mendadak melintas di kepala Yohan.
Gadis cilik itu melihat Yohan sebentar, lalu menatap Mamanya meminta persetujuan. Venita menyunggingkan senyum lebar dan mengangguk. Melihat itu Prisa ikut mengangguk lemah.
"Kita ke rumah Om Yohan yuk. Nanti Om tunjukkan cara bikin es krim." Mata Yohan berbinar-binar. "Prisa nanti bisa main sama Kakak Harumi juga, oke?!" Yohan mengangkat satu tangan mengajak Prisa melakukan toss.
Lelaki itu menghembuskan napas lega karena Prisa menerima ajakannya. Walaupun wajah gadis cilik itu belum terlihat ceria.
Mereka menghabiskan waktu setengah jam di resto masakan Jepang sebelum akhirnya meluncur ke rumah Yohan. Sepanjang jalan Yohan tidak berhenti merapalkan doa supaya usahanya meraih hati gadis kecil ini berhasil. Atau paling tidak ada jalan untuk membuka hati Prisa.
Yohan menghentikan mobilnya di supermarket untuk berbelanja bahan membuat es krim. Selama kegiatan itu dia tidak berhenti mengajak Prisa berinteraksi. Walaupun tanggapan gadis itu dingin-dingin saja. Yohan bersedia menerima resiko dan berjuang keras demi bisa bersama Venita.
Mengarahkan trolley ke area buah segar, Yohan meminta Prisa mengikutinya. "Prisa suka buah apa? Pilih aja, nanti kita pake menghias es krimnya," bujuk Yohan.
Seperti yang sudah-sudah, gadis dengan rambut diikat ekor kuda itu mengangguk tanpa semangat. Tangannya menunjuk strawberry di dalam kotak mika. "Strawberry boleh?"
"Boleh, dong," jawab Yohan penuh semangat. "Mau anggur juga nggak?" Yohan menunjuk anggur Red Globe. Dijawab anggukan kecil Prisa. Walaupun reaksi gadis itu belum lepas, Yohan sudah sangat bersyukur menemukan cara untuk mendekati calon putri sambungnya.
"Prisa?"
Yohan, Venita dan Prisa serempak menoleh ke asal suara. Situasi yang tadi berhasil dibangun Yohan untuk memperbaiki mood Prisa berantakan dalam sekejap. Lelaki yang membuat hatinya galau tiba-tiba saja sudah berdiri di depannya.
"Om Andi!" seru Prisa sambil berlari ke arah Andi. Tanpa canggung gadis cilik berbaju kuning itu memeluk Andi.
"Hey, Om Andi kangen sama Prisa," ucap Andi yang sudah berlutut dan mengacak lembut rambut Prisa. "Apa kabar, Sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Match
RomanceWattpad Romance ID March Reading List Nggak sesuai kriteria! Kalimat yang sering diucapkan Yohan jika berurusan dengan masalah jodoh. Gara-gara kriteria yang dibuatnya Yohan malah terpuruk karena patah hati. Perempuan yang menurutnya memenuhi kriter...