Bab 57. Menaklukkan Andi

95 13 0
                                    

Bismillah,

Matahari baru saja terbenam. Turis yang memadati pantai untuk menikmati senja berangsur-angsur mulai berkurang. Venita mengarahkan matanya pada ponsel. Membuka Instagram Semilir Angin dengan senyum tipis tersungging.

Selama dua bulan ini dia tidak pernah absen mengikuti perkembangan Semilir Angin. Dia bahkan sengaja membuat akun rahasia hanya untuk mengetahui bagaimana kabar kafe kesayangannya. Venita cukup senang karena pengorbanannya tidak sia-sia.

Sayang, perih di hatinya masih belum terobati. Di berbagai unggahan Instagram Semilir Angin dia tidak pernah melihat Yohan. Foto-foto di akun Instragram kafe itu mengikuti konsepnya. Erik rupanya mengingat dengan baik arahannya. Fotografer itu mengambil foto keluarga-keluarga yang datang ke Semilir Angin. Ada juga foto pasangan dan anak-anak yang bermain di playground. Foto pegawai yang sedang beraktivitas dan performance Bloom serta The Acacia.

Sama sekali tidak ada foto Mas Bos.

Venita menghela napas. Berusaha menyingkirkan perasaan rindu yang menggelayutinya. Dua bulan sudah terlewati. Dan, waktu terus bergerak menggilas kenangannya bersama Yohan. Tetapi, waktu rupanya harus berusaha cukup keras karena kenangan-kenangan itu masih membayangi Venita.

Dia sudah mengganti nomer ponselnya dengan yang baru. Begitu juga dengan email. Sengaja, supaya Yohan tidak lagi menemukan jejaknya. Hanya Andi dan orangtuanya yang bisa menghubungi Venita.

Namun semakin dia berlari, momen yang dilaluinya bersama Yohan semakin mengejarnya.

Dengan hati berat, Venita menyimpan ponselnya ke dalam tas. Berdiri lalu bersiap melangkah mendekati Prisa yang sedang berlarian di sekitar istana pasir yang baru dibuatnya.

Suara notifikasi ponsel mencuri perhatian Venita. Dia membuka lagi tasnya lalu menyalakan ponsel.

Andi Fauzan: Ven, aku ketemu Yohan.

Sontak langkah Venita membeku. Debaran jantungnya meningkat dan kakinya terasa lemas.

Venita: Dia tahu aku di mana?

Andi Fauzan: Aku nggak ngasi tahu.

Venita menghembuskan napas lega.

Andi Fauzan: Ven ....

Venita terkesiap. Gelisah menyergapnya membaca pesan Andi yang begitu pendek. Lelaki itu seolah sedang bersiap memberinya kabar buruk.

Andi Fauzan: Yohan kelihatan stress.

Pesan itu dibacanya berulang. Matanya panas begitu juga dengan wajahnya. Sementara dadanya seperti dihimpit sesuatu yang tak kasat mata. Venita merasa bersalah sudah membuat Yohan berada dalam kondisi menyedihkan.

Venita: Makasih, Mas.

Balasan itu dikirimkan dengan cepat untuk mengakhiri percakapan. Sekuat tenaga Venita menahan diri untuk tidak mengorek lebih jauh kabar Yohan. Dia tidak mau akhirnya tidak tega dan menghubungi Yohan.

Dia tidak mau merusak hubungan Yohan dengan Ayahnya. Venita sudah berjanji pada Erizal.

Andi Fauzan: Nggak bermaksud ikut campur, tapi kamu dan Yohan sebaiknya bicara.

Dengan gamang Venita meneruskan berjalan, mengabaikan pesan dari Andi. Dalam hati merutuk dirinya yang egois karena tidak membicarakan keputusannya dengan Yohan. Sisi hatinya yang lain memuji sikap besar hati Andi. Lelaki itu masih bisa bersikap adil terlepas dari hatinya yang pasti nyeri gara-gara Venita dan Yohan.

Begitu sampai di samping putri kecilnya, Venita mengajak Prisa menyudahi kegiatan sore mereka karena hari sudah semakin gelap. Gadis kecil itu menurut. Meratakan istana pasirnya lalu meraih tangan Mamanya dan berjalan menuju area parkir motor.

Imperfect MatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang