Bab 29. Pukulan Telak!

197 37 5
                                    

Bismillah,

Yohan masih terpaku. Tidak menyangka akan bertemu Venita di acara ulang tahun Amalia. Belum siap juga melihat Venita berdiri sangat dekat dengan Andi. Sementara sahabatnya itu merangkul Prisa dengan akrab.

Ada yang seperti diremas di hati Yohan. Tangannya yang memegang pot berisi anggrek serasa goyah. Beberapa hari tidak bertemu Venita, rindunya menggunung. Perempuan itu juga tidak tahu kalau hampir setiap malam Yohan berdiri di bawah jendela kamarnya. Berharap bisa melihat kelebatan perempuan itu.

Sialnya, harapannya belum terkabul. Malahan dia semakin merana melihat Venita semakin dekat dengan Andi. Bagas yang bercerita kalau sekarang hampir setiap hari Andi menjemput Venita. Bagaimana Yohan tidak khawatir mendengar perkembangan itu.

"Loh, Yohan to? Ya Allah sudah lama nggak ketemu bocah ganteng ini." Amalia yang baru saja kembali ke halaman belakang tersenyum lebar.

"Eh, Tante ... iya, maaf baru datang." Yohan membalas senyum Amalia dan menghampirinya. Perempuan ini sudah lama dikenalnya. Karena dia, Andi dan Jo adalah sahabat lama. "Selamat ulang tahun ya, Tante. Semoga sehat-sehat dan segera dapat cucu." Kalimat terakhir langsung disesali Yohan saat matanya menangkap tangan Andi digenggam Prisa erat.

Gawat! Kalo doa gue dikabulkan, Tante Amalia bisa dapat cucu beneran. Nggak papa kali cucunya aja, Venita gue yang dapet.

"Aamiin. Makasih ya, Yo."

"Sama-sama, Tan. Ini ... saya bawa kado. Semoga Tante suka." Yohan mengangsurkan pot yang dibungkus cantik dengan plastic khusus kado.

"Wah makasih ya. Kok repot-repot, Yo?! Kamu datang aja Tante udah seneng banget. Kamu udah lama nggak main ke sini. Jo juga sudah lama banget nggak kumpul di sini." Amalia menepuk bahu Yohan pelan. "Dulu awal-awal punya usaha kamu masih suka nongkrong di sini rame-rame."

Yohan mengusap tengkuk. Saat itu sudah lama berlalu. Mereka memang betah sekali di rumah Andi karena Amalia sangat perhatian dan suka memanjakan teman-teman putranya. Ketika Yohan masih sering ribut dengan Ayahnya, dia kabur ke rumah Andi. Melarikan diri dari pertikaian yang seperti tidak ada habisnya.

Setelah kedua orangtuanya pindah ke Bali, frekuensi kunjungan Yohan mulai berkurang. Lalu dia dan Jo mulai berbisnis. Perlahan kesuksesan mulai diraih. Dan tragedi dalam pernikahan Jo hampir saja memukul telak bisnis yang dibangun bersama.

Acara nongkrong di rumah Andi semakin jarang. Ditambah lagi si pemilik rumah sibuk dengan karir pengacara. Klien-klien penting mulai berdatangan dan firma hukum tempatnya bekerja mengangkat Andi sebagai partner. Jadilah genk mereka terpisah. Hanya berkumpul di acara tertentu.

"Ya gitu deh, Tante. Sibuk sama kerjaan masing-masing. Tapi hari ini saya sempatkan datang, spesial untuk Tante Amalia." Yohan terkekeh. "Bunganya saya masukkan di rumah kaca ya, Tan."

"Iya, gampang. Ayo makan dulu." Tanpa canggung Amalia menggandeng Yohan. Mengajaknya ke meja tempat berbagai menu disediakan. Setelah itu Amalia pamit ke rumah kaca untuk meletakkan anggrek.

Setelah mengambil makanan yang tersedia, Yohan celingukan mencoba menangkap keberadaan Venita. Perempuan itu ternyata sedang mengobrol dengan Andi dan Khaira. Aslinya dia tidak begitu ingin makan, hanya bersikap sopan pada Amalia. Melihat pujaan hatinya tertawa bersama Andi, selera makan Yohan semakin hilang.

Ditambah lagi dia lelah luar biasa. Beberapa hari belakangan sibuk menyelesaikan urusan kafe. Haris menghubungkannya dengan seorang investor sekaligus rekan sesama pemilik perkebunan. Urusan yang cukup menyita waktu. Dia juga sedang mencari Kania. Kesal setengah mati karena ulah Kania mengacaukan rencananya.

Dia ingin menggertak gadis itu untuk meluruskan kesalahpahaman yang terjadi dengan Venita. Yohan kalang kabut karena gadis berambut ikal itu belum juga ditemukan. Info dari Kiki sepertinya Kania punya seseorang yang menyembunyikannya. Laki-laki korban yang belum tahu kalau Kania adalah komplotan penipu. Sementara Tommy ditangkap polisi seminggu yang lalu. Seorang pengusaha yang ditipunya marah besar dan menghajar Tommy habis-habisan. Tidak berhenti di situ, sang pengusaha membawa kasus Tommy ke polisi.

Imperfect MatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang