09. TERLAMBAT

601 10 0
                                    

"SURYA!! BALIKIN BUKU GUE!!"

Suara teriakan seorang gadis terdengar nyaring di pendengaran seluruh murid-murid kelas XII IPA-2. Seorang murid laki-laki terlihat baru saja berlari memasuki kelas tersebut di susul dengan seorang siswi di belakangnya.

"PINJEM BENTAR STELL!!" sahut Surya.

"Nyontek terus lo anjir. Usaha kenapa sesekali," ucap Stella setengah berteriak.

"Ini kan juga termasuk salah satu usaha kali Stell," ucap Surya.

"Usaha apaan? Usaha nyontek gitu?" ucap Stella.

"Jangan marah-marah Stell. Nanti muka lo keriput," ucap Zico.

"Gue juga marah-marah karna temen lo itu," ucap Stella berjalan menghampiri Surya.

"Lagi lo juga Sur. Hobi amat gangguin Stella. Suka lo sama dia?" ucap Zico.

"Fitnah woi fitnah. Inget teman. Fitnah itu lebih kejam dari tukang begal," ucap Surya.

"Gue juga ogah suka sama lo. Tukang nyari ribut terus sama gue," ucap Stella.

"Gue juga. Suara lo yang merdu itu bisa-bisa bikin gendang telinga gue pecah," ucap Surya.

"Sialan lo," ucap Stella melempar tipe-x ke arah Surya.

Pria itu langsung mengusap-ngusap kepalanya karna tak sempat menghindari lemparan dari Stella.

"Balikin buku gue buru," ucap Stella.

"Aelah Stell. Bentar dong. Dikit aja. Gue tinggal dikit doang. Tadi malam gue udah ngerjain setengah," ucap Surya.

"Hah?" Aksa langsung menolehkan kepalanya ke arah Surya. "Lo? Sejak kapan lo ngerjain tugas? Kena angin apa lo?" tanya Aksa.

"Ingat teman. Senakal apa pun gue seenggaknya gue nggak bodoh-bodoh amat," ucap Surya.

"Lo aja nyalin punya gue," sahut Langit.

"Anjir gue kirain beneran ngerjain," ucap Aksa.

"Ah nggak seru lo Lang. Sekali-kali nyenengin hati gue dikit gitu," ucap Surya.

"Kalau lo ngerjain tugas gue kuras tuh kolam renang di rumah Langit pake sendok," ucap Azka.

"Kenapa rumah gue?" ucap Langit.

"Soalnya kan kolam renang di rumah lo itu luas sama luasnya kayak jidat lo," ucap Azka.

Azka langsung meringis takut saat Langit menatapnya dengan tatapan seakan ingin membunuh dirinya saat itu juga.

Sedangkan teman-temannya yang lain hanya bisa diam menahan tawa. Mereka hanya tidak ingin mendapat murka dari seorang Langit.

Karna menurut mereka Langit akan terlihat sangat menakutkan jika sedang dalam keadaan marah. Tatapan tajamnya saja mampu membuat orang takut dan terpojok. Apa lagi jika dia sedang dalam keadaan marah.

Maka tak salah jika Angkasa memilih dirinya menjadi Wakil Ketua Arvegaz. Karna mampu mengontrol emosi semua teman-temannya.

"Ingat teman. Jidat lebar itu pertanda orangnya pinter," ucap Surya menimpali.

"Udah lo nggak usah banyak bacot. Mendingan lo diem kerjain buru tuh tugas," ucap Stella mendudukkan dirinya di sebelah Surya.

"Iya sayang. Sebentar ini lagi di kerjain," ucap Surya yang masih fokus pada bukunya.

"Modus terus lo anjir. Sampe baper anak orang tanggung jawab lo," ucap Zico.

"Kalau dia baper ya pacarin aja sekalian. Hitung-hitung tanggung jawab karna udah gue baperin. Ya nggak Stell?" ucap Surya.

ANGKASA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang