23. MOMEN DI LAPANGAN

464 7 0
                                    

"Pagi sayang"

Angkasa melirik sesaat ke arah meja makan lalu kembali menggulung lengan jaketnya hingga ke batas siku.

Tak ada respon baik dari dirinya untuk sang Ibu. Entah apa yang membuat dirinya begitu dingin dengan Ibunya sendiri.

"Lo nggak denger tadi Mama nyapa lo?" tanya Arga.

"Pagi Kak Angkasa," sapa Alea.

Angkasa menghentikan langkahnya lalu menolehkan kepalanya ke arah Alea yang sedang tersenyum menatap dirinya.

"Iya pagi sayang," balas sapa Angkasa tersenyum tipis.

Arga mendelik tak percaya melihat sikap Angkasa barusan yang seolah-olah tidak melihat ada Ibunya di sana. Sementara Nadya hanya bisa tersenyum tipis menatap putranya tersebut.

Meskipun tak mendapat respon setidaknya dia masih bisa melihat senyum dari putranya tersebut.

"Kamu nggak sarapan dulu?" tanya Nadya.

"Enggak," jawab Angkasa.

"Kamu nggak pernah sarapan ya?" tanya Nadya.

"Nggak pernah," jawab Angkasa.

"Sarapan bareng sini sebelum berangkat," ajak Nadya.

"Nggak perlu," ucap Angkasa.

"Lo bisa menghargai usaha Mama nggak? Mama rela bangun pagi-pagi cuma buat bikin sarapan," ucap Arga.

"Nggak ada yang nyuruh kan?" ucap Angkasa.

"Jaga sikap lo Angkasa," ucap Arga menahan emosi.

Nadya mengusap lembut bahu Arga berniat menenangkan putra sulungnya tersebut.

"Gue lagi males debat sama lo. Buang-buang energi gue," ucap Angkasa.

"Kak Arga kenapa marah-marah sama Kak Angkasa? Alea nggak suka," ucap Alea.

Angkasa hanya tersenyum tipis menatap Alea sedangkan Arga hanya mengerutkan keningnya mendengar penuturan dari Adik bungsunya tersebut. Sejak kapan Alea jadi sebijak ini, fikirnya.

Apa mungkin karna dirinya tidak begitu akrab dengan Alea sehingga tidak mengetahui tumbuh kembang Adiknya tersebut?

"Sarapan dulu sini. Dikit aja. Nanti kamu sakit sayang," ucap Nadya.

"Nanti aja di sekolah," ucap Angkasa.

"Kak Angkasa sini sarapan sama Alea. Kakak jarang banget sarapan di rumah. Sini duduk di sebelah Alea," ucap Alea menepuk-nepuk kursi di sebelahnya.

Jika sudah Alea yang memintanya maka Angkasa tidak bisa untuk menolaknya. Dia begitu menuruti keinginan Adik kesayangannya tersebut.

Walaupun pada dasarnya dia ingin menolak. Namun melihat wajah polos Adiknya tersebut membuat egonya sedikit runtuh. Hanya sedikit.

Angkasa berjalan menghampiri meja makan lalu duduk tepat di sebelah Alea berada.

"Mama ambilin ya?" ucap Nadya.

Pria itu hanya diam tak menggubris perkataan sang Ibu.

"Alea seneng banget bisa sarapan sama Kakak," ucap Alea.

Angkasa tersenyum tipis lalu mengusap lembut kepala Alea. "Alea seneng?" tanya Angkasa.

"Seneng banget dong. Apa lagi kalau setiap hari," jawab Alea.

"Alea nggak seneng sarapan sama Kakak?" tanya Arga.

"Seneng. Tapi lebih seneng kalau ada Kak Angkasa," jawab Alea.

ANGKASA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang