87. ZIAN HILANG?

224 3 0
                                    

Hari ini adalah hari weekend. Zian memutuskan untuk ikut bersama Angkasa bertemu dengan teman-temannya yang lain.

Terlebih lagi Zian dan Angkasa sudah sangat jarang menghabiskan waktu berdua semenjak kejadian kecelakaan Zian beberapa waktu lalu.

Saat ini Zian serta Angkasa sedang berada di minimarket sekedar untuk membeli makanan dan minuman selama mereka berkumpul di markas Arvegaz.

Meskipun markas Arvegaz bersifat rahasia, namun pintu markas itu selalu terbuka untuk Zian dan kedua sahabatnya.

"Ini kita mau beli apa aja? Soalnya kan temen kamu pasti banyak di sana," ucap Zian.

"Aku ngikut kamu aja. Mereka juga orangnya nggak milih-milih kok," ucap Angkasa.

"Udah lama banget kayaknya aku nggak pernah ke markas Arvegaz ya? Apa lagi semenjak kecelakaan aku waktu itu," ucap Zian.

"Iya anak-anak berisik banget nyuruh aku bawa kamu ke markas," ucap Angkasa.

"Aku seneng banget tau bisa diterima dengan baik sama temen-temen kamu," ucap Zian.

"Mereka itu orangnya baik-baik kok. Kalau udah suka sama satu orang pasti bakalan keliatan banget baiknya. Cuma kamu tau sendirilah mereka sedikit ya rada-rada lain," ucap Angkasa.

"Gitu-gitu temen kamu juga tau," ucap Zian.

"Ya udah ayo cari yang lain lagi," ajak Angkasa.

Setelah merasa cukup, mereka memutuskan menuju ke meja kasir untuk menghitung total belanjaan mereka.

Tentu saja yang bertanggungjawab untuk membayar semua ini adalah Angkasa. Pria itu memang terkenal sebagai sosok Ketua yang amat sangat royal pada anggotanya.

Saat Angkasa tanpa sengaja menatap monitor yang tersambung dengan CCTV, penglihatannya tanpa sengaja melihat ada seorang pria dengan gerak-gerik mencurigakan berada di luar minimarket tersebut.

Angkasa menolehkan kepalanya ke belakang. Anehnya orang tersebut tiba-tiba saja sudah menghilang dari tempatnya berada.

"Kak Angkasa?" panggil Zian.

Pria itu langsung menolehkan kepalanya ke arah Zian yang baru saja memanggilnya. "Eh iya kenapa Zi?" tanya Angkasa.

"Liatin apa?" tanya Zian balik.

"Nggak ada kok," jawab Angkasa.

"Pembayarannya cash atau melalui kartu Kak?" tanya Kasir tersebut.

"Pake kartu aja," jawab Angkasa.

Pria itu merogoh dompet yang berada di dalam kantong jaketnya lalu menyerahkan salah satu kartu pada kasir tersebut.

Dia kembali menolehkan kepalanya ke arah luar minimarket untuk mencoba mencari orang yang terlihat mencurigakan tadi.

"Ini kartunya Kak," ucap Kasir tersebut seraya menyerahkan kartu itu pada Zian.

Zian langsung menerima kartu tersebut. "Terima kasih Kak," ucap Zian.

"Eh udah siap?" tanya Angkasa.

"Udah sayang. Kamu sih melamun mulu. Ngeliatin apaan coba di luar?" ucap Zian seraya menyerahkan kartu yang ia pegang pada Angkasa.

"Cuma ngeliat ke parkiran doang." Angkasa menerima kartu yang diberikan oleh Zian lalu memasukkannya kembali ke dalam dompet. "Sini aku bantu bawain," ucap Angkasa.

Angkasa serta Zian langsung bergegas menuju pintu keluar dengan membawa belanjaan di tangan mereka.

Saat akan keluar, Zian kembali memundurkan dirinya saat ada seorang pelanggan yang merupakan Ibu-Ibu hamil akan keluar dari toko tersebut. Bahkan dia sempat menarik lengan Angkasa agar ikut mundur bersamanya.

ANGKASA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang