12. PEMBELAAN DEVAN UNTUK ANGKASA

466 7 0
                                    

"BRENGSEK LO!!"

Suara teriakan seorang murid cowok yang berasal dari toilet laki-laki mengundang perhatian semua orang yang sedang berlalu lalang di sana.

"GENG GUE NGGAK PERNAH NGEJELEK-JELEKKIN GENG LO! KENAPA LO MALAH NGEJELEK-JELEKKIN ARVEGAZ BANGSAT!!"

Suara tersebut benar-benar terdengar sangat menggelegar sehingga membuat orang-orang yang ada di sana terlihat enggan untuk memisahkan mereka.

Murid laki-laki dengan dasi di ikat di pergelangan tangan kanannya terlihat sedang memukuli seorang murid laki-laki yang sudah terbaring di lantai.

"Brengsek lo! Lo cuma sendirian di sini! Sekolah ini daerah kekuasaan Arvegaz! Macem-macem lo di sini sama aja namanya lo nyari mati!" sentak Devan.

Murid cowok itu adalah Devan, anggota dari Arvegaz sendiri dan merupakan siswa kelas XI IPA-4.

Angkasa bersama dengan teman-temannya yang baru saja hendak naik tangga langsung terfokus pada kerumunan yang ada di toilet.

"Eh anjir itu ada apaan di sana? Rame amat," ucap Zico.

"Jalan-jalan ke kota Bau-Bau. Mana saya tau," ucap Azka.

Zico yang berdiri tepat di sebelah Azka langsung menoyor kepala temannya tersebut.

"Goblok nih anak malah segala pantun," ucap Zico.

"Kepala gue di fitrahin ini woi. Jangan sembarangan," ucap Azka memukul lengan Zico.

"Gue tebak pasti ada yang lagi berantem nih di sana," ucap Surya.

"Udah jelas ada yang berantem. Kalau enggak mana mungkin bisa serame ini," ucap Aksa.

"Samperin ayo. Kayaknya seru tuh berantemnya sampe rame gitu," ucap Azka.

"Eh ada apaan sih di sana?"

Mereka semua langsung menolehkan kepala ke arah orang yang baru saja hadir di antara mereka. Aksa yang mengetahui siapa orang itu langsung berdecak kesal lalu kembali mengalihkan perhatiannya ke arah kerumunan orang tersebut.

"Lo nanya kita terus kita nanya siapa?" ucap Aksa ketus.

"Angkasa ada apaan sih? Rame banget kayaknya," ucap Salsha.

"Caper," umpat Aksa.

"Aksa," ucap Langit.

Pria itu hanya merotasikan kedua bola matanya malas melihat Salsha.

"Gue juga nggak tau. Gue nyampe udah rame aja di sana," ucap Angkasa.

"Kayaknya ada yang berantem deh di sana," ucap Salsha.

"Iya nyamuk berantem sama cicak," sahut Aksa.

Teman-temannya yang ada di sana hanya bisa menahan tawa mendengar ucapan Aksa barusan. Mereka tau jika Aksa tidak terlalu menyukai Salsha yang menurutnya terlalu mau tau tentang Arvegaz.

"Jangan ngada-ngada lo bego," ucap Azka.

"Lagian juga nanya terus. Kita sendiri aja nggak tau ada apaan di sana," ucap Aksa.

"Lo kenapa sih Aksa? Sensian banget kayaknya sama gue," ucap Salsha.

"Perasaan lo aja," ucap Aksa.

"Padahal gue cuma nanya doang," ucap Salsha.

"Iya lo nanya. Kita yang nggak tau mau jawab apaan? Udah di bilang nggak tau segala nanya lagi sama Angkasa," ucap Aksa.

"Aksara Putra Pratama," ucap Langit.

"Apa sih Lang? Bener kan yang gue bilang?" ucap Aksa.

"Diem," ucap Langit penuh penekanan.

Pria itu hanya mendengus kasar mendengar ucapan Langit. Biar bagaimana pun juga jika Langit sudah berbicara dengan nada seperti itu maka satu-satunya pilihan terbaik adalah diam.

ANGKASA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang