69. PENYERANGAN DI CAFE ZIAN

173 3 0
                                    

Zean mengerutkan keningnya saat melihat ada sebuah perban yang menempel di pelipis Adiknya tersebut.

Zian di buat kaget saat Zean dengan tiba-tiba memutar balik tubuhnya menjadi berhadapan dengan sang Kakak.

"Ada ap--"

Zian meringis saat Zean menyentuh pelipisnya.

"Ini kenapa?" tanya Zean.

"Itu tadi aku jatuh di toilet sekolah Bang. Soalnya lantainya licin terus aku kepleset," jawab Zian berdusta.

"Maaf Bang. Aku terpaksa bohong," batin Zian.

Zean menaikkan sebelah alisnya menatap Zian lalu mendelikkan matanya saat melihat ada luka di sudut bibir Zian.

"Astaghfirullah Dek. Itu bibir kenapa lagi?" ucap Zean.

"Iya ini sama. Aku kepleset terus kepala aku kebentur sama meja wastafel. Luka ini juga kebentur sama sudut meja wastafelnya," ucap Zian.

"Yakin? Lagi nggak bohong kan?" tanya Zean.

"Astaghfirullah Bang. Untuk apa juga aku bohong coba," jawab Zian.

"Jihan!!" panggil Zean.

Zian mendelikkan matanya saat sang kakak memanggil sahabatnya tersebut. Zian sendiri sudah tau apa maksud Kakaknya tersebut memanggil Jihan temannya.

Fyi, Zean memang terkenal sangat posesif dengan Zian. Dia akan bertanya pada sahabatnya Zian apabila dirinya merasa ada yang berbeda dengan Zian.

"Apa Bang?" tanya Jihan begitu sampai.

"Bener tadi Zian kepeleset di toilet sampe luka kayak gini?" tanya Zean.

Jihan menolehkan kepalanya ke arah Zian yang sedang memberikan kode pada dirinya.

"Oh iya Bang. Tadi Zian kepeleset di toilet terus kepalanya kebentur sama meja wastafel. Untung aja gue sama Chantika langsung nyamperin. Zian sempat pingsan malahan," jelas Jihan.

"Hah? Seriusan kamu pingsan Dek?" tanya Zean.

"Iya soalnya benturannya kuat banget. Sampe kepala aku pusing," jawab Zian.

"Tapi kamu nggak apa-apa kan? Cuma ini doang kan?" tanya Zean.

"Iya cuma ini doang Bang," jawab Zian.

"Makanya lain kali kalau jalan itu liat-liat Zian. Jangan lari-larian kayak gitu," ucap Zean.

"Soalnya udah nggak tahan jadi lari," ucap Zian menyengir.

"Kayak bocil aja," ucap Zean.

"Emang bocil Bang. Dia kalau di sekolah emang sering lari-lari," ucap Jihan.

"Heh mana ada," ucap Zian.

"Bang"

Mereka bertiga menoleh ke arah suara yang baru saja memanggil Zean dari arah belakang.

"Iya kenapa Bund?" tanya Zean.

"Temenin Bunda yuk?" ucap Rahma.

"Mau ke mana?" tanya Zean.

"Mau beli bahan-bahan. Ada yang udah habis. Bunda lagi banyak pesanan akhir-akhir ini," jawab Rahma.

"Ya udah bentar aku ambil kunci mobil dulu," ucap Zean lalu pergi meninggalkan mereka.

"Bund aku boleh ikut?" tanya Jihan.

"Boleh kalau kamu nggak repot," jawab Rahma.

"Zi nggak apa-apa kan gue ikut sama Bunda? Sekalian kan bisa bantuin Bunda juga," ucap Jihan.

ANGKASA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang