24. BENCI TAPI RINDU

508 7 0
                                    

Zian yang pada saat itu baru saja menutup pintu lokernya di kagetkan dengan kehadiran dari Salsha yang entah sejak kapan sudah ada di sana.

"Astaghfirullah," ucap Zian mengelus dadanya.

"Kenapa lo? Lagi ngeliat setan?" tanya Salsha.

"Iya lo setannya," jawab Zian.

"Jaga omongan lo," ucap Salsha menolak bahu Zian menggunakan jari telunjuknya.

"Eh kok main tangan? Gue nggak ada ngapa-ngapain padahal," ucap Zian.

"Kenapa? Nggak suka?" ucap Salsha.

"Mau di bilang nggak suka nanti di katain nyolot. Mau bilang suka tapi emang dasarnya nggak suka sih," ucap Zian.

"Lo tadi barengan sama Angkasa kan?" tanya Salsha.

"Nggak perlu gue jawab kayaknya lo udah tau deh apa jawabannya," ucap Zian.

"Udah berapa kali gue bilangin sama lo? Jauhin Angkasa," ucap Salsha.

"Lah?" Zian tertawa kecil mendengar ucapan Salsha. "Yang deketin dia juga siapa Mbak?" ucap Zian.

"Lo lah. Jadi siapa lagi? Ya kali gue," ucap Salsha.

"Buat apa juga gue deketin dia Kak. Nggak ada untungnya sama gue," ucap Zian.

"Terus tadi apa? Berangkat bareng dan di lapangan tadi. Ngapain lo meluk-meluk dia segala?" ucap Salsha.

"Gue? Meluk dia? Ogah gue meluk dia. Kalau bukan karna tali sepatu gue lepas juga gue nggak bakalan meluk temen songong lo itu," ucap Zian.

"Halah bullshit. Cewek-cewek modelan kayak lo aja. Alibi lo doang kan supaya bisa deket sama dia?" ucap Salsha.

"Gini ya teruntuk Mbak Salsha yang terhormat. Gue sama sekali nggak niat dan nggak berminat buat deket sama temen lo itu. Kalau mau lo ambil aja sekalian. Bungkus, karungin terus bawa pulang," ucap Zian.

"Terus lo berangkat tadi sama dia? Lo kan yang minta tumpangan sama dia?" tanya Salsha.

"Mohon maaf banget. Seandainya motor Abang gue nggak mogok juga gue nggak bakalan sama dia. Gue ketemu sama dia juga di jalan dan dia yang nawarin gue," jelas Zian.

"Sejarah yang gue tau Angkasa nggak pernah nawarin tumpangan sama orang kecuali sama temen-temennya," ucap Salsha.

"Iya kan soalnya yang sering minta tumpangan sama dia itu cuma lo. Iya kan?" ucap Zian.

"Emang kenapa? Angkasa juga temen gue. Wajar aja dong gue numpang sama dia," ucap Salsha.

"Iya wajar. Temen tapi lagaknya kayak yang udah kenal lama," ucap Zian.

"Dari pada lo? Caper sama temen-temennya Angkasa. Biar apa lo begitu?" ucap Salsha.

"Idih ogah banget gue caper. Ya kali ada yang ngajak ngobrol gue diemin. Sinting lo ya?" ucap Zian.

"Aksa, Azka, Surya sama Zico.  Semua lo deketin. Bentar lagi siapa? Langit? Angkasa?" ucap Salsha.

"Gue nggak pernah caper ke mereka. Lo bisa liat sendiri kan siapa yang sering nyapa gue duluan? Lo nggak mungkin nggak tau karna lo selalu nempel-nempel sama Angkasa," ucap Zian.

"Iyalah kan lo caper sama mereka. Mentang-mentang temen lo lagi deket sama temennya Angkasa juga," ucap Salsha.

"Kenapa? Lo takut? Takut kalau temen-temen Angkasa lebih akrab sama gue? Bukannya temen-temen dia emang akrab sama semua orang ya? Tapi kalau sama lo nggak akrab ya tanyakan aja langsung sama mereka," ucap Zian.

Salsha berdecih kesal mendengar ucapan Zian barusan. "Lo itu nggak pantes ada di circle mereka. Jadi sebaiknya lo mundur aja deh," ucap Salsha.

"Yang mau masuk circle mereka juga siapa? Maaf gue nggak minat," ucap Zian.

ANGKASA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang