Angkasa memutuskan untuk kembali bersekolah setelah 2 hari lamanya dia absen untuk menjaga Zian di rumah sakit.
Dan selama 2 hari itu juga Zian sama sekali belum menampakkan tanda-tanda dirinya akan siuman. Kondisinya masih sama. Semua dikarenakan luka yang dialaminya cukup parah.
Angkasa berjalan di lorong sekolah dengan menyandang tasnya di tangan kanan. Sudah menjadi hal wajar dirinya menjadi pusat perhatian.
Namun bukan itu yang menjadi masalahnya. Melainkan kondisi pria itu yang menjadi pusat perhatian mereka. Bahkan mereka merasa wajah serta kondisi badan pria itu terlihat lesu dan tidak bersemangat.
"Kak Angkasa kok keliatan beda banget ya hari ini? Padahal dia baru aja nggak sekolah 2 hari."
"Beda gimana maksud lo?"
"Coba deh lo perhatiin aja. Muka Kak Angkasa lesu banget tau nggak sih. Kayak nggak ada semangatnya sedikit pun."
"Iya juga sih. Tapi kan wajar aja kali. Cowok mana sih yang nggak bakalan down ngeliat pacarnya di rumah sakit? Apa lagi dia liat sendiri gimana kondisi Zian waktu itu."
"Kabar yang gue denger dari Chantika katanya sampe sekarang Zian belum juga sadar ya?"
"Astaghfirullah kasian banget Zian. Walaupun gue sempat patah hati dia pacaran sama Kak Angkasa tapi kalau ngeliat Kak Angkasa jadi kayak gini gue jadi kasian sama dia."
"Katanya lumayan parah sih tabrakannya."
"Syutt udah udah jangan dibahas lagi. Kasian Kak Angkasa nanti kalau sampe dia denger."
Angkasa menghentikan langkahnya saat ada satu tangan yang menahan langkahnya dari belakang.
Dia menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat orang tersebut. Matanya langsung menangkap seorang gadis yang sedang tersenyum tipis padanya.
Mungkin dulu Angkasa masih mau membalas senyumannya. Namun untuk sekarang rasanya melihat wajah gadis ini saja sudah membuat Angkasa muak. Tatapannya bahkan terlihat dingin menatap gadis tersebut.
Angkasa melirik tangannya yang masih saja dipegang oleh gadis tersebut. Menyadari akan tatapan tersebut gadis itu langsung melepaskan tangannya dari tangan Angkasa.
"Eh maaf gue nggak sengaja," ucap Salsha.
Dia menaikkan sebelah alisnya menatap gadis itu tanpa berniat mengatakan apa pun. Namun itu sudah cukup menjelaskan jika dia sedang menunggu apa yang akan dikatakan oleh gadis itu.
"Gue denger-denger katanya Zian kecelakaan ya?" tanya Salsha hati-hati.
Pria itu hanya berdeham singkat. "Lo udah denger kan?" ucap Angkasa.
"Gimana kondisinya sekarang?" tanya Salsha.
Angkasa menaikkan sebelah alisnya lagi menatap Salsha. "Apa perdulinya sama lo?" tanya Angkasa balik.
"Gue cuma mau nanya aja," jawab Salsha.
"Kalau pun lo tau apa itu penting buat lo?" tanya Angkasa dingin.
"Enggak juga sih tapi kan---"
"Tapi apa? Penasaran doang?" tanya Angkasa menebak.
Salsha terdiam mendengar ucapan Angkasa. Entah kenapa dia merasa saat ini Angkasa terasa sangat berbeda. Sangat dingin, cuek bahkan tak tersentuh. Dan semua itu semenjak kejadian di toilet beberapa waktu lalu.
Biasanya Salsha dan Angkasa akan berbicara ringan layaknya sepasang kekasih. Tapi entah kenapa untuk sekedar menatap mata Angkasa saat ini saja dia merasa takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA || END
Teen FictionAngkasa Putra Danadyaksa adalah satu nama yang wajib di hindari jika ingin hidup aman di SMA Antariksa. Murid laki-laki paling pembangkang serta keras kepala. Menyukai kebebasan dan tidak suka di atur-atur. Menjadi Ketua dari geng Arvegaz membuat d...