Tandai typo!
***
Ravin segera memeriksa kondisi adiknya yang sudah terbaring lemah di brankar. Wajahnya begitu pucat membuat Ravin merasa kasihan pada adiknya. Padahal baru terhitung sebulan sejak adiknya pindah sekolah eh sudah mendapat masalah, walau ia pernah dengar laporan dari Rehana bahwa adiknya itu membolos selama satu hari.
"Ivy gak apa-apa kan bang?" tanya Erlang panik disertai dengan nafas ngos-ngosan, ia baru saja dari kantin membeli makanan untuk Ivy ketika ia bangun nanti.
"Iya, paling demam karena terlambat makan, gak ada cedera parah," jawab Ravin mengelus rambut adiknya.
Di dalam UKS kini dipenuhi dengan Calypso minus Jesi dan Shelli, dua saudara Ivy, dan Erlang tentunya. Wajah para anggota Calypso terlihat murung memikirkan mereka akan berpisah sementara dengan Ivy selama tiga hari. Padahal Ivy kan mood booster mereka.
"Euugh," lenguhan keluar dari bibir merah delima Ivy membuat Ravin segera sigap. "Aduh aduh."
"Mana yang sakit?" Erlang bertanya khawatir.
"Kepala gue agak pusing," jawabnya lemah.
Ravin langsung menyodorkan sesendok bubur ayam ke depan mulutnya membuat Ivy langsung melahap. Perutnya masih terasa sakit membuat wajahnya terlihat pucat. Akhirnya, semangkuk bubur ayam pun tandas di perut Ivy.
"Ayo pulang," ajak Ravin menggendong tas sang adik di pundaknya.
"Lho, kok pulang sekarang bang?" Bella langsung menyela.
"Ya iyalah, kan dia udah di skors," balas Ravin terkekeh, ia tau sangat bahwa sahabat-sahabat adiknya ini tak rela melepaskanIvy. "Nanti juga ketemu tiga hari lagi."
"Yaah, sampai jumpa lagi ya, Vy," Sita memeluk erat tubuh Ivy.
Ivy lantas tertawa lalu menjawil hidung mancung gadis itu. "Yaelah, main ke rumah apa masalahnya sih?"
"Ya gitu deh, otaknya pada pindah ke dengkul kali," cibir Berlian yang sedari tadi jengah melihat rengekan Bella dan Sita.
Anne mendengus melihat tingkah manja keduanya lalu menatap Ravin. "Maaf bang, otak mereka rada-rada."
"Bang Erlang dari tadi diam mulu, gak rela ya?" goda Davin yang sedari tadi menutup mulut rapat tai ketika melihat Erlang menggenggam tangan kakaknya erat membuatnya tersenyum tipis. Sebucin itukah?
"Haha, udah tau mau nanya," balas Erlang.
Di parkiran, motor Ivy dikendarai oleh Davin sedangkan dirinya menumpang di motor sang abang. Kondisi tangannya tak memungkinkan untuk mengendarai motornya, ia akan dilarang keras membawa motor oleh kedua orang tuanya.
"Nanti main ke rumah aja," Ivy berujar lembut pada Erlang yang melepas kepergiannya.
"Iya, jaga kesehatan ya sweetie," Erlang melambaikan tangan dengan wajah tersenyum.
Ravin dan Davin dibuat tertegun dengan panggilan kesayangan Erlang pada saudari tercinta mereka.
15 menit berkendara akhirnya mereka sudah sampai di rumah. Ivy langsung di sambut dengan tatapa khawatir mama dan papanya belum lagi pertanyaan beruntun dari papanya. Biasanya ketika ia terluka maka papanya akan sangat cerewet sampai terlihat menyebalkan di mata Ivy sendiri.
"Ayo masuk istirahat," sang mama langsung memapah putrinya ke kamarnya.
Di ruang tamu tersisa pak Dean dan kedua putrinya, rahangnya mengeras ketika mendengar penuturan anak sulungnya tentang kejadian yang menimpa putri kesayangannya. Sejak kecil, putrinya tak pernah diperlakukan kasar oleh keluarga mereka kecuali ketika bersikap tegas tapi dengan beraninya orang luar seperti mereka mencari masalah dengan putrinya hanya karena cemburu.
"Sepertinya mereka butuh pelajaran yang setimpal karena mengganggu putri papa," pria yang sudah cukup berumur itu berujar dingin dengan sorot mata tajam.
"Kata Ivy gak usah diperbesar lagi pa," tukas Ravin sebelum papanya itu semakin emosi.
"Tapi-"
Davin menepuk pundak papanya dan berkata, "Ini masalah kak Ivy, pa. Kalo kak Ivy maunya gimana ikutin aja, pasti kalo dia gak tahan langsung dibantai aja."
"Hmm," dehem pak Dean lalu menyeruput tehnya. Matanya beralih menatap anak bungsunya mengingat anak satu ini berbuata masalah lagi di sekolahnya. "Kenapa temannya ditonjok?"
"Mereka bilang mama itu jelek terus kakak itu cewek gak bener," jawab Davin jujur, membuat emosi saja mengingat kembali kejadian di sekolah tadi.
"Sana pergi mandi terus istirahat!" suruh pak Dean pada keduanya putranya.
Tak membantah, mereka berdua langsung menuju ke kamar masing-masing. Sedangkan, ibu Sofia menghela napas pasrah ketika melihat putri kesayangannya sudah bergemul dengan selimutnya. Suhu gadis cantik itu naik karena terlambat makan dan pening di kepala masih terasa.
"Mau makan apa? biar mama siapin?" tangan wanita itu mengelus kepala sang anak.
Ivy menggeleng lemah. Ia ingin istirahat, badanya terasa dingin. Melihat itu, ibu Sofia langsung berbaring di samping putrinya lalu memeluk putrinya sambil satu tangannya menepuk punggung anak gadisnya agar ia bisa tertidur. Ketika sakit, Ivy akan lebih manja dan sangat rewel dan semua anggota keluarganya paham akan hal itu.
***
Vote and comment
![](https://img.wattpad.com/cover/329164157-288-k284852.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu milikku! (REVISI)
Novela JuvenilPERINGATAN! Sebagian alur cerita berubah!!! Menjadi incaran si cowok dingin di sekolah barunya, gadis itu harus siap menerima risiko dimusuhi oleh para siswi atau tingkah cowok itu yang sangat menggelikan. Bagaimana jadinya jika cewek yang tidak per...