Baikan

4.4K 162 0
                                    

Tandai typo!

***

"Lho Yvonne, gak ke kantin?" Ivy menoleh ke asal suara.

Ivy mengangguk pelan. "Masih kenyang, kak."

Gevran ber'oh ria lalu berjalan berdampingan dengan gadis cantik yang menyita perhatian sekolah itu. Sedangkan Ivy merasa canggung dengan keheningan ini memutuskan untuk mengobrol.

"Kakak dari mana? Ruang OSIS?" tanya Ivy.

"Iya, tadi abis rapat sama anggota inti. Oh ya, gue boleh nanya sesuatu?"

"Boleh."

Gevran berdehem sebentar lalu menatap gadis di sampingnya serius. "Lo sama Erlang pacaran?"

Ivy tersentak, sepertinya rumor seperti itu sudah tersebar luas apalagi rumor tersebut didukung dengan tingkah Erlang satu bulan belakangan ini.

"Gak," gak pacaran cuman mau nikah aja.

Diam-diam Ivy tersenyum tipis memikirkan perkataan di dalam hatinya barusan.

Mendengar itu membuat Gevran berpikir masih ada kesempatan untuk mengejar cinta Ivy. But, dia sudah terlambat karena Ivy sudah menetapkan satu nama di hatinya dan pemilik nama itu adalah Erlangga Dewa Erikson.

"Oh gitu ya," Ivy mengangguk.

Ivy tau maksud pertanyaan dari Gevran tadi. Dia buka tipe cewek lemot, sudah di bilang kan kalau insting Ivy itu seperti predator yang cepat menyadari keberadaan mangsanya.

Tinggal beberapa langkah lagi sampai di kelas XI MIPA-1. "Sore nanti ada acara gak?"

Ivy hendak menjawab namun ia mendengar suara lirih seseorang dan membuatnya ingin menoleh.

"Permisi ya...," leher gadis itu langsung dipeluk oleh seseorang di belakang, orang itu menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Ivy.

Ivy mengernyit bingung ketika dirasanya bahunya agak basah. Lagi?!

"Iya ada, emangnya kenapa?" Cuman berbasa-basi saja si Ivy.

Gevran mengenali siapa yang memeluk Ivy dan langsung menggeleng. "Gak apa-apa kok. Iseng nanya doang."

"Oh ok. Kalo gitu gue permisi ya kak ada urusan," pamit Ivy dan tanpa menunggu balasan ia langsung masuk ke kelas.

Gevran hanya bisa menatap nanar kepergian dua orang itu lalu berlalu. Di sisi lain, Ivy menghembus nafas kasar lalu melepas tangan orang itu dan menuntunnya untuk duduk di kursi. Ivy menatap aneh cowok di depannya lalu beralih ke kantong kresek yang tadi ia pegang.

"Maafin Erlang yaaa...," Erlang berucap lirih sambil menggenggam tangan Ivy erat. Tak lupa air matanya sudah turun membasahi pipi.

"Gak mau!" Ivy memalingkan wajahnya. Ingin berontak tapi cowok ini sudah menangis.

Erlang semakin terisak membuat Ivy gelagapan. "Cengeng banget sih, iya iya gue maafin awas ya kalo ngulangin. Apa apa tuh dicari tau dulu jangan asal ambil kesimpulan."

Erlang tersenyum dengan mata memerah, binar matanya yang semula redup kini bercahaya.

"Beneran? Ivy mau maafin Erlang, Erlang minta maaf ya. Erlang janji gak bakal gitu lagi, pikiran Erlang pendek banget sampe gak tau hal sepele kayak gitu."

Ivy mengelus rambut Erlang dengan sayang lalu meraba-raba tasnya mencari sesuatu. Setelah di dapat, ia mengusap semua wajah Erlang yang penuh jejak air mata menggunakan tisu itu.

"Jangan nangis lagi," ucap Ivy.

"Udah makan?" Tanya Erlang.

Ivy menggeleng. "Masih kenyang."

"Gue beliin roti sama air di makan dulu ayo jangan sampai sakit lagi," dengan lembut Erlang menyuapi roti ke mulut Ivy. Tentu saja ia terima karena rotinya roti cokelat kesukaannya.

"udwah mwakwan?" Ivy balik bertanya.

Erlang mengangguk pelan lalu lanjut menyuapi kembali gadisnya. Tak sadar jika saja di luar kelas sana teman-tdman kelas mereka dengan sinis menatap mereka.

Mereka sudah berdiri di sana sejak Erlang menyuapi Ivy dengan romantis. Untung saja mereka tak melihat Erlang si cowok dingin yang menangis.

"Akhirnya bisa bernapas," ucap Anne yang diangguki oleh lainnya.

"Mereka pacaran gak sih?" Tanya Angel.

"Gak tau, tanya sono," jawab Luna.

"Nanya doang, Lun. Hiih...," desis Angel.

Roxanne masuk lalu berdehem sebentar membuat Ivy yang masih makan hanya melirik lalu lanjut makan lagi.

"Nah, gini kan ademnya berasa," ucap Sakti yang terdengar seperti cibiran.

"Vy... Ivy sayang," panggil Bella manja membuat semua orang mendelik tak suka.

"Hm," dehem Ivy.

"Kenalin gue sama Gavril dungs," dengan tingkah imutnya, Bella bergelayut manja di lengan Ivy membuat Erlang menatapnya tak suka.

"Pacar adek gue, bego!" Umpat Surya tak terima. "Kenalin gue sama Eireen aja, bu negara!"

Mendengar kalimat terakhir Surya membuat Ivy emosi dan melemparinya buku di meja dan mengenai wajah Surya lantas semua orang tertawa.

"Berani lo deketin Eireen kesayangan gue, tubuh lo gue mutilasi!" Netra elangnya dilayangkan membuat Surya meneguk ludah kasar. "Buaya kek lo gak gue restuin sama adek gue, lo cocok sama Bella kan satu spesies."

***

Vote sama comment

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang