Gagal

4.1K 165 1
                                    

Tandai typo!

***

Erlang menarik rambutnya frustasi karena sedari tadi Ivy mengabaikan dirinya. Jika, ia mendekat maka Ivy seakan melupakan eksistensinya.

"Gue harus gimana nih?" Tanya Erlang pada Galaksi karena hanya Galaksi saja yang paling dewasa di antara mereka.

"Minta maaf, Lang," jawab Galaksi.

"Gimana mau minta maaf, ibu negara aja menghindar," timpal Sakti.

"Makanya Lang kalo gak punya pengalaman belajar sama ahlinya," Surya ikut menimpali.

"Pengalaman dalam berbuat dosa ya?" Erlang berdecih sinis.

Surya yang mendengar sindiran dari Erlang langsung beranjak dari tempatnya membuat sahabatnya tergelak. Berjalan mendekati Ivy yang masih asik dengan aktifitas membuat tugasnya.

"Ibu negara yang saya hormati, saya ingin bertanya?" Sapanya dengan sopan.

Ivy mendonggak dengan wajah meledek. "Mau nanya apaan? Cepet!"

"Kenal dia gak?" Surya kembali bertanya sembari menyodorkan foto di ponselnya.

Ivy melihat fotonya dengan seorang cowok berparas tampan di sana sedang merangkul bahunya dan dibelakang sana ada tiga sepupunya yaitu Eireen, Xylia, dan Vittoria.

"Kenal, dekat malah," jawaban dari Ivy membuat Surya bertingkah lebay dan Erlang yang mendengarnya juga panas di tempat.

Surya tiba-tiba memasang wajah serius membuat Ivy semakin heran saja. "Ngapa lo? Kesurupan?"

"Jangan dekat sama Gavril! Dia pacar adek gue. Lo sama bos Erlang yang bodohnya gak ketulungan aja sana," ujar Surya yang masih sempat-sempatnya mengejek tindakan Erlang beberapa hari lalu.

Ivy merotasikan matanya malas. "Gavril abang sepupu gue."

"Oh...," Surya menganggukan kepala sampai sedetik kemudian. "APA?!"

"WOY SURYA BATARA, mau gue putusin lidah lo?!" Bentak Ivy menampar pipi Surya.

"Wow!" Semua orang terkejut.

"Gara-gara lo buku gue kecoret, emang minta di sembelih ya?!" Ivy mencak-mencak tak terima ketika catatan biologi yang sudah ia tulis dengan sepenuh hati jadi tercoret.

"Hiih! Ampuun ibu negara! Kan refleks," Surya langsung mencari perlindungan.

Dengan netra elangnya membuat Surya takut sendiri apalagi tatapan nyalang bosnya juga membuatnya tak bisa berbuat apa-apa.

"Kalo gue refleks tindik otak lo pake linggis gak papa dong?" Ivy bertanya sengaja.

"Psikotes lo, Vy!" Cibir Sita.

"Psikotes? Kok bisa?" Luna terlihat berpikir, seperti ada yang aneh dengan ucapan Sita.

"Gini nih kalo punya kembaran gak ngotak! Psikopat Sitaaa," Sakti malah pusing sendiri.

"Sama aja!"

"Ya Allah kenapa saya bisa sekelas sama monyet ranggunan sih?" Ivy mengacak rambutnya.

Kriiing

Waktu istirahat telah tiba, Surya maupun Sita langsung kabur sebelum amarah Ivy meledak.

"Mau kemana?" Tanya Berlian.

"Toilet. Kalian ke kantin aja," jawab Ivy dan langsung berlalu.

"Ivy...," lirih Erlang yang masih stay di bangkunya.

***

"Congrats, cieee... rencanannya berhasil," ledek seorang gadis pada gadis lainnya.

Gadis lainnya itu menggeram kesal karena rencana yang ia susun tak berjalan sempurna walau masih bisa dibilang berhasil. Ia semakin kesal ketika tokoh utama dalam rencananya sangat santai tak terpancing.

"Maksud lo apa?!" Berpura-pura adalah keahliannya.

Sayangnya kepura-puraannya akan terbongkar dalam waktu dekat dan Ivy yakin itu.

"Haish... tolol banget sih?"

Gadis itu langsung mencengkram kerah Ivy dan melayangkan tatapan tajamnya. Ivy terkekeh pelan lalu menepis kaaar tangannya.

"Aduh kasihan ya, sebucin itukah sama Erlang? Gak dilirik sama sekali, ck," ejek Ivy.

Gadis itu tertawa jahat. "Jangan sombong dulu, bentar lagi Erlang bakal jadi punya gue dan lo bakal dihempas jauh-jauh."

"Iiih... ngeri mah kalo dihempas. But, Erlang bukan barang yang seenaknya lo klaim."

Seseorang yang bersandar di samping dinding toilet menyeringai mendengar pertengkaran di dalam sana.

"Hmm, bukan barang ya sayang? Pesona lo makin dalam aja," orang itu langsung berlalu sebelum ia ketahuan. Jujur saja, ia takut dengan insting Ivy, instingnya sangat kuat seperti predator.

Dan benar saja, Ivy melirik sebentar samping toilet lalu pergi dari sana.

'Siapa yang nguping? Udah dua kali.'

Ivy memutuskan untuk tidak ke kantin karena malas bertemu dengan Erlang. Ia lebih memilih ke kelas untuk menyelesaikan tugasnya yang tertunda karena sabun Surya tadi.

***

Vote dan comment

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang