Jenguk

4.4K 170 0
                                    

Tandai typo!

***

"Lho bos gak ngumpul?" tanya Axel.

Erlang menggeleng dan langsung menaiki motornya, "Gue pamit!" tanpa menunggu balasan, cowok berparas tampan itu langsung pergi begitu saja.

"Bos pergi kemana?" tanya Sakti.

"Kayaknya ke rumah ibu negara, dengar dari si Anne katanya ibu negara lagi demam," jawab Galaksi.

"Pantasan! tambah dingin njirr," sahut Surya yang takut karena semenjak tadi pagi, Erlang terlihat lebih sensitif dari pada biasanya.

Beralih pada Erlang yang sudah memarkirkan motornya di depan toko kue. Ia berniat membeli kue untuk pujaan hatinya yang sedang terbaring sakit. Matanya menelusuri berbagai macam kue di etalase toko dan pilihannya jatuh pada kue cokelat yang berukuran sedang.

"Tolong bungkus yang ini!" pinta Erlang.

"Baik, sebentar ya mas."

Setelah menyelesaikan urusannya di toko kue itu, Erlang langsung menuju ke kediaman keluarga Khaliq. Dalam waktu 15 menit akhirnya ia sampai. Kedatangan Erlang di sambut hangat oleh calon ibu mertuanya.

"Kamu ke atas aja, dia lagi tidur dijagain sama Davin," suruh ibu Sofia.

"Kalo gitu Erlang permisi ya tante," pamitnya sopan.

Erlang menaiki tangga menuju ke kamar gadisnya. Baru pertama kali ia masuk ke dalam kamar seorang gadis selain keluarganya, kamar dengan nuansa damai dan tenang ini begitu bersih dan tatapannya terkunci pada sesosok gadis yang berusaha menyuapkan bubur ke mulutnya sendiri walaupun ia tak ingin.

"Eh ada bang Erlang," suara Davin membuat Ivy menoleh ke pintu kamarnya.

"Udah pulang sekolah ya?" tanya Ivy.

"Iya, gue bawain kue cokelat nih," Erlang menunjukan kue yang sedari tadi ia bawa.

Mata Ivy langsung berbinar, ia hendak meletak semangkuk bubur namun, dihentikan oleh suara Erlang yang seperti perintah.

"Dihabisin dulu baru makan kuenya!"

Ivy tak membantah dan langsung menghabiskan buburnya walau terpaksa, demi kue cokelat ia akan berkorban. Davin yang sedari tadi menegur kakaknya untuk cepat makan malah dibuat terdiam, memang calon abang ipar idaman sih.

"Bang," panggil Davin.

"Iya, kenapa?" Erlang melihat sebentar Davin lalu kembali memerhatikan gadisnya.

"Abang jagain kakak dulu ya, Davin mau ke kamar ngerjain tugas," jawab Davin.

"Kenapa tadi gak bilang ke kakak aja?" tanya Ivy ketika mendengar jawaban adiknya.

"Ntar kalo aku pergi, kakak gak bisa minta bantu. Udah ah aku pergi ya, awas kalo abang apa-apain kakak kesayangan aku," sebelum meninggalkan kamar Ivy, sang adik masih sempatnya mengancam calon suami kakaknya.

"Berani apa-apain kakak paling kepalanya dijedotin ke dinding, sakit gini tapi masih kuat buat anak orang masuk rumah sakit," gumam gadis itu membuat Erlang tersenyum tipis.

"Nanti kalo udah halal aja diapa-apainnya," monolog Erlang sebelum berjalan mendekati sang gadis.

Akhirnya, Ivy bisa menikmati kue cokelat pemberian Erlang. Tentu saja Erlang mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan menyuapi Ivy, itung-itung belajar jadi calon suami yang baik dengan mengurus calon istri yang sedang sakit.

"Anak-anak zaman sekarang emang modusnya mulus kek pantat panci yag baru dibeli," gumam ibu Sofia yang sedari tadi melihat Erlang menyuapi Ivy. Niatnya ingin melihat keadaan si anak eh disuguhkan sama keromantisan dua sejoli itu membuatnya mundur.

***

Seorang gadis mengerjab pelan lalu menatap ke langit kamarnya, rupanya waktu sudah malam. Mungkin sudah sekitar empat jam ia tertidur dan rasanya tubuhnya sudah membaik. Berjalan gontai ke kamar mandi dan membasuh wajah sebentar, gadis itu mengganti bajunya lalu turun ke bawah di mana keluarganya sedang berkumpul.

"Lho, udah mendingan sayang?" sambut ibu Sofia pada putrinya.

"Udah mendingan, ma. Pengennya mandi sih tapi kalo demamnya naik lagi, malas ah," jawab Ivy lalu langsung duduk di samping abangnya yang sedang bermain ponsel.

Tangan Ravin bergerak mengecek suhu tubuh adiknya dan selanjutnya mengacak-acak surai hitam adiknya. Jika, sedang sakit wajah adiknya yang ceria terlihat murung bahkan rumah akan sangat sepi karena satu-satunya si cerewet terbaring sakit.

"Kakak jangan sakit lagi deh, nanti rumah kek kuburan," komentar Davin sambil bersandar di bahu sang kakak.

"Sakitnya datang gak bilang-bilang, dek," Ivy terkekeh lalu merangkul bahu adik bungsunya.

"Nanti gak boleh telat makan lagi ya, papa gak suka kalo kamu sakit," timpal pak Dean.

"Siap komandan!" Ivy memberi hormat sambil menampilkan deretan gigi putihnya.

***

Vote sama comment



Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang