Berani ya?

3.9K 140 0
                                    

Tandai typo!

***

"Assalamualaikum!" Seorang gadis cantik menyembulkan kepalanya membuat ia terlihat menggemaskan.

"Walaikumussalam, ayo gih masuk," suruh tante Raya, mamanya Anne.

"Pagi," sapa Ivy duduk di samping Sita.

Anne mengalami peningkatan besar pada tubuhnya. Tubuhnya terlihat berisi dan auranya semakin cantik saja, sejauh pengamatan Ivy.

"Gimana keadaannya, Anne?" Tanya Ivy.

"Alhamdulillah, baik-baik aja. Apa tuh?"

Ivy menyerahkan bungkusan berupa kue yang ia buat bersama mamanya tadi. Kue yang diperuntukan untuk bumil kesayangannya. Sejak tadi pagi, ia bangun lebih awal agar bisa membuatkan sahabatnya kue.

"Buat gue?" dengan tidak tau malunya, Bella bertanya.

"Buat sendiri kampret! enak aja main pegang-pegang," semua orang tertawa, Anne yang biasanya tenang langsung menepis kasar tangan Bella ketika gadis itu hendak mencomot kuenya.

"Setelah UAS sekolah mau adain eskul?" tanya Anne. Kini mereka sudah pindah ke ruang keluarga. Berbincang sambil menikmati cemilan yang disediakan oleh pembantu di rumah Roxanne.

Sita yang menjadi anggota OSIS menggeleng pelan, "Gak eskul, kemarin rapat OSIS saran kak Gevran sih camping selama empat hari tapi masih minta persetujuan ibu kepsek dulu."

Mereka semua mengangguk terkecuali Ivy yang asik melamun ditengah pembicaraan, bayang-bayang kejadian bagai kutukan itu berputar di kepalanya bagai keset rusak. Ingatannya kembali berputar pada kejadian kemarin di sekolah.

Flashback

Ivy bersenandung ria sambil membawa beberapa buku yang ia pinjam dari perpustakaan. UAS sudah berlalu sejak dua hari kemarin makanya ia bisa bernapas lega. Kemana Erlang yang biasa menempel pada gadisnya? cowok satu itu sedang bermain game bersama para sahabatnya. 

"Kak," Ivy menoleh.

Seorang gadis berkacamata dengan senyum manisnya menyapa Ivy. "Boleh minta bantu ambil sapu ke gudang?"

Ivy menautkan alis bingung, kenal saja tidak masa dimintai seperti ini walau ia baik hati tapi tidak segampang itu ia mau disuruh-suruh oleh orang asing.

"Ngapain? gue gak bisa, sibuk," memilih mengabaikan, Ivy tetap berjalan.

Gadis itu mencegat Ivy, dengan wajah memelas ia memohon pada kakak kelasnya itu. "Pliss kak, di suruh sama pak Bondan gua gak bisa soalnya gue tembus...."

Gadis dengan tinggi semampai itu menelisik ke rok adik kelasnya dan ya, rok abu-abunya terdapat bercak darah. Menghela napas akhirnya Ivy mengiyakan saja, kasihan juga jikalau ada yang melihat keadaan gadis itu, setelah bertanya di antarkan kemana gadis itu langsung memutar arah dan pergi ke gudang.

Ivy membuka pintu gudang pelan, bibirnya mengulas sebuah senyuman karena gudang yang pernah ia bersama yang lain bersihkan masih sangat rapi dan bersih. Bergerak mengambil sapu di pojok ruangan. Tiba-tiba lampu di gudang di matikan dan Ivy merasakan ada yang menyentuh bahunya lalu mengelusnya pelan. Sungguh, Ivy takut kejadian di saat kelas 10 terulang lagi.

"Sayang... siapa yang nyuruh lo jauhin gue, Yvonne. Hahaha, ternyata lo udah tau kalo gue cinta sama lo, lo selalu menarik di mata gue," dengan suara seraknya, ia membuat bulu kuduk Ivy berdiri.

Ia benci situasi ini, Ivy ingin menangis dan mengutuk kecantikannya saja! mengapa ia harus cantik jika cantik bisa menjadi luka baginya, kecantikannya sudah terlalu dalam menorehkan luka di ingatannya.

Ivy langsung membanting kepalanya ke belakang dan tepat mengenai hidung cowok mesum itu yang sudah terhuyung ke belakang. Dengan sorot mata tajam menusuk, Ivy kenal betul siapa orang ini.

"Gue tandain muka lo dan tunggu tanggal mainnya," dengan kasarnya Ivy menjambak rambut cowok itu lalu menghempasnya ke lantai dengan kuat membuat cowok itu meringis.

Ivy menimpuknya dengan sapu lidi lalu beranjak pergi, tak mau berlama-lama dengan dia. Hanya satu orang yang boleh menyentuhnya dan itu hanya boleh Erlang dan jika sudah sah.

"Ivy!!" panggil Shelli menggoyangkan lengan gadis yang ia panggil.

"Hah? eh kenapa?" Ivy tertarik kembali ke kenyataan setelah lama melamun.

"Kenapa sih? Hari ini kayak beda deh," tebakan Bella tepat sekali.

Beberapa hal yang orang lain tak ketahui tentang Ivy adalah dia licik dan manipulatif. Pandai menyembunyikan perasaan aslinya, sampai sekarang belum ada yang bisa menebak yang mana sebenarnya kepribadian Ivy.

"Gue beda karena ada yang berani main sama gue," ucapan Ivy berhasil membuat beberapa di antara mereka tersentak kaget.

***

Vote sama comment

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang