Ramai

3.9K 147 4
                                    

Tandai typo!

***

Ivy duduk menatap langit yang begitu cerah membuat hatinya yang sedari tadi emosi karena kelakuan saudaranya kini merasa tenang. Di sampingnya Erlang yang mengamati wajah gadisnya dari samping.

"Ivy, gak lupa besok kan?" Suara lembut itu menyapa telinga Ivy yang sedang melamun.

Rehana mengambil tempat di samping Ivy, gadis yang ia kagumi karena kecantikan. Bukan berarti ia putar haluan hanya saja pesona Ivy terlalu kuat ditambah tutur katanya yang lembut hanya pada guru atau orang yang lebih tua maupun yang sopan padanya pula.

"Iya, deg-degan bu," balasnya menampilkan deretan giginya.

"Pfft, deg-degannya besok aja. Kan lagi asik nih," tutur Rehana.

"Tapi kalo aku mau sekarang gimana dong, bu?"

"Dih! Entar malam harus belajar biar besok bisa tau soalnya," nasehat Rehana.

Pasalnya besok olimpiade akan dilakukan di SMA Pancasila. Pusatnya di sana, hal itulah yang juga membuat Erlang was-was karena ia tau di sana ada musuhnya dan juga orang yang menyukai gadisnya juga. Apalagi Ivy yang suka melihat cogan membuat Erlang tak tau harus apa, ingin melarang namun hubungan mereka belum resmi hanya sebatas dijodohkan.

"Kalo aku gak dapat juara ibu kecewa?"

"Gak lah, ibu gak berharap apa-apa. Yang penting kamu serius aja udah cukup."

"Yaudah demi calon kakak ipar aku bakal berusaha!" Ivy berteriak keras membuat mereka berjengkit kaget.

"Heh kak Ivy reog! Diam napa?!" Bentak Enza kesal.

Ivy mendelik sinis. "Bocil tau apa?"

"Paman liat tu," adu Enza pada pak Dean.

"Ivy, Enza masih kecil," tegur pak Dean lalu kemudian tertawa ketika putrinya itu mendengus.

"Papa," panggil Davin.

"Iya," sahut pak Dean.

Menatap sebentar kakaknya lalu tersenyum tengil. "Papa tau, pas masih SMP kakak pernah manjat pagar sekolah padahal gerbangnya terbuka sempurna."

Mata Ivy melotot sempurna mendengar penuturan adiknya yang memicu tatapan nyalang papa dan abangnya.

"Mana pake rok lagi, padahal kan guru bisa aja nangkap dia udah gitu manjatnya kek orang udah berpengalaman," tambah Davin.

"Yvonne," panggilan sang papa membuat Ivy dengan ragu mendekat.

"Cuman satu kali aja kok pa, beneran soalnya dikejar anjing." Ivy yang mulanya mendekat langsung beringsut menjauh ketika melihat wajah papanya menahan tawa.

'Huh suka banget jailin aku sih pa,' batinnya kesal.

"Huuu~ bohong pa," tukas Davin.

"Yvonne," kali ini Ravin berdiri di depan adiknya.

"Tanya aja kak Vanya, kak Vanya saksinya," langsung berlari bersembunyi di belakang Vanya dan Sindy.

"Cewek kok manjat," cibir Enza. "Berantem dong!"

Semua orang terperangah dengan ucapan selanjutnya dari bocah perempuan satu itu. Apalagi Axel dan Galaksi yang gemas langsung mencubit pipinya membuatnya mengadu.

Mendengar hal itu, Ivy langsung berdiri dengan gagah lalu mengibaskan rambutnya ke belakang. "Udah mah itu, tiga korban sekaligus."

Ibu Sofia melempari anaknya itu dengan sandal dan mengenai bahu si gadis.

"Tuh kan pa, udah mama bilang jangan ajarin anak cewek bela diri malah jadi kek cowok," dumel beliau pada sang suami.

"Biar tahan banting ma," malah mengelak ini bapak-bapak.

"Iya tahan banting tapi korbannya gak tahan banting, udah 9 orang masuk rumah sakit gara-gara dia tahan banting," masih mengomel suaminya.

"Ivy bener pernah buat anak orang masuk rumah sakit?!" Tanya Lionel, sahabat Ravin.

"Iya, baru-baru ini ada 3 orang yang masuk ke rumah sakit," jaaab Ravin acuh, ia turut berbangga.

Teman-teman Ravin maupun Davin yang mulanya terpesona pada Ivy kini merasa ngeri. Cewek secantik Ivy bisa memasukan anak orang kek rumah sakit apalagi dibanggakan oleh keluarganya. Sudah pasti, Ivy bukan gadis biasa yang biaa didekati begitu saja.

"Pasti abang penasaran kan?" Tanya Anne pada abangnya, Jupiter.

"Iya, abang kira dia gak bisa bela diri," timpal Jupiter.

"Abang kalah sama Ivy, hebat banget sampe anak orang aja dia cekek," Sita ikut nimbrung sambil membanggakan temannya.

"Dia sat set sat set doang lho," Bella dan Berlian berujar semangat.

Teman-teman Davin maupun Ravin meneguk ludah kasar memdengar cerita Calypso yang pernah menyaksikan bagaimana Ivy berkelahi dengan beberapa preman beberapa hari lalu.

***

Sore hari telah datang dengan langit yang mulai memerah. Angin sore mulai berembus menerpa kulit yang terbalut pakaian.

"Lain kali main lagi ya," ujar ibu Sofia melepas kepergia orang-orang itu.

"Iya tante!" Mereka berujar kompak.

Deru motor maupun mobil terdengar bersahut-sahutan. Sebelum pergi Erlang melayangkan ciuman jarak jauhnya yang membuat Ivy merona apalagi diledek oleh keluarganya.

***

Vote sama comment

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang