R & D

4.2K 171 2
                                    

Tandai typo!

***

"Mampus!"

Ravin yang sibuk bekerja dikejutkan dengan panggilan dari guru dari si bungsu, Davin. Davin berkelahi dengan teman sekelasnya karena temannya itu menghina ibu dan kakaknya mau tak mau Davin langsung meninju wajahnya sampai berdarah. Ingin hati beristirahat, malah ia ditelepon oleh guru adik keduanya, Ivy. Adik cerewetnya itu dikatakan membully temannya di kamar mandi.

"Jalan sambil jelasin!" tuntut Ravin memijat pelipisnya.

"Ok." Ivy langsung berjalan dengan santai di belakang abangnya di sampingnya sang adik menatapnya khawatir ketika melihat wajah cantik kakaknya yang selalu ia banggakan di depan teman-temannya tergores.

"Kakak masih cantik kok," ujar Davin menggandeng tangan kakaknya.

Tangan Ivy yang lain bergerak mengelus surai hitam sang adik sambil tersenyum manis. "Jadi, tadi Ivy di kamar mandi setelah upacara kan bang. Tiba-tiba tiga cewek masuk terus yang satunya jedotin kepala Ivy ke kaca dua kali sampe kacanya retak, gak mungkin kan Ivy diam aja. Ivy langsung balas eh pas di terakhir yang jedotin kepala Ivy ke kaca malah ngeluarin pisau. Ya Ivy babat habis aja tuh di kamar mandi."

Langkah Ravin terhenti dan berbalik menatap wajah adiknya, tangannya mengepal kuat sampai urat-urat terlihat jelas di tangannya. Lain lagi dengan Erlang yang sedari tadi mengikuti mereka, kilatan amarah terlihat jelas di wajahnya.

Brak

Ravin langsung menendang pintu ruang BK membuat penghuninya terkejut bukan main, salah satu guru BK bernama ibu Zoya langsung menatap tajam mantan siswanya yang sering berurusan dengannya itu. Mata Ravin langsung memindai satu persatu gadis yang berani menuduh adiknya. Ia hafal betul sifat adiknya yang tak akan bertindak jika tak diganggu.

"Coba ceritakan bagaimana kronologisnya!" suruh ibu Zoya pada Nasha dan teman-temannya.

Nasha, Tara, dan Lira mulai menceritakan semuanya dengan tampang wajah sedih yang dibuat-buat dan tentu saja mereka melemparkan semua kesalahan pada Ivy. Ivy tenang-tenang saja. Suasana di ruang itu langsung senyap, apalagi diperkeruh dengan tatapan tiga bersaudara itu begitu tajam.

"Hmm, jadi bagaimana bu? apa hukuman untuk adik saya jika dia benar-benar melakukan pembullyan?" tanya Ravin menekankan setiap katanya di kalimat bagian akhir.

"Apa maksud anda? anak saya hampir mati dicekik oleh adik anda?!" bentak ayah Lira tak terima.

"Tidak hanya itu, tangan Nasha juga dipatahkan oleh adik anda yang kurang ajar!" kali ini ibunya Nasha menimpali.

Ibu Zoya menghela napas kasar. "Yvonne kamu di skors selama tiga hari karena melakukan kekerasan kepada teman."

"Baik bu, saya terima," Ivy langsung menjawab. Ia sepertinya juga butuh istirahat setelah kepalanya dibenturkan ke kaca. "Kacanya gak usah diganti kan bu? soalnya retak, kepala saya dibenturkan ke kaca dua kali."

Nasha dkk. langsung gelagapan kala mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Ivy. Ibu Zoya mengangguk lalu menatap iba gadis satu itu, jujur saja ia sangat tertarik pada Ivy. Ivy sangat sopan, ketika bertemu ia selalu menyapa dan tersenyum apalagi tutur katanya pada para guru sangat lembut.

"Dan kalian bertiga di skors selama dua minggu dan denda karena sudah merusak fasilitas sekolah!" lanjut bu Zoya.

"Lho! kok kita bu?" Lira membantah.

"Kenapa? asal kalian tau, Chloris Ananta tadi merekam video pembullyan kalian dan ia langsung mengirimnya ke saya!" nada wanita itu langsung meninggi.

Dan ya, Chloris Ananta adik dari Gevran tadi menjadi saksi peristiwa di toilet. Ia bersembunyi di balik bilik toilet sambil merekam tanpa berniat membantu, ingin sih tapi ia yang cacat hanya akan menyusahkan kakak kelas yang ia kagumi itu, Ivy tentunya.

"Tap-" para orang tua ingin menyela namun...

Tubuh Ivy limbung ke depan membuat Ravin dengan sigap menahan tubuh adiknya begitu pula Davin yang terkejut. Di lirik bibir sang kakak yang pucat dan tadi sempat ia mendapati tangan kakaknya yang tremor. Teringat sesuatu.

"Astagfirullah, bang kayaknya maghnya kambuh," seru Davin.

Ravin langsung menggendong adiknya yang sudah pingsan. "Jika terjadi sesuatu pada adik saya, kalian tau akibatnya!"

Para pelaku dan orang tua mereka langsung merinding, Ravindra mungkin hanyalah seorang dokter namun koneksinya membuat siapapun tak berani mencari masalah dengannya. Ia juga merupakan seorang atlet yang bringas. Papanya adalah teman dekat tuan besar Erikson, ia juga bersahabat dekat dengan Kaishan, siapa yang tidak tau? 

"Silahkan tinggalkan ruangan ini!" usir bu Zoya.

***

Vote and comment

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang