73

3.2K 105 0
                                    

Tandai typo!

***

Sore mulai menyapa menemani dua manusia berbeda genre itu walau mereka masih dikuasai keheningan.

Orang-orang berlalu-lalang sambil bercengkerama mengabaikan dua manusia tadi.

"Aku suka sama kamu...," cowok yang berucap duluan sambil mengelus tangan gadis itu.

Gadis berusia sepuluh tahun itu menggaruk tengkuknya. Ia beralih menatap ke tempat lain dibanding menatap cowok di sampingnya.

"Emm... maaf... gue gak mau pacaran. Kita temenan aja ya," walau ragu gadis kecil itu berusaha mengatakan apa yang dirasakannya.

Raut wajah yang tadinya ramah kini berubah dengan begitu cepat. Cowok itu berdiri dan menyeret tangan gadis kecil itu membawa ke tempat yang lebih sepi.

Gadis itu waspada dan akan mengambil tindakan jika cowok di depannya kelewatan.

"Apa aku kurang ganteng?" Nada lembut berubah menjadi nada marah.

Gadis itu menggeleng kuat. "Kamu gak jelek kok."

Cowok itu mendorong tubuh gadis kecil tersebut ke pohon dan menguncj pergerakan gadis itu. Tangannya bergerak lincah di paha mulus gadis di depannya.

Mata gadis itu membola sempurna melihat perubahan esktrem cowok itu. Ia takut sekarang? Ia sudah tak tau melakukan apa saat ini.

Tangan cowok itu semakin bergerak ke atas. Rok selutut gadis didepannya ia singkap sedikit, pikiran cowok yang berusia sepuluh tahun itu juga sudah tercemari dengan dampak negatif dari penggunaan handphone.

Mata cowok itu begitu bergairah melihat paha gadis itu.

Gadis itu menangis tanpa suara karena mulutnya disumpal menggunakan sapu tangan yang entah di dapat dari mana.

"Ini salah kamu yang nolak aku, aku udah bicarain baik-baik," dia berbisik pelan.

Brugh

Satu tendangan berhasil membuat cowok itu merintih kesakitan. Mata gadis penuh air mata itu menajam dan mulai membabat habis lawannya.

Iya, dia menginjak pinggang cowok itu beralih meninju kedua pipi sampai lebam. Tak hanya di situ gadis itu meludahi tubuh cowok itu kemudian merapikan penampilannya dan berlari pulang.

"Lho,  princess papa abis dari mana?" Si ayah tanpa tau apa yang baru saja menimpa princessnya bertanya dengan lembut.

Si ayah hendak memeluk tubuh putrinya, namun dalam sekejap gadis itu mundur beberapa langkah dengan tubuh bergetar hebat, air mata kembali membasahi pipi.

"Kenapa princess?! Papa ada buat salah?" Ayahnya panik dan hendak mendekat.

"Ja jangan dekat...," air mata semakin meluruh.

Adik dari gadis itu menatap bingung sang kakak yang menangis hanya karena hendak dipeluk ayah mereka. Ia mendekat menggenggam tangan kakaknya.

Gadis itu menyentak kasar tangan adiknya. Tanpa menunggu perkataan selanjutnya, ia berlari dengan tangisan menusju ke kamarnya di lantai atas.

Dean menggendong Davin kecil yang cemebrut karena tangannya ditepis dengan kasar oleh kakaknya.

"Kakamalah ya cama adek?"

Dean tersadar dari lamunannya dan menggeleng.

'Ada apa dengan putriku?' Batin Dean bertanya-tanya.

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang