58

3.3K 157 0
                                    

Tandai typo!

***

"Hiks... hiks... maaf...."

Callis Leonora Maharani merotasikan matanya malas melihat adegan di depannya. Di mana seorang gadis bersurai panjang nan hitam berjongkok dengan deraian air mata menghiasi pipi putihnya.

"Gak mau! kesel gue!" Callis memalingkan wajahnya.

'Malah gemesin nih bocah,' Callis membatin.

Selain kepribadiannya yang tangguh dan tak kenal takut ada salah satu sifat yang paling melekat dengan seorang Yvonne Ludovica. Cengeng, ya dari sekian banyaknya cucu tuan Adinata Von Khaliq yang merupakan ayah dari Dean Anggara Khaliq, hanya Ivy seorang yang paling cengeng.

"Huwaa... maafin Ivy, kan yang hiks... ngajak itu Callis bukan Ivy," suaranya tersendat-sendat dengan mata berair.

"Y-ya iya juga sih," Callis malah dibuat bungkam.

Bella, Sita, dan Berlian saling bertatapan sambil menahan tawa melihat si bungsu kesayangan sedang menangis.

Jangan tanya Erlang dan sahabat-sahabatnya. Mereka bahkan bingung dengan sosok cantik seperti Ivy yang sangat gampang menangis padahal baru sedikit dibentak dan diomeli oleh Callis. Tak lupa Laskar terselip di antara mereka sambil menikmati tangisan Ivy yang menghibur hatinya.

Erlang menepuk bahu Callis pelan, "Udahlah. Mau sampai kapan teteh ngomelin Ivy?"

Callis dan Erlang ini adalah saudara sepupu dari pihak ibu, ibunya Erlang dan ayahnya Callis itu adalah saudara kandung.

"Erlang...," panggil Ivy yang masih dengan tangisannya.

"Cup cup cup, sini...," Erlang terkekeh dan membawa Ivy ke pelukannya membuat beberapa yag sedari tadi menonton pertengkaran mereka mendesah dan memutar bola mata malas.

Heran saja mereka dengan seorang Erlangga Dewa Erikson. Padahal sebelum Ivy pindah ke sini, ia bagai patung yang diberi nyawa. Tak tersentuh sedikit pun, akan tetapi semua itu berubah ketika kedatangan Ivy membawa perubahan besar baginya, keajaiban yang jarang sekali di temukan.

"Di maafin gak nih?" masih dalam keadaan menangis, gadis itu bertanya pada Callis.

Callis menghela napas, "Ya mau gimana lagi. Anak ayam udah nangis, gak papa deh ompong satu yang penting banyak yang masih suka sama gue."

***

"Mau mandi atau mau makan dulu?" tanya Ivy pada Erlang. Saat ini ia sudah mengganti baju tanpa mandi.

Ivy itu mandi saat pagi atau sore saja, dua kali sehari itu sudah membuat ia bersih dan cantik. Bahkan, jika ia tidak mandi sekalipun, Erlang akan terus memuji dirinya cantik. Saking cintanya Erlang pada istri mudanya.

"Gak capek?" bukannya menjawab, cowok itu malah memeluk mesra istrinya dan meletakan kepalanya di ceruk leher sang istri.

"Sedikit. Tapi, gak bisa ngalahin perut yang lapar," jawab Ivy disambut gelak tawa oleh Erlang.

"Kalo gitu, aku mandi dulu ya," pamit Erlang.

Menyiapkan baju suaminya, Ivy kemudian turun ke dapur dan menyiapkan makan siang untuk dirinya dan suaminya. Gadis cantik itu mulai berkutat dengan alat dapur, menu siang ini sederhana hanya sayur kangkung dan telur dadar. Lagi pula Erlang tak pilih-pilih makanan, kata cowok itu mau apapun yang di sediakan oleh Ivy sekalipun itu racun Erlang akan memakannya.

Ivy berkacak pinggang sambil menatap makanan yang sudah tersaji di atas meja. Bibir ranumnya menyunggingkan senyum manis sembari menanti Erlang untuk mendekat padanya. 

Dengan balutan kaos biru polos dan celana kain pendek membuat Erlang semakin tampan saja. Lain halnya dengan Erlang yang baru menyadari bahwa istri mudanya itu memakai daster selutut dengan warna pink sangat cocok dengan kulit putih Ivy. 

Beberapa menit kemudian, makan siang yang damai antara keduanya telah usai. Ivy dibantu oleh Erlang membersihkan alat makan dan minum bekas makan keduanya. Barulah mereka naik ke kamar.

Ivy langsung menjatuhkan tubuhnya ke kasur dan tanpa butuh waktu lama ia sudah terlelap. 

Erlang ikut berbaring di samping gadis itu dan membawanya ke pelukan Erlang. Erlang menghirup dalam-dalam aroma manis yang berasal dari rambut sang istri, ia mengelus rambut itu sayang dan sesekali menghujami kecupan ringan di pipi chubby Ivy membuat sang empu menggeliat.

"Jangan ganggu ih," gumam Ivy mencari tempat yang nyaman dan meletakan kepalanya di lengan Erlang yang sengaja cowok itu sodorkan.

Erlang belum juga merasa ngantuk. Matanya menangkap ponsel Ivy yang ditaruh sembarangan di samping bantal. Mengambilnya, dengan sidik jari Ivy akhirnya ia bisa membuka ponsel gadis itu.

Menggeser-geser layar, whatsapp, instagram, dan semua akun media sosial gadis itu Erlang lihat semua. Tak ada yang berarti, jarinya berhenti di galeri. Ketika ia membukanya tak ada foto selain foto pelajaran, foto pemandangan, dan fotonya bersama sahabat-sahabatnya. Sedangkan foto Ivy sendiri bisa dihitung dengan jari.

Erlang menautkan alis bingung saat ia menemukan folder bertuliskan 'Him'. Merasa penasaran sekaligus kesal jika saja him yang dimaksud adalah orang lain dan bukan dirinya, mungkin Erlang akan mogok bicara.

Mulutnya menganga saat melihat folder itu berisi banyak sekali foto dirinnya, mulai dari foto saat tidur, belajar, dan yang paling membuat Erlang terkejut adalah foto dirinya saat ia sedang memamerkan sixpacknya ada pula saat ia bergaya di depan cermin sambil memamerkan perut sixpacknya.

"Sejak kapan ini? mana jumlahnya 367 foto pula, ini pengagum rahasia apa bagimane, sweetie?"

Erlang tak habis pikir, namun sebenarnya ia merasa senang karena tak ada foto cowok lain di galeri istrinya terkecuali keluarganya.

Ting!

Sebuah pesan masuk saat Erlang masih sibuk menjelajahi ponsel Ivy. 

'Laskar durjana' tertera jelas di layar ponsel dengan walpaper langit malam penuh bintang itu. Lagi-lagi wajah tampannya berkerut tak suka.

Laskar durjana:
Woy, lo beneran pacaran sama ketua Andromeda? anjirr
Dia itu kejam tau, hati-hati lo pacaran sama dia

Me:
Trs?

Laskar durjana:
Sopankah balasnya singkat begitu, gue sobat lo Vica

Me:
Dh! sk l

Laskar durjana:
Tabahkan hati hamba-Mu ini ya Allah. Gue udah ngingetin ya, kalau diputusin jangan nangis lo

Me:
Y

Laskar durjana:
Minta tugas fisika dong, kita kan sejurusan

Me:
Krj sndr

Erlang meletakan kembali ponsel istrinya lalu menatap wajah damai di depannya, ia sangat bersyukur bisa memperistri Ivy. Walau ia sedikit sedih karena menikahi gadis yang ia cintai di usia remaja, bukan karena ia menyesal tapi bagaimana dengan perasaan Ivy. Ia harap mereka akan selalu seperti ini.

Namun, lagi-lagi kita dikhianati dengan realita. Realita tak ada salah begitu pula ekspetasi. Yang salah di sini adalah si pemimpi yang hanya berharap pada ekspetasi tanpa mau berjuang mengejar realitan kehidupan yang penuh rasa.

"Ya Allah jadikanlah kami selalu harmonis karena hanya Engkau sang Pencipta yang mengatur segala hal di alam semesta ini," ucap Erlang dengan tulus lalu mengecul mesra kening istrinya.

***

Terima kasih banyak buat beberapa orang yang mau vote sama baca terus cerita aku. Walau masih banyak yang jadi pembaca gelap.

Sesusah itukah tekan vote?



Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang